Thursday 11 December 2014

Dekat

Teng teng teng, tiga kali lonceng berbunyi di siang panas begini sudah pasti itu tandanya akan pulang, proses belajar mengajar yang tadi tenang tiba-tiba menjadi berisik, ada yang mengemas buku-buku bahkan sebelum guru didepan memberi aba-aba apakah sudah boleh berkemas dan boleh pulang atau tidak.

Setidaknya itulah momen paling menyenangkan selama 12 tahun belajar di sekolahan. Jam pulang sekolah, yang padahal sebenarnya ketika kita sudah sampai dirumah, malahan bingung kegiatan apalagi yang bakalan dilakukan. Dan rindu lagi balik ke sekolahan. Sifat manusia seperti ini yang saya ngga ngerti, sama halnya dengan ngga ngerti dengan kemauan diri sendiri itu apa.

Wednesday 19 November 2014

Cerita Merapi #2 Chapter 2

Jam di handphone masih menunjukkan pukul empat pagi, dari tadi bang Ade sudah teriak-teriak bilang kalo mau tidur dirumah aja. Dan semua orang bangun keluar dari tenda dengan mata merah dan disipit-sipitkan ketika melihat cahaya dari senter kepala, sumber cahaya satu-satunya diatas gunung hutan begini.

Dalam hati saya bergumam, meski sudah terbakar semangat akan menuju puncak “ini seriusan jam segini udah mau jalan ke puncak?” beberapa diantara kami saling bertanya, butuh waktu berapa jam dari Pintu Angin ini menuju puncak tertinggi merapi yaitu puncak merpati, bang Ade bilang 4 jam. Kalo begitu udah jam 8 dong kita baru nyampe puncak, ngga bisa liat sunrise dong.

Monday 13 October 2014

Cerita Merapi #2 Chapter 1

Hari itu minggu, 20 april 2014. Beberapa bulan yang lalu saya dan teman-teman sedang berada di sebuah pulau namanya pulau tangah di kota Pariaman. Ceritanya ada disini, waktu itu ada saya, Bang Ade, Defri, Mery, Gadis dan Andre. Kita sedang menikmati makan siang, karena memang sudah jadwalnya makan siang.

Beberapa minggu sebelumnya, saya sudah mengajak mereka kecuali bang Ade untuk mengunjungi tempat yang mungkin lebih ekstrim lagi. Biasanya kita hanya pergi berwisata yang biasa saja, semacam di pantai atau ke pulau seperti yang sedang kita lakukan. Untuk saat itu saya mengajak mereka untuk mendaki salah satu gunung yang ada di Sumatera Barat, sebagian dari teman-teman saya menolak, karena diantara kami tidak ada satu orang pun yang punya pengalaman mendaki gunung.

Tapi hari itu, saya mencoba kembali mengajak teman-teman saya untuk mendaki gunung, tepat didepan orang yang benar-benar punya banyak pengalaman tentang mendaki gunung, yaitu bang Ade seperti yang saya ceritakan dipostingan sebelumnya.

Wednesday 8 October 2014

Gerbang #1

Hari itu saya dalam perjalanan menuju sibolga 2 tahun yang lalu, tepat dibulan agustus. Saya baru saja dipindah tugaskan dari Martapura OKU timur Sumatera Selatan kembali lagi kekampung halaman Sumatera Barat, kenapa saya malah menuju Sibolga? Bos saya diproyek kali ini punya proyek juga di Sibolga, dia memegang dua proyek dalam satu waktu sekarang. Nah proyek dimana saya ditempatkan malah di kampung halaman saya sendiri, Pasaman Barat.

Bos mengajak saya ke Sibolga agar saya dan Bos mudah komunikasi, dikarenakan juga proyek yang di Pasaman Barat belum dimulai, jadi kerjanya di Sibolga saja, ada wacana juga ke Medan minta data sama orang-orang pemasaran, proyek ini memang benar-benar baru dimenangkan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Jadi semua datanya masih dibagian pemasaran.

Cukup melelahkan perjalanan yang hampir 12 jam dari Padang ke Sibolga. Disana saya bertemu lagi dengan rekan-rekan lama saya waktu bekerja diproyek Padang Pariaman dan Bukittinggi dulu, dan disana saya juga berkenalan dengan orang-orang baru. Dan salah satunya adalah Bang Ade, siapa itu Bang Ade?.

Friday 3 October 2014

Perpisahan

Awal cerita yang selalu bahagia
Adalah skenario yang ditawarkan cinta
Namun hanya tuhan yang tahu kemana
Perjalanan ini kan bermuara nantinya

Kita sedang bahagia,
Jangan buang waktu menerka-nerka akhirnya
Tenang, aku disini selama kau disisi
Aku berjanji tak kemana-mana

Lagu terakhir yan dirilis oleh tangga, karya mereka paling jujur selama 9 tahun berkarya katanya. Mereka rekam sendiri dan rilis di akun youtube sendiri. Caption dibawah videonya juga membuat saya terharu, saya paham ini bukan rasa benci akan sebuah perpisahan, tapi pada kenyataannya perpisahan memang selalu membuat kita sedih, lalu menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah sekian lama terus bersama, dan tiba-tiba harus dipisahkan oleh jarak ruang meski masih hidup dalam satu waktu yang tengah berjalan.

Cara tangga mengapresiasi perpisahannya dan menyatakan akan vakum sampai dengan waktu yang mereka tak bisa tentukan, karena kabar yang saya tau dari browsing salah satu personilnya akan menikah dan pindah ke surabaya. Dengan membuat sebuah lagu sendu dengan lirik yang membuat saya sangat terharu karena sering sekali saya menghadapi sebuah perpisahan manis seperti ini, dan dengan lagu yang dirilis tangga itu adalah cara yang sangat-sangat manis yang mereka lakukan untuk sebuah perpisahan yang bukan dikarenakan rasa benci atau pertengkaran.

Wednesday 3 September 2014

Puzzle Another Level

Haahh!! Pengen rasanya memecah puzzle yang telah tersusun sempurna ini menjadi kepingan-kepingan lagi, level ini sudah selesai. Gambar yang terbentuk dari susunan puzzle ini sempurna. Tapi sayang dimana ada sesuatu yang dimulai harus berhenti pada kata diakhiri. Lanjut pada puzzle level selanjutnya, sebab itu kenapa saya ingin memecah puzzle ini, berharap ada kepingan yang hilang dan banyak sekali kepingan yang ingin saya pertahankan.

Siapa itu yang bilang wanita itu dari venus dan lelaki dari mars, saya tidak pernah baca bukunya, saya tidak menyalahkan teorinya. Yang saya pertanyakan sama sekali tidak menyangkut tentang asal muasal itu, saya hanya ingin bertanya. APA LELAKI DAN WANITA TIDAK BISA BERHENTI HANYA SEBATAS SAHABAT DEKAT?? Saya pikir maksud dari venus dan mars itu hanya perbandingan bahwasanya meski sesama manusia lelaki dan wanita itu berbeda. Baik beberapa dibagian fisik maupun pola pikir.

Saturday 9 August 2014

Maaf

Ya, entah apalah dulu yang membuat kita sama-sama mau melangkahkan kaki untuk bertemu disebuah toko buku, untuk melihat kamu pertama kalinya. Yang beberapa waktu sebelumnya sempat membuat aku senang mendapat pesan-pesan singkat dari kamu, atau sekedar mendengar suara kamu pada malam-malam yang seharusnya aku habiskan bersama dengan teman satu kosan bergembira bersama, entah apalah dulu itu, aku lebih memilih kamu daripada segala macam gelak tawa teman-temanku.

Aku kehilangan jejak kamu nyaris satu tahun, aku masih belum sempat menyatakan rasa yang ada dalam hatiku waktu itu, aku hanya ingin ada suara kamu menemani malam-malamku, aku takut kita hanya akan berakhir semacam itu. Datang dan pergi begitu saja.

Aku lupa, bagaimana ceritanya kita bisa komunikasi lagi. Aku bisa menemukan kamu lagi, aku bisa mengajak kamu jalan berdua lagi, mengajak ke pantai lalu menyatakan rasa sayang yang aku punya ke kamu, aku berusaha memegang tangan kamu, lalu kamu menariknya seolah tak ingin tersentuh oleh aku. Pada akhirnya kamu menerima aku setelah malam datang, ketika aku marah ke kamu tentang jawaban kamu yang tidak jelas entahkah akan menerima aku untuk menjalin hubungan atau tidak. Dan pada 13 April yang kita anggap bukan angka sial, kita jadian.

Monday 4 August 2014

Sepeda - Chapter II

#Ayah, Sepeda dan Teman Masa Kecil

Tentang cerita-cerita malam itu, pada suatu malam ada sebuah cerita tentang Ayah yang menjual tanah sawit yang sudah tidak begitu terasa lagi hasilnya, Ayah berhasil menjual kebun itu dengan nominal yang cukup besar. Dari itulah Uni bisa membuka Toko Baju dirumah, Abang saya yang gede bisa melunasi hutangnya di Bank yang dulu dipakai untuk membangun rumah, dan tentu melunasi hutang Ayah di Bank dengan nominal yang juga lumayan gede. Alhamdulillah hari ini Ayah sudah tidak punya masalah hutang piutang lagi dengan Bank. Akhir-akhir ini perekonomian rumah, Ayah khususnya memang rada bermasalah, makanya ketika Ayah mendapat rezeki yang lumayan. Ayah bercerita dia datang ke rumah cucu pertamanya dan memberi sebuah surprise.

Mungkin, harga 500 ribu untuk sebuah sepeda, untuk anak yang masih berumur 5 tahun, bagi orang lain dianggap murah, tapi tidak untuk Ayah ataupun saya. Tapi rasanya itu hadiah yang pantas untuk cucu pertamanya itu. Ketika Ayah menceritakan hal itu, keponakan saya yang bernama Iky girang minta ampun, Ayah mengajak Iky kesebuah toko sepeda, dan Iky disuruh memilih. Iky memilih sepeda yang sama sekali tidak sesuai dengan usianya. Tapi lebih mendingan dibanding selera Ayah yang ingin membelikan sepeda dengan keranjang cantik didepannya. Iky dengan senengnya langsung make tuh sepeda dari toko kerumahnya yang cuma berjarak beberapa ratus meter saja. Sampai dirumah, Iky meninggalkan sepeda barunya dipinggir jalan lalu berlari kerumah langsung kepelukan mamanya, muka Iky memerah, dia malu punya sepeda baru. Saya bisa tau raut wajah Ayah melihat cucu nya yang bertingkah seperti itu. Mungkin itu cinta.

Tidak lama, baru saya teringat. Sudah banyak banget anak-anak Mtsn didepan rumah, saya juga alumni Mtsn itu. Mereka semua memakai sepeda datang kesekolah, berbeda dengan angkatan saya yang lebih dari tujuh tahun yang lalu, banyak banget anak-anak yang masih setingkatan SMP itu bawa kendaraan bermotor ke sekolah.

Saya jadi ingat dengan perkataan mas Gesit beberapa waktu lalu, “di Pasaman Barat ini baru Booming yah orang-orang pake fixie, di Jakarta malah sekarang udah ngga ada lagi” saya masih begitu ingat dengan jawaban saya waktu itu, jawaban yang sama ketika Luthfi menyatakan sebuah pernyataan kepada saya, dulu Luthfi bilang “anak SMP disana sepedanya keren-keren yah?” saya masih ingat tahun lalu ketika saya pulang, banyak banget polisi digerbang SMP atau sederajat, menangkap dan menilang langsung anak-anak SMP yang bawa motor kesekolah.

Ternyata itu memang menjadi Perda baru di kampung saya, yang boleh kendaraan bermotor kesekolah hanya dari SMA keatas, yang lain bakalan ditilang dan hanya orang tua yang dapat mengurus perkaranya kekantor polisi, kalo ngga diurus ya motornya bakalan di kantor polisi terus.

Tentang cerita Ayah menceritakan sepeda Iky, dan semua orang yang rame-rame naik sepeda kesekolah kayak di Jepang. Membuat saya membongkar kembali lemari-lemari file diotak saya. Masih ingatkan? Betapa senangnya ketika orang tua janji bakalan beliin sepeda jika kita dapat ranking memuaskan disekolah? Masih ingat tidak? Tentang kita 2 roda sepeda, dan 2 roda bantu, apakah masih ingat? Lutut dan sikut yang terluka, hanya untuk bisa menyeimbangkan badan dan pandai bersepeda dengan hanya dua ban saja?. Saya rasa semua orang punya cerita spesial tentang hal ini.

Terlintas diotak saya tentang tulisan ini ketika saya sedang di Yogjakarta kemarin. Saya mencatatnya dinote smartphone, lalu baru sekarang bisa ditulis. Entah kenapa ini bisa terlintas begitu saja di otak saya.

Waktu itu saya masih SD, entah kelas 3 atau 4. Dulu  Ayah kekota Padang itu rasanya jauh banget. Ya bisa dibayangkan, ada orang dari kampung yang pergi ke kota, untuk membeli alat-alat untuk membuat perabot, semacam kuzen, pintu, jendela, meja, kursi, lemari dan lain-lain. Ketika Ayah akan berangkat subuh-subuh, saya masih mewanti agar Ayah jangan lupa membelikan saya sebuah sepeda seperti kesepakatan saya dan Ayah sebelumnya, saya udah ngga sabar buat main sama teman-teman lain yang udah pada punya sepeda semua.

Kota Padang memang ngga terlalu jauh dari kampung, tapi ketika saya masih kecil dulu, ketika diajak kekota Padang itu rasanya seneng banget, dan sekarang hampir 6 tahun lebih saya menetap dikota Padang dan rasanya biasa saja hari ini.

Saya tahu, ayah bakalan ngambil mobil jurusan yang lewat depan rumah saya dari Padang. Mulai dari jam 6 sore tadi saya sudah duduk dipinggir jalan, menunggu dengar suara angin dan dentuman musik dari mobil bus angkutan umum dari Padang itu. Kira-kira 300 meter dari rumah saya ada tikungan sehingga terkadang bus sebesar itu biasanya kedengeran suara desiran anginnya terlebih dahulu baru terlihat mobilnya datang.

Di mesjid tempat saya mengaji, Siis sudah mengumandangkan adzan magrib, Ibu sudah memanggil dari dalam rumah untuk segera masuk dan ngga baik magrib-magrib keluyuran dipinggir jalan. Tapi biasanya Bus dari padang itu jam 6 sudah lewat didepan rumah dan kenapa hari ini belum balik, dan ngga ada kabar dari Ayah sama sekali, handphone dijaman itu memang kebutuhan tersier. Ayah memang ngga punya, saya ingat hari itu Abang saya yang gede sama Uni juga sama dengan saya lagi menunggu Ayah pulang.

Dengan langkah gontai saya terpaksa jalan kerumah dengan berat hati dari pada nanti dimarahin Ibu. Beberapa langkah kemudian, ada bunyi desiran angin yang kencang, tiba-tiba Uni teriak “Ayah!!” sambil tersenyum lalu berlari lagi kepinggir jalan raya dan melihat arah tikungan 300 meter dari rumah, Saya juga ikut-ikutan dibelakang uni lari begitu juga kakak, beberapa saat kemudian yang terlihat adalah sebuah truk besar pengangkut pasir yang bunyinya sama dengan Bus yang biasa dari Padang itu. Saya kecewa, kakak kecewa dan Uni juga kecewa. Mereka berdua balik kedalam rumah, saya masih menunggu dan melihat, ternyata ada Bus dengan tulisan “MANDALA” didepan bagian atasnya dan “FANTASI” dibagian bawahnya tepat dibelakang truk pengangkut pasir tadi. Saya teriak sama dengan teriakan Uni tadi “AYAH!!” lebih histeris lalu Uni dan Kakak lari lagi kepinggir jalan raya.

Bus angkutan umum itu benar-benar berhenti tepat di depan rumah, dari balik mobil ada sepasang kaki yang turun memakai sendal Indian. Entahlah, orang dulu suka banget pake sendal itu. Celana bahan seperti itu siapa lagi kalau bukan ayah, kemeja polos lengan panjang yang dilipat sampai kesikut. Kebiasaan ayah satu hal, ya jarang banget yang namanya bawa oleh-oleh. Selama ini jika ke padang hanya beberapa ikat bengkuang yang dibawa kerumah. Ya seperti itulah hari-hari yang indah berlalu dirumah.

Yang saya tunggu tidak itu, “sepeda” yang ada di otak saya hanya sepeda. Tiba-tiba kenek bus tersebut manjat keatas bagian Bus yang banyak banget barang-barang menumpuk disana, lalu kenek itu mengangkat sebuah sepeda baru berwarna hijau tidak begitu besar lengkap dengan roda bantu yang ada dikiri dan kanannya. Saya seneng banget hari itu, beberapa belas tahun setelah hari itu sekarang anak kecil yang berdiri menunggu sepeda itu merasa menyesal, kenapa perhatiannya hanya tertuju pada sepeda barunya? Harusnya dia lihat paras Ayahnya yang lelah dalam perjalanan. Tetap memaksa tersenyum meski perjalanan itu panjang.

Ya, meski saya belum punya anak. Hari ini saya bisa rasakan, kasih sayang saya pada keponakan aja rasanya sangat-sangat sayang, apalagi anak sendiri. Pasti semua orang tua punya kepuasan bathin tersendiri bisa membuat anaknya senang. “Terimakasih Ayah”. Hal yang tidak sempat anak kecil itu sampaikan hari itu.
 
Butut, Tapi penuh dengan sejarah
Keesokan harinya, saya hanya tidak sabar menunggu jam pulang sekolah. Tanpa menunggu teman yang lain seperti biasa jalan kaki pulang sekolah, saya ngibrit duluan kerumah. Sampai dirumah saya menaruh tas di rak yang telah dibagi ayah untuk kami anaknya masing-masing. Saya membuka baju putih tanpa mengganti celana dan menggantungnya. Saya lari kebelakang langsung menarik sepeda itu dari dapur kedepan. Ibu yang sedang sibuk didapur melirik, lalu berteriak dari dapur “Piii, maen sepedanya nanti, makan dulu!” anak kecil memang memang selalu susah untuk disuruh makan, “Iya bu nanti” saya menyahut, “Makan dulu atau nanti Ibu jual lagi sepedanya” Ibu mengancam, “sebentar aja kok Bu, Cuma muter-muter SD belakang rumah aja” saya merengek. Dan akhirnya saya kalah dalam perdebatan itu, karena saya ngga mau sepedanya di jual.

Saya tidak menemukan temen-temen yang lain yang biasanya sudah pada ngumpul di SD belakang sekolah, cukup memalukan memang saya masih belum bisa mengendarai sepeda jika tanpa roda bantu, sedangkan teman-teman saya yang lain sudah bisa menyeimbangkan badannya dan sudah bisa balapan tanpa harus memakai roda bantu.

“Napi, sepeda baru ya?” tiba-tiba ada yang menyapa saya, seorang anak kecil ingusan yang sedang berdiri dipintu rumahnya. “Topan?” Saya menyebut namanya, Topan anak seorang guru Mtsn yang berada didepan rumah saya, dia tinggal dengan keluarganya dirumah dinas SD yang ada dibelakang rumah saya. Topan adalah seorang teman masa kecil saya yang sangat akrab.

Lalu tiba-tiba Topan berlari masuk kedalam rumahnya, mengeluarkan sebuah sepeda yang sama modelnya dengan yang saya punya, besarnya pun sama. Yang membedakan sepeda Topan sudah tidak punya roda bantu. Berminggu-minggu saya bermain sepeda dengan Topan. Bahkan Topan bisa menyeimbangkan badannya dengan sepeda yang jauh lebih gede punya Kakak saya. Ini membuat saya iri dengan Topan. Kenapa dia begitu hebat mengendarai sepeda.

Sampai disuatu hari saya balapan dengan Topan, masih di halaman SD belakang rumah saya. Saking kencengnya, saya lupa kalau didepan rumah Bu Anna guru SD tersebut banyak sekali batu yang gede-gede, dan roda bantu sepeda saya bengkok keatas, dan sudah ngga menyentuh tanah lagi, Topan Cuma ngeliatin, lalu Topan menyuruh saya buat membuka saja kedua roda bantu itu, sudah saatnya saya ngga perlu lagi menggunakan jasa kedua ban itu, begitu katanya.

Saya mengikuti perkataan Topan, kami berdua jalan kaki keluar dari kompleks SD, nyari sendiri kunci-kunci dengan meminjam ke tetangga, dan mencoba mempretelinya sendiri. Akhirnya kami berdua berhasil membukanya, dan memasang kembali sepeda tersebut, hal yang luar biasa untuk dilakukan dua orang anak kecil.

Saya mengantarkan roda bantu yang malang itu kerumah, Ibu hanya heran. Kenapa roda bantunya saya buka, apa saya sudah bisa tanpa roda bantu. Saya dan Topan kembali ke SD, dengan menggiring sepeda itu, karena jika langsung mengendarainya kaki saya masih belum sampai ketanah jika saya duduk di atas jok nya.

Topan mengajari saya beberapa trik agar bisa mengendarai sepeda tanpa roda bantu, saya bawa sepeda itu kedepan teras rumah Bu Nini yang beberapa tahun kemudian menjadi guru Fisika saya, dan Topan menjelaskan tentang keseimbangan, karena Teras itu agak tinggi saya bisa langsung duduk diatas sepeda dan bersiap mengayuh. Beberapa saat kemudian Topan memberi aba-aba dan....

Saya tidak percaya, Topan orang pertama yang melihat saya mengendarai sepeda tanpa menggunakan roda bantu, saya bisa menyeimbangkan diri, angin begitu lembut mengusap pipi dan rambut saya, begitu bersemangat saya mengayuh sepeda tersebut sampai kencang, beberapa saat kemudian saya sampai lagi didepan rumah Bu Anna yang banyak batu gede tadi, saya kehilangan keseimbangan dan Braaakk!!!! Sikut dan lutut saya terluka oleh batu-batu didepan rumah Bu Anna, Topan yang sedari tadi berdiri mematung didepan rumah Bu Nini langsung lari ketempat saya terjatuh, sakit banget rasanya saya mau nangis. Darah mulai mengalir dan sesampainya Topan disana entah kenapa kami berdua saling tertawa, Topan mengangkat sepeda saya dan menggiringnya kepelataran SD, saya pun dengan menahan sakit mengikutinya kebelakang.

Entah apa yang tadi membuat kami tertawa, di pelataran SD sekarang Topan hanya sedang memperlihatkan bekas luka yang dia dapat, selama berlatih sepeda. Saya sama sekali tidak mendapat pelajaran apa-apa hari itu, yang saya tau saya sudah bisa mengendarai sepeda. Dan Topan terselip dalam cerita itu, hal yang ngga bakalan pernah bisa saya lupakan.

Berminggu-minggu kemudian, sudah tak terhitung lagi bekas luka yang saya dapatkan, tapi setiap hari hanya semakin memantapkan saya mengendarai sepeda, puluhan kilo sudah saya lewati bersama sepeda tersebut. Entah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Suatu hari ketika saya lewat didekat rumah Topan, sudah tidak ada lagi dia disana, rumah itu begitu sepi tidak ada tanda-tanda ada orang didalamnya.

Saya pulang kerumah, dan mencari Ibu kedapur. “Bu, Pak Will dan keluarganya kemana?” saya bertanya pada Ibu, rumah saya dan Topan hanya berjarak beberapa meter saja, dapur saya dan dapurnya berdekatan. Tapi saya tidak tau kalau Topan akan pergi. “Pak Will pindah tugas pi kekampungnya, sekarang mereka sekeluarga sudah pindah, dan mungkin ngga balik lagi” lalu selanjutnya saya diam, ada yang aneh dengan perasaan saya waktu itu, Kosong.

Cerita ini saya apresiasi untuk Topan, saya yakin semua orang punya cerita seperti ini dalam kehidupannya. Hari pertama punya sepeda, teman bersepeda, dan teman masa kecil yang pergi tanpa pamit langsung hilang. Namun sampai sekarang masih ada di hati. Dimanapun Topan saya merindukannya, ketawanya, cara bicaranya yang dulu, masih saya ingat dengan sangat jelas. Sahabat yang mengajarkan saya tentang sepeda.

Dimanapun dia hari ini, walau teknologi sudah canggih sekalipun saya masih belum bisa menemukan keberadaannya dimana sekarang. Tapi jika Topan baca cerita ini, semoga dia bisa tau. Dahulu di kampung bernama katimaha, dia pernah tinggal disana dan punya seorang sahabat bernama NAPI jika dia tidak tau tentang HANAFI.

Dan tentang cerita ini, semua orang pasti punya itu
Cerita tentang “Ayah, sepeda, dan sahabat masa kecil yang pergi entah kemana”
Kawan, saya masih bisa mengingat ruang dan waktu yang berkonspirasi menciptakan sebuah cerita tentang kita, lalu memisahkan kita. Dan mudah-mudahan ada hari dimana rindu yang menumpuk ini pecah oleh haru.

Monday 21 July 2014

Sepeda - Chapter I

# Tentang Ayah, Ibu,  dan Cinta

Mungkin ada beberapa dari kita yang bisa mengingat sebuah rekaman tentang Ayah dan sepeda, saya rasa semua manusia punya kenangan itu. Buat mereka yang punya sedikit keberuntungan, ketika diberi kepercayaan untuk menjalankan sebuah skenario hidup masih punya kedua orang tua sampai saat ini. Alhamdulillah sampai hari ini Ayah dan Ibu saya masih sehat dan selalu menelpon disetiap pagi mengingatkan hari ini sudah dimulai “persiapkan diri kamu nak”. Walau pada akhirnya di ujung pembicaraan saya tertidur lagi karena mengantuk keseringan begadang, terkadang hanya untuk hal yang sama sekali ngga penting.

Beberapa bulan lalu, keponakan pertama saya yang masih berumur 5 tahun. Yang ngga pernah suka jika harus mengobrol dengan saya jika ditelpon. Ketika itu saya sedang berada dirumah menginap semalam, udah beberapa minggu ngga pulang dan kebetulan saya disuruh standby di proyek sama bos, kesempatan banget buat bisa pulang dan tidur dirumah, karena proyek lumayan deket dari rumah saya.

Saya menghela nafas panjang sambil terus berjalan malam itu dirumah, sepi banget rumah ini sekarang, hanya tinggal Ayah dan Ibu. Abang saya yang paling gede udah punya rumah sendiri di kampung istrinya. Uni juga ikut suaminya ke Jakarta, Saya sudah 7 tahun ngga dirumah, palingan dalam setahun saya hanya sebulan paling lama di rumah, sedangkan Ika adik perempuan saya satu-satunya memilih buat pindah sekolah ke padang.

Ayah masih duduk di meja kasir meski warung sudah ditutup, Ibu tiduran didepan televisi. Ruko dua pintu yang dibuat Ayah untuk beliau berdagang membuka warung di kedua pintunya, sekarang satu pintunya sudah tergusur oleh Uni yang tiba-tiba pengen buka Toko Baju di situ, jadi sekarang Ruko yang juga dijadikan tempat tinggal ini, terasa rada sempit. Saya baru saja memasukkan motor kedalam rumah, yang akhirnya terasa makin mempersempit ruangan.

Beberapa tahun terakhir memang seperti itu ritualnya, saya akan mulai menceritakan pada Ayah dan Ibu. Sudah sejauh apa saya berjalan, apa saja yang telah saya liat, apa saja yang telah saya pelajari diluar sana selama nyaris tujuh tahun saya sudah tidak begitu ketat dalam pengawasan beliau berdua. Saya jujur menyebut semuanya, kadang ibu marah dengan keputusan yang saya buat, tapi saya bisa menenangkan Ibu dengan menjelaskan langkah apa saja yang telah saya perbuat.

Sampai pada akhirnya, Saya yang bertanya pada Ayah dan Ibu. Kejadian apa saja yang telah terjadi di kampung, siapa saja penduduk-penduduk baru yang datang di kampung yang datang maupun terlahir, dan siapa saja yang lebih dulu meninggalkan kami. Kadang warna dirumah muram ketika hanya ada Ayah Ibu dan Saya dirumah, bercerita tentang mereka-mereka yang telah meninggalkan kami.

Lalu diujung cerita itu pasti kami, selama lima tahun ini bercerita tentang bagaimana perkembangan cucu pertama Ayah dan Ibu, Keponakan pertama saya. Perkembangan apa saja yang telah dialaminya, apa saja kejadian dan kata-kata lucu apa saja yang melompat dari mulutnya begitu saja. Sampai tengah malam itu akan terus terjadi setiap saya pulang, dari kecil saya memang ngga punya kamar, saya selalu tidur didepan TV, walau Ayah dan Ibu tidur di kamar dan saya tidur didepan TV, Obrolan itu akan terus berlanjut sampai kantuk merundung kami. Dan terlelap dalam kata-kata yang belum sampai dan langsung terbawa mimpi.

Aroma kopi buatan Ibu selalu sama disetiap paginya, panggilan Ibu membangunkan saya untuk Shalat subuh selalu begitu bertahun-tahun, Ibu selalu beri dispensasi untuk tidur lagi kalo udah selesai Shalat Shubuhnya, dan setiap paginya selalu begitu, saya Shalat dan berniat untuk tidur lagi, tapi obrolan Ayah dan Ibu selalu asik untuk ikut nimbrung didalamnya, obrolan yang dimulai jauh tadi ketika saya masih bermimpi.

Entahlah, Ayah Ibu ngga pernah habis bahan untuk mengobrol satu sama lain bertahun-tahun, Ayah yang asik dengan secangkir kopi di singgasananya pagi itu, dan Ibu yang sibuk dengan semua persiapan sarapan dan bekal yang akan dibawa Ayah nanti, bekal kemanapun Ayah akan pergi, entahkah bertukang, kekebun atau kemanapun Ayah mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Karena pagi seperti ini selalu terjadi dan saya merekamnya dengan begitu jelas setiap pagi, dimulai ketika saya sudah pandai berbicara dan memanggil lelaki kurus berkumis itu dengan sebutan Ayah, dan yang tadi menyiapkan secangkir kopi dan masih sibuk di dapur itu dengan sebutan Ibu.

Cinta mungkin, yang membuat pagi-pagi yang saya rekam itu terasa manis. Sebenarnya saya ingin menulis kisah tentang sepeda, tapi entah kenapa untuk menulis kisah itu hati saya berkata saya harus tulis tentang Ayah, Ibu, Saya, segelas kopi dan kebul asap dapur di pagi-pagi ketika saya bangun dirumah. Saya ingin pastikan, cinta yang membuat mereka untuk tetap bisa, berbagi cerita tentang manis dan pahit kehidupan yang telah mereka telan mentah-mentah, mungkin untuk mereka, atau untuk kami anak-anaknya. Saya sudah sangat sering menulis, “Ayah yang mengangkat saya tinggi-tinggi, sehingga saya bisa menggapai semua yang ada di angan saya”. Ya, saya sangat yakin itu cinta.


Dan tentang sepeda, ada di cerita-cerita malam itu.


Monday 30 June 2014

Long Weekend chapter II

Tahun ini bener-bener tahun Mother of Long Weekend. Belum hilang bias-bias kebahagiaan long weekend sebelumnya di penghujung bulan maret, eh pertengahan bulan april datang lagi long weekend. Cerita di long weekend sebelumnya pergi sama temen-temennya Mery ke Nyarai. Nah beda lagi dengan jalan-jalan yang ada di long weekend satu ini.

Hari pertama di hari jumat tanggal 18 April 2014, membuat saya melampiaskan waktu tidur saya sampai siang. Dikarenakan saya hanya tidur 3 jam saja di hari sebelumnya karena pengen nonton laga pamungkas Copa del Rey 2014 antara Barcelona vs Real Madrid, tapi sumpah saya ngga nyesel. Karena Barcelona pupus dari harapan juara musim ini, di Liga Champion sudah kalah sama Athletico Madrid, di Liga Spanyol juga sudah tidak ada harapan lagi. Ngga dapat gelar apa-apa Barcelona tahun ini. Hahahahaha sebagai seorang Madridista saya senang sekali.

Sehabis mandi, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamar saya. Ternyata itu mas Luthfi, dia ditinggalin sama Uni Ie yang agak kurang sehat ke Padang Panjang dikarenakan lagi hamil muda untuk pertama kalinya, dari perasaan sih uni seneng dikasih kepercayaan buat momong bayi, tapi apalah daya fisik sedikit kurang mendukung sempet dirawat juga sih 2 hari dirumah sakit. Lucu ngeliat pasangan muda berdua ini, membuat saya beberapa jenak ikut berhayal, seperti apa saya jika menikah nanti.

Siang itu saya dan mas Luthfi cuma makan siang di Enhaii berdua, katanya mau balik kepadang panjang sore ini nyusul Uni Ie yang udah duluan pulang ke Padang Panjang. Kelihatannya long weekend kali ini bener-bener dimanfaatin bener sama orang-orang, hari ini walau keluar dari rumah udah siang, tetep kelihatan jalan-jalan utama di kota Padang rada sepi, ngga seperti biasa. Mungkin udah pada pulang kampung semua siswa dan mahasiswa yang dari luar Padang, pejabat-pejabat ataupun pegawai negeri juga pasti manfaatin waktu begini buat liburan dan menghabiskan waktu bersama keluarga, keluar dari resahnya hiruk pikuk kota psuedo urban kota Padang tercinta ini.

Ketika Luthfi pamit mau pulang ke Padang Panjang, saya lagi ngelanjutin nonton anime One Piece, karena udah bingung banget. Mau pulang kerumah juga tanggung, besok kuliah dan masih ada UTS dari dosen yang minggu sebelumnya ngambek dan mengundur UTS minggu ini dikarenakan kita telat masuk kelas beliau.

UTS yang baik dan benar
Ada diktat yang udah lama di copy buat mahasiswa buat bahan ujian hari sabtu itu tanggal 19 April, dan saya tidak punya diktat itu. Pada akhirnya kamera smartphone juga yang beraksi, dua puluh halaman untuk dua puluh foto sebagai bahan contekan ujian nanti. Ngga tau kenapa ni Ibu Dosen ketat banget  ngawas ujiannya, ngelirik handphone aja ngga boleh, rada susah juga akhirnya ujian kali ini.

Salah satu Kegunaan Smartphone 
Ujian berakhir, kuliah seperti biasa. Sampai pada mata kuliah perencanaan jalan, karena tugas saya sudah selesai maka dibolehkan oleh dosen untuk pulang lebih awal, ketika mau pulang saya denger Riko lagi ngomong sama temen-temen yang lain buat datang diresepsi pernikahan kakaknya Dhani di Matur, Ambun Pagi sih tepatnya. Rencananya orang-orang itu bakalan pergi kesana pakai motor, Touring gitu deh padahal udah hampir jam 3 Sore, mau nyampe jam berapa disana. Kalo dilihat-lihat cuaca, Padang Panjang pasti hujan. Belum nyampe pesta udah basah kuyup duluan.

Saya mendekati Riko, kampret nih anak! Enak aja saya ngga diajak mau pergi jalan-jalan. Pesta lagi! Kan banyak makanan gratis. “heh pak, saya ngga diajak nih?” dengan wajah yang sedikit di kesal-kesalkan biar Riko takut dan ngajak saya maksudnya. “beneran mau ikut pak? Pake motor lho ini,” saya heran, memangnya kenapa kalo pake motor masalahnya apa? Jangankan ke Matur, keliling Sumbar aja pake motor saya ladenin.

Lalu tiba-tiba Mery nyamber, awalnya dia udah ngajak Defri buat ikutan tapi kayaknya Defri ngga tertarik kalo pergi pake motor. “Kalo Hanafi ikut, Mery ikut dibonceng sama Hanafi” teriaknya dari tangga. Oke! Berarti makin rame yang ikutan. Saya liat kak Ied juga lagi misuh-misuh sendiri, katanya kalau emang jadi pergi ke Matur, dia mau nebeng sampe Padang Panjang, katanya mau pulang kampung. Tapi saya liat dari kejauhan, kayaknya musim seperti ini, dan ngga musim hujan sekalipun. Padang Panjang pasti hujan.

“heh Pak, yakin ngga nih? Bakalan pergi pake motor? Padang Panjang pasti hujan Pak” saya mendekati Riko lagi, “mending gini aja deh pak, wakilin aja 7 – 8 orang buat ikutan, tapi kudu nyumbang lima puluh ribu per orangnya buat rental mobil, kan temen-temen banyak yang bisa nyetir, kita aman ngga bakalan kena hujan, bisa tidur lagi sepanjang jalan” sambung saya menjelaskan pada Riko, “Mobil yang mau dirental ada ngga?, saya sih mau-mau aja pak, yang lain gimana?” Riko menjawab dan mendaftar jadi donatur pertama, “Oke,tanya Hadi aja, dia kan sering keluar kota dan rental mobil tuh, pasti tau. Kalo gitu saya juga ikut, tapi lagi ngga ada duit didompet pak, pake duit bapak dulu aja yak? hehe” saya baru inget ngga ada duit didompet. Lalu Riko jawab “KAMPRET!” sambil berlalu nyari Hadi buat nyariin mobil rental.

Mery juga sedang ada disitu, katanya juga bakalan ikut dan jadi donatur. Ada kak Ied juga yang abis nelfon kerumah katanya memang benar sedang hujan di Padang Panjang. Hadi datang sama Riko, Hadi juga bersedia buat ikut dan nyumbang, begitu juga dengan bang Bagio yang juga mau ikutan, setelah dibilang ke Defri pergi pestanya pake mobil, Defri langsung mau dan ikutan. Ada juga Jefri yang Cuma nyumbang tapi ngga ikutan. Ditanya ke Andre ternyata Andre juga mau banget ikutan. Dan jadilah yang pergi ke pesta saudaranya Dhani, tujuh orang yaitu Saya, Mery, Defri, Andre, Riko, bang Bagio, dan Hadi.

Saya dan Defri nganter motor dulu kekantor, sudah pasti banget bakalan tengah malem nyampe padang lagi sepulang dari pestanya, ngga mungkin motor dititip dikampus, selain demi keamanan juga pasti satpam kampus kesel banget kalo motor dititip ke dia, lagian ngga ada hubungannya juga satpam kampus ama motor, emang ngga ada hubungannya sih, bodo amat lah.

Sepanjang perjalanan, kami semua ketawa ampe kejang. Ngga tau deh bagian mana yang lucu, yang pasti kekalahan Bercelona beberapa hari yang lalu bakalan jadi bahan banget bagi saya buat menghina abis-abisan pendukung Barcelona yaitu Andre dan Riko. Semua orang ketawa ampe capek, sampe stok ketawa dalam kotak ketawa kita masing-masing habis, udah ngga kuat lagi ketawa.

Akhirnya jam 8 atau jam 9 an kita sampe di matur, ngga begitu repot sih nyari lokasinya, tapi matur atau lebih tepatnya sih rumah Dhani itu di Ambun Pagi dingin banget. Ditambah hujan mulai dari Padang Panjang tadi, membuat suasana makin kedinginan. Ngga kebayang deh kalo misalkan tadi berangkat pake motor bisa-bisa sampe pesta udah kayak ikan di rendam es tiga hari.

Sampe dilokasi langsung disuruh masuk kerumah sama Dhani, langsung disuguhi makanan, banyak banget lengkap sampe ke dessert-nya, tapi memang akhir-akhir ini intensitas makan saya menurun, sudah jarang banget makan sekarang apalagi kalau malam, makan pun sekarang porsinya sedikit, Cuma Riko tuh, yang lambung nya Nauzubillah gede banget, itu nasi dua gentong ditambah soto 8 mangkuk plus agar-agar satu piring ludes dimakan sendirian tanpa dikunyah, pantesan akhir-akhir ini perutnya makin keliatan seksi persis perut-perut iklan susu prenagen.

Sebelum pamitan pulang, kita menikmati sejenak orgen yang dimainkan bapak tua, saya dipaksa oleh teman-teman untuk bernyanyi kedepan entah kenapa saya mau. Tapi sesampai di panggung, bapak tua itu tidak tau tentang lagu yang pengen saya nyanyikan, dan saya juga ngga ngerti lagu yang bapak tua itu suruh nyanyikan, sampai akhirnya saya nyaris dilempar tomat busuk oleh penonton bahkan ada yang sudah megang kursi buat dilempar keatas panggung, didaerah dingin begini dengan cuaca seperti ini saya mengeluarkan keringat sebesar tomat. Orang-orang kampungnya Dhani menyeramkan.

Akhirnya saya terselamatkan oleh sebuah lagu ngawur, yang ngga jelas juntrungannya, setelah itu MC nya kembali kepanggung dan memanggil seorang wanita, pake jilbab dan bernyanyi sebuah lagu yang ceria di atas panggung judul lagunya “Ratok Pasaman” yang ituloh, “simpang lah ampek sukomananti, padang tujuah diak mangko pinaga, disinan dulu kito bajanji, banjanji arek bakato bana” ya udah deh kalo ngga tau lagunya, pokoknya asik aja buat digoyang tuh lagu.

Ngga tau kenapa, adrenalin kita jadi meningkat. Saya mulai berdiri awalnya ngajak temen-temen buat joget-joget bareng didepan panggung, tiba-tiba Hadi mengajak salah satu nenek-nenek yang lagi duduk dipinggir panggung buat ikutan berjoged, wah kayaknya asik nih dugem malem-malem diluar ruangan ama nenek-nenek lagi. Sumpah pasti keren banget. Yahh akhirnya semua berakhir setelah lagu berakhir, kita pamitan buat balik kepadang lagi ke Dhani dan keluarganya.

Diperjalanan pulang, saya yang biasanya nyerocos keliatan kayak orang mati, karena ngantuk banget, sampai-sampai saya tidak sadar ternyata sudah sampe padang. Sebelum ketiduran dimobil tadi, saya sempet ngajakin Andre buat ikutan jalan-jalan ke Pariaman besok, mau keliling pulau-pulau yang ada di Pariaman. Dan Andre pun ikut dalam rombongan eksplorasi pulau yang ada di Pariaman besok 20 April 2014.

Akhirnya saya dan Defri yang terakhir di anterin Hadi pulang, sampe di Mess langsung tepar, ditambah besok rencana jam 8 pagi langsung berangkat ke Pariaman sesuai jadwal sebelumnya.

Seperti biasa janji pagi dengan teman-teman itu pasti bakalan selalu dan always ngaret. Sudah jam 8 pagi tapi saya dan Defri masih terlihat seperti orang mati di atas kasur, Mery sudah ribut-ribut di BBM, begitu juga dengan Gadis yang bertanya-tanya, jadi pergi apa ngga?. Setelah nyaris jam 9 saya dan Defri baru selesai bersiap mau berangkat, tinggal menunggu kepastian Andre yang bakalan jadi berangkat apa tidak.

Sedikit menyebalkan melihat sikap Andre yang masih sempat ke kampus dan sarapan pagi dulu, ketika kita sudah menunggu sangat lama, terihat sepertinya Andre agak sedikit males buat ikutan. Tapi akhirnya jam 10 pagi udah pada ngumpul semua di kantor saya yang kalo hari sabtu ngga bakalan ada orang dikantor. Dan kita berlima langsung berangkat kekota Pariaman.

Saya dan Gadis singgah dulu di bandara, karena saya janji sama uni mau ketemu di bandara, Uni baru dateng dari Jakarta, mau tinggal di rumah dulu selama seminggu ngurusin bisnisnya jualan baju sekalian menghadiri acara nikahan temennya. Saya dikasih setengah lusin donat oleh-oleh dari Jakarta sekalian buat kado ulang tahun saya yang bertepatan sekali di hari itu. Keluar dari bandara saya dan Gadis lanjut perjalanan lagi kira-kira satu jam perjalanan kita sudah sampai di kota Pariaman.

Sesampai di Pariaman, saya langsung menelpon bang Ade, beberapa hari sebelumnya saya sudah menghubungi bang Ade, bagaimana caranya supaya saya dan temen-temen bisa jalan-jalan kepulau yang ada di Pariaman ini, kebetulan bang Ade memang orang Pariaman, dulu bang Ade juga pernah bekerja di perusahaan tempat saya bekerja ini. Jadinya, Gadis dan Defri sudah kenal dengan bang Ade, Cuma Mery dan Andre yang belum kenal dengan bang Ade.

Ada banyak cerita menarik dan lucu, bagaimana saya bisa kenal dengan bang Ade, jika saya ceritakan bakalan menghabiskan sebuah cerita untuk satu postingan lagi, jadi ya langsung aja ke cerita kita mengeksplorasi pulau-pulau yang ada di Pariaman. Dicerita long weekend sebelumnya ada Niki dan hari itu juga ada Niki dateng, tapi karena dia yang takut naik sampan dan tidak diizinkan oleh mama dan pacarnya buat nyeberang laut dia ngga ikutan ke pulau, saya juga males banget liat sikap dia yang begitu, ya udah saya suruh aja dia pulang, ketika saya dan bang Ade nyari makan buat nanti makan siang di pulau walau jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, “siapa sih tu? Wanita menyebalkan itu? Orang pariaman bukan?” kata bang Ade nyeletuk. “udah ah bang biarin aja.” Jawab saya sambil menunggu nasi di bungkus di sebuah warung yang saya ngga tau kenapa bang Ade ngajak beli nasi di warung itu.

Akhirnya jam 1 siang kita semua berlayar, meninggalkan tepian pulau sumatera bagian barat kesebuah pulau kecil nun diseberang sana, jauuuh banget kira-kira 15 menit perjalanan laut. Kita berenam sebagai penumpang, Saya, Mery, Defri, Gadis, Andre, dan bang Ade. Serta 3 orang awak kapal dan 2 orang anaknya. Ya karena kapalnya disewa makanya bapak itu mau ikut dan mengantar kita kepulau yang tidak berpenghuni itu.

Perjalanan Panjang Dimulai
Ada 4 buah pulau yang berdekatan di Pariaman tersebut, di awali dengan pulau di bagian paling tepi antara empat buah pulau itu namanya Pulau Tapi, kemudian Pulau Tangah, tidak ada orang tinggal di pulau ini, kemudian Pulau Angso Duo, pulau paling terkenal di Pariaman ada beberapa orang yang berjualan dipulau ini dan dipulau ini juga ada tempat wisata religinya di pulau ini terdapat sebuah mesjid dan makam seorang syeh. Dan yang terakhir Pulau tempat penangkaran Penyu, saya ngga tau nama pulaunya, kata bapak yang nyetir kapal juga ngga boleh sembarangan juga kalo mau main-main kesana.

Pulau pertama yang kita kunjungi adalah Pulau Tapi, saya ngga kepikiran kalau pulaunya bakalan seindah ini. Sumpah keren banget pulaunya, ditambah ukuran pulaunya yang kecil dan ngga ada penghuni jadi enak mengelilingi pulaunya yang masih-masih sangat terlihat asri bersih dan natural banget. Terakhir yang saya ketahui gara-gara Mery meng-upload foto disini ke facebook, salah satu temen saya bilang kalau saya jalan-jalan keluar aja kerjaannya, dan dia ngga percaya ketika saya bilang kalau pulau tempat saya jalan-jalan itu adalah pulau yang ada di Pariaman.
 
Selfie itu hukumnya wajib
Pulau Tapi
Tetap Mencoba Egois

Foto dari Helikopter
Andre, Mery, Bang Ade, Gadis dan Saya 
Sumpah Pulaunya Keren 
Masih Terjebak Friendzone 
Lanjut pulau berikutnya

Kita cuma sebentar aja di pulau itu, lanjut lagi ke pulau satunya lagi, yaitu Pulau Tangah, kita istirahat dipulau ini sambil makan siang, karena di pulau ini banyak pohon-pohon gedenya, jadi keliatan lebih rimbun tapi pulau yang ini kurang indah dibanding pulau pertama tadi, dipulau pertama tadi, awal nyampe disitu saya merasa ngga percaya ada pulau se Indah itu di Sumatera Barat, atau hanya saya yang ngga begitu sadar situasi. Entahlah tapi sebagai warga Sumatera Barat rugi banget deh, ngga pernah nikmati pulau seindah itu. Yang letaknya di Provinsi kita sendiri.

Itu yang dibelakang Pulau Tapi 
Ngga sempet foto di Pulau Tangah, sibuk makan
Yang dibelakang Pulau Tangah 
Sehabis makan, lanjut ke Pulau berikutnya, yaitu ke Pulau Angso Duo, ya seperti wisatawan biasa, kita muter-muter di pulau itu, bedanya dengan pulau lain, pulau ini berpenghuni dan dirawat serta dibuat beberapa fasilitas buat jalan kaki dan lainnya, kalo pulau yang ini rame banget dikunjungi. katanya sih, di Pantai Gandoriah ada kapal yang bisa nganter kita khusus kepulau ini saja dengan bayar sekitar 25.000 rupiah, saya tidak begitu tau harganya. Karena saya juga belum pernah mencoba wisata dengan fasilitas ini. Kita juga istirahat di pulau ini sejenak, sambil menikmati pemandangan yang juga lumayan indah. Namun belum bisa menyaingi keindahan pulau yang pertama tadi.

Mushala yg ada di Pulau Angso Duo 
Pulau Angso Duo 
Kembali Ke Pulau Tapi 
Fly 
Apa Ini
Ketika akan berangkat lagi, kita pengen mengunjungi pulau selanjutnya yaitu tempat penangkaran penyu tersebut tapi sama nahkoda kapalnya ngga boleh kesana katanya, akhirnya karena tergiur oleh air bersih nan biru, kita kembali kepulau pertama buat mandi-mandi, ngga afdol banget rasanya jauh-jauh ketengah pulau ketemu air laut sebanyak, sebersih dan sejernih itu. Tapi kita ngga nyemplung. Udah puas mandi dan minum air laut yang asin banget, kita memutuskan untuk berlabuh lagi dipulau sumatera dan pulang ke pangkuan ibu pertiwi.

Ditengah laut juga udah keliatan mendung banget, dari pada nanti digulung ama gelombang terus ngga bisa pulang mending langsung balik aja kedarat. Seneng banget deh hari itu, apalagi tepat tanggal 20 April hari saya ulang tahun yang ke 22. Harusnya postingan ini, ada di postingan ketika hari itu tanggal 20 atau 21 seperti kebiasaan saya selalu membuat sebuah postingan tentang ulang tahun dihari itu ditiap taunnya, tapi kali ini ngga bisa, karena pas pulang sebelum nyampe ke Padang hujan yang gede banget menghadang kita. Walhasil baju yang tadi nyaris kering dijalanan, jadi basah lagi. Belum lagi Gadis tuh yang lagi halangan, jangan-jangan merembes lagi kesaya yang lagi nyetir motor didepan.

Yak, petualangan yang amazing hari itu, berakhir dengan guyuran hujan sesampainya di Padang, belum lagi nyaris jatuh karena kepleset di perlintasan rel kereta api, untung ngga apa-apa, saya berangkat dengan motor Gadis, sehingga Gadis nganter saya ke kantor dan dia pulang ditengah hujan yang masih lumayan gede sendirian. Ngga enak juga rasanya dianterin gitu sama cewek terus dia pulang sendiri ujan-ujanan. Maap ya idis, lain kali di anterin sampe depan pintu rumah deh. Tapi begitulah, kecapek an membuat saya tertidur sehingga cerita dan postingan ini tertunda berbulan-bulan, belum lagi kerjaan numpuk dan rasa males buat nulis menggerogoti.

Keesokan harinya, hari senin seperti biasa. Hari senin yang ngga enak ketika telah liburan beberapa hari. Ketika rekan-rekan kerja sedang santai-santai sore diruang tengah, dan saya sedang ngga ada kerjaan menulis sesuatu diruangan teknik. Tiba-tiba mas Luthfi dateng, lalu di mengambil handphone saya dan berkata “ ohhh mas, ohh mas aku isin, aku isin mas” seperti suara-suara yang ada di Video bokep yang berformat .3gp ala Indonesia. -______- “mau ngapain sih om?” saya yang merasa aneh dengan sikapnya itu. “Ini cara ngerekam Videonya gimana fi?” katanya bertanya, “Sini handphonenya, tingga pencet yang tombol merah aja kok, pake kamera depan juga bisa. Nih liat. Ahh mas aku isin mas aku isin ahhhhh” saya juga ikut mempraktekkan.

Ngga tau kenapa, tiba-tiba Mas Luthfi merekam video saya yang lagi didepan laptop. Saya berfikir ini orang maunya apa sih?. Lalu tiba-tiba ada Ika adik saya, Mery, Gadis, dan Uni Ie membawa sebuah kue ulang tahun berbentuk lambang Arsenal dengan lilin 22 tahun diatasnya. Ohh jadi ini maksudnya Luthfi pake acara rekam rekam bikin video .3gp ala indonesia?.
Muucie Kakaa 
Tapi apapun itu, terimakasih buat semuanya, terutama Ika yang udah duluan ngasih kado sepasang sepatu, dan sebuah surat didalamnya yang sempat membuat saya menangis beberapa minggu sebelumnya. Maaf juga buat ika yang udah ngasih surprise walau dua hari ini saya nyuekin dia, ngga ngajak dia jalan-jalan ke Pulau sampe dia nangis. Dan hari itu Ika bawain sebuah kue ulang tahun kekantor saya.

Makasi Ika
Makasi Mas Luthfi 
Makasi Kak Gadis
Makasi Uni Ie 
Makasi Kak Mery 
Arsenal nya Gua Gigit Aja Hahahaha 

Dan begitulah hari itu berlalu, long weekend dengan happy ending, kita semua makan malam di malabar. Dan pulang lalu tidur, dan hari-hari monoton pun berlalu sampai pada sebuah long weekend selanjutnya. Bukan long weekend juga sih. Cuma weekend biasa yang berubah menjadi sebuah pengalaman luar biasa. Nanti saya ceritain lagi di Long Weekend Chapter ke III, chapter terakhir tahun ini. Karena ketika saya lihat kalender. Udah ngga ada lagi Long Weekend sampai akhir tahun 2014 ini.

Makasi semuanya
Kalo Ulang Tahun Ya Cemong Gini

Sunday 15 June 2014

Komitmen

Saya tau, kadang rasanya waktu 3 tahun itu ngga kerasa tiba-tiba saja berlalu. Umur saya masih 22 tahun 2014 ini, saya memang sudah masuk dunia kerja sejak umur 18 tahun. Saya tidak pernah merasa terperangkap dalam dunia dan pola kerja seperti ini. Saya masih sangat ingat terakhir kali saya menjalin hubungan dengan seorang wanita mengatas namakan pacaran 3 tahun yang lalu. Terakhir saya putus dengan pacar 2011 dan sampai saat ini ngga pernah pacaran lagi.

Saya tidak marah dengan rekan kerja saya, hanya saja perlakuan rekan-rekan kerja saya membuat saya semakin RISAU, saya juga tau ini bakalan menjadi bahan yang selalu lucu untuk mereka yang sudah punya keluarga. Dalam kondisi apapun saya jarang merasa tersinggung dengan segala macam lelucon meski saya yang harus menjadi objek lelucon tersebut.

Apa yang dapat saya lakukan? Saya sudah kerja, umur saya masih 22 tahun, saya tahu saya masih punya waktu beberapa tahun lagi tapi perlakuan rekan-rekan tersebut membuat saya samakin risau. Terakhir karena kelamaan ngga pacaran, ada teman yang entah bercanda atau serius. Dia menanyakan orientasi seks saya. Sungguh saya merasa hina kepada diri saya sendiri.

Beberapa minggu yang lalu, disuatu sore didepan TV ruangan belakang kantor. Saya, Rendy, bang Ari, Bang Ar, mas Luthfi dan bang Jufri. Lagi asik-asiknya mantengin TV ngeliat berita paling hangat di Indonesa akhir-akhir ini. Apa lagi kalau bukan tentang siapa yang bakalan jadi pemimpin negeri ini 5 tahun kedepan.

Bang Jufri yang baru saja balik dari dapur abis ngambil minum tiba-tiba nyeletuk, dengan kata-kata yang telah ia ulang beberapa hari yang lalu yang beralamat kepada saya. “Kapan merid pi?” helloooooo!! Kenapa saya yang harus menjadi sasaran empuk pertanyaan itu hari ini? Awalnya memang saya tidak terganggu dengan hal ini, akan terasa sangat berlebihan di umur saya yang masih segini, saya harus ribut kesana kemari tentang nikah! Lalu pandangan mata semua orang tertuju kepada saya. Apa lagi bang Ar yang tingkat sentimentil nya sangat tinggi kepada saya.

Perlu saya jelaskan jika ada lelaki rame lagi ngumpul. Topik yang dibahas ngga bakalan jauh dari politik, wanita dan selangkangan! Oke yang terakhir mungkin rada berlebihan. Tapi itulah yang saya lihat dari ejekan semua orang ini. Bukan menyuruh saya menikah lebih cepat dan merasakan hikmah dari sebuah pernikahan tersebut. Mereka memang menyebut nikmat menikah, tapi bisa saya sadari nikmat yang mereka maksud dalam tanda kutip. Bullshit jika ada sekumpulan cowok berkumpul lebih dari 4 orang dan omongan mereka omongan yang serius. Semua hanya guyon dan lelucon. Lalu tertawa, menertawakan orang lain dan menertawakan diri masing-masing.

Sebagai seorang laki-laki bisa saya pahami itu, bisa saya nikmati itu. Lelaki hanya bisa jujur pada lelaki lain, ketika mereka sedang ngobrol empat mata. Tentang pengalaman, sakit dan mungkin saya sedikit geli mengatakannya, seorang lelaki dengan lelaki lain, bisa curhat urusan cinta jika mereka memang hanya sedang berdua.

Saya tau, tentang guyon sore menghilangkan stress kerja itu, saya tau. Bahkan saya mengulang kembali apa yang mereka ejek ke saya kepada orang lain. Tujuan saya simple, saya senang bisa melihat orang tertawa oleh kata-kata saya, ya walau kadang saya ngga sadar bisa membuat orang-orang sakit hati. Saya terkesan sakit hati, lalu menceritakan lagi pada orang lain, dan orang lain tertawa seperti saya tidak punya rasa malu. Tapi semua saya lakukan, agar orang-orang bisa selalu dekat dengan saya.

Tapi dibalik itu semua, meski umur saya masih 22 tahun. Saya sebenarnya punya kerisauan tersendiri tentang hal ini. Bukan karena ejekan itu, sama sekali bukan. Mungkin ejekan-ejekan semacam itu yang membuat tingkat kerisauan saya semakin tinggi. Dirumah saya pun sama, saya sudah sering bilang rumah saya adalah tempat paling demokratis didunia, bahkan sampai urusan jodoh pun semua diserahkan kepada pemilik badan, kemana mereka akan berlabuh.

Kakak saya yang paling gede sudah menikah 6 tahun yang lalu. Beberapa tahun kemudian Uni nyusul, dan saya adalah anak selanjutnya yang akan ditanyakan, mungkin sekarang Ayah masih bertanya “Pi? Calon Napi mana?” itu hari ini, ngga tau mungkin beberapa tahun ke depan intonasi, nada bicara dan pertanyaannya barangkali berubah, menjadi pertanyaan yang semakin menyeramkan.

Apakah saya takut? Sudah saya bilang, saya punya kerisauan tersendiri tentang hal ini, sampai hari ini saya masih belum menemukan orang yang benar-benar membuat saya jatuh cinta. Atau saya tidak menemukan orang yang cinta dengan saya. Tidak setiap hari juga saya memikirkan hal ini. Hanya karena rekan-rekan yang sudah menikah bahkan teman seangkatan saya sudah berbondong-bondong menikah, hal ini yang mendorong saya untuk menulis tentang kerisauan hati saya. Cara yang tepat membuat saya sedikit tenang.

Pasti banyak yang ngomong, “halah! Pake dipikirin lagi, udah deh kita masih muda keleus! Santai men kayak dipantai, enjoy. Nikmatin masa muda dulu” and for your information saya sangat menikmati masa muda saya, rasanya diumur saya yang segini. Saya sudah melakukan banyak hal dengan seneng-seneng dengan batasan-batasan yang saya buat dan berusaha untuk tidak saya langgar, saya juga bukan tipikal orang yang terlalu gampang terpengaruh, hanya saja jika saya seneng. Ya saya lakukan. Dan saya punya cukup banyak teman dengan hobi yang berbeda-beda sehingga saya bisa menikmati semua yang ingin saya coba.

Dikantor saya punya teman perempuan, sebut saja namanya Gadis, karena sehari-hari dia memang dipanggil begitu, temen perempuan saya yang paling ganteng. Dia lebih tua dari saya sekitar 4 tahunan, tapi entah kenapa saya sering banget kurang ajar ke dia. Maap yah idis becanda!. Gadis sendiri belum menikah dan hari ini dia masih single dan berniat nyari laki. Kalo dibilang akrab, saya cukup akrab dengan dia. Ada lagi temen saya namanya Mery, seperti nama uni saya memang. Mery juga seumuran Gadis. Yang berarti juga beda umur 4 tahum dengan saya, entah dari mana ceritanya saya menjadi begitu akrab dengan Mery, saya kenal Mery karena saya satu angkatan kuliah khusus sabtu minggu dengan dia.

Dan saya juga tidak tau bagaimana ceritanya, entah kenapa saya sering banget ngenalin satu temen ke temen lain, contohnya teman kuliah saya kenalin ke teman kerja, atau teman kerja saya kenalin ke teman kuliah, hmmm oke! Lupakan. Teman smp saya kenalin ke teman Kantor maupun teman kuliah, akhirnya temen dari temen-temen saya bertambah. Dan teman saya jadinya itu-ituuu aja. Kasihan sekali memang.

Dan entah gimana lagi ceritanya, beberapa bulan belakangan ini Gadis dan Mery jadi begitu sangat dekat. Saya ngga cemburu, BUKAN! Saya cuma heran. Entah kenapa wanita bisa menjalin hubungan begitu dekat dengan sangat mudah ketimbang laki-laki, saya perhatikan belakangan ini pulang dari kantor biasanya Gadis bakalan kepasar sore-sore hanya untuk melihat keramaian lalu pulang kerumah, tiba-tiba setelah dekat dengan Mery sekarang setiap jam pulang kantor Gadis mainnya ke Kosan Mery mulu, bahkan kadang-kadang sore-sore Mery udah nyampe kantor aja jemput Gadis.

Makin hari makin aneh, mereka saling pasang foto berdua di display picture BBM masing-masing. Saling panggil cinta satu sama lain. Saya curiga karena sering dikhianati laki-laki sekarang Gadis berpaling sambil berucap “SEMUA LELAKI SAMA AJA!! GADIS BENCI!!” *lari kekasur lalu nangis bombay*

Oke! Saya bisa menepis alasan itu dengan satu alasan yang lebih logis lagi, faktor Usia dan sebuah faktor eheeemmm, ngga usah disebut wanita suka sensitif dengan bagian yang satu ini. Faktor yang membuat mereka menjadi amat begitu dekat. Sampai akhirnya disuatu malam dirumah, Ayah, Ibu, Saya, Uni Mery kakak saya yang waktu itu kebetulan pulang dan ninggalin lakinya di Jakarta sendirian dan ada Ika juga. Ibu lagi lihat-lihat foto saya di handphone, foto saya dan manusia-manusia single lainnya itu sedang menikmati apa yang tadi orang-orang bilang dengan nikmatin masa muda. Waktu itu Saya, bang Ade, Defri, Andre, Gadis, dan Mery sedang menjelajah ketiga pulau yang ada di Pariaman sumpah keren banget Pulaunya. Oh ya lupa, nanti Andre marah, dari nama-nama manusia single yang saya sebut tadi Andre yang punya pacar, nama pacarnya Jensen. Olivia Jensen maksudnya, cewek kok.

Ditengah asiknya becanda keluarga malam itu, saya ingat satu hal, Ibu adalah mak comblang nomor 1 dan paling terkenal di katimaha! KATIMAHA? Apa itu? Oke ngga usah dicari di gugel ngga bakalan ketemu, digugel map juga ngga ada, kampung saya emang pelosok! PUAS!!!!

Oh ya Bu, Ini namanya Gadis 24 Tahun Single dan sekarang lagi nyari suami. Dan ini Mery 24 Tahun Single SAMA! Nyari laki juga, awalnya Gadis mau dijodohin Ibu sama temennya suami Uni, yang ternyata eh ternyata temen bang Ar juga, saya begitu sadar kenapa dunia sesempit ini, ketemunya orang-orang yang itu lagi itu lagi. Lagi negributin masalah jodoh orang-orang itu. Tiba-tiba Ayah yang sedari tadi diam nyeletuk! “Nyariin jodoh orang lain. JODOH KAMU MANA!!” itu momen saya paling JLEB!! Dirumah. Setelah kata-kata Ayah semua hening sampai pagi.

Dan saya telah berada disuatu malam yang lain lagi, entah apa asal muasalnya. Saya ngajak wanita berdua itu Gadis dan Mery yang mungkin lagi main boneka barbie di Kosannya Mery. Buat makan karena saya lapar, tempat makan juga selalu menjadi masalah buat kita. Yak tepat sekali, “memilih rumah makan aja galau, apalagi memilih pasangan hidup” akhirnya diputuskan buat makan Ramen, di kedai ramen bikinan anak-anak kuliahan, awalnya gadis ngga mau karena udah beberapa hari kerjaannya makan ramen terus sampe mencret, lalu saya meminta Gadis buat milih maunya makan apa. Dan Gadis ngga tau! Oke ngga usah diulang lagi kata-kata yang tadi saya tebelin! Ngga usah di cek juga kata-kata yang saya tebelin tadi!

Malam itu entah kenapa tiba-tiba jadi ajang curhat, yang awalnya saya bertanya kepada mereka pernah ngerasa kesepian ngga? Mungkin semua orang tau tentang sindrom kesepian ini. Tapi saya rasa ngga ada yang salah jika ada 3 orang yang telah berumur diatas 20 tahun ngomongin masalah Jodoh dan menikah. Saya pengen ngerasain tingkat kerisaun mereka yang umurnya lebih tua 4 tahun dari saya, ditambah mereka itu peremuan. Mery ngga tau kenapa tiba-tiba mengeluarkan uneg-unegnya dengan kemarahan dan membuat saya menjadi takut, entahlah mungkin seperti itu gejolak emosi yang Mery punya, emosinya sangat sensitif saya pernah beberapa kali membuatnya menangis dengan mendramatisir suasana.

Saya pengen ngeliat temen-temen saya menikah, dapet undangannya lalu saya koleksi dan masukin blog, begitu yang mas Luthfi bilang bahkan sampai undangan sunatnya anak pak Joko disuruh simpan sama Mas Luthfi buat diceritain diblog! Dari situlah malam itu saya berubah menjadi motivator, pertama saya menasehati Gadis, yak!! Saya menasehati orang yang tua 4 tahun dari saya. saya memang hebat! (baca : Kurang Ajar).

Gadis, tau ngga sih? Kehidupan Gadis beberapa tahun belakangan ini? Pagi-pagi Gadis bersiap berangkat kekantor, bahkan sebelum kekantor mampir dulu di Bank atau Kantor pajak, bahkan Gadis udah sibuk duluan sebelum orang lain memulai pekerjaannya, atau bahkan kadang saya masih tidur saat Gadis sudah sampai dikantor! Itu yang selalu Gadis lakukan setiap hari dari Senin sampai Jumat.

Dan bagaimana dengan Sabtu dan Minggu? Yaah saya sempat bertanya. Gadis ngga bosen temenan atau ngumpul sama Saya, Defri, Mery dan yang lainnya? Lalu Gadis jawab, yaaa mau gimana lagi? Temen-temen Gadis udah pada nikah semua, lalu Mery nyamber. Iya Hanafi ngga tau rasanya, ngumpul sama temen yang udah nikah! BEDA TAU NGGA!! Sambil marah-marah, saya jadi ciut!

Saya fokus ke Gadis lagi? Jadi sekarang menurut Gadis, Jodoh itu dicari atau ditunggu? Pola Gadis begitu loh setiap hari. Lalu Gadis jawab “Nunggu!” yak semua orang punya prinsipnya masing-masing, semua orang bebas mengemukakan pendapatnya masing-masing, semua orang tau bagaimana cara memahami dirinya masing-masing, dan semua orang punya hak dengan pilihannya masing-masing! Saya bisa terima apa yang dikatakan Gadis, yang tidak saya terima saya masih belum tau. Jodoh itu dicari atau ditunggu!

Lalu Mery nyamber lagi, “lagian Hanafi, kita itu udah terjebak dalam kehidupan yang seperti ini” Mery mencoba mengkambing hitamkan situasi, saya tau Mery sudah seringkali mencoba menjalin hubungan dengan orang lain. Saya tau Mery sangat tau apa yang terbaik untuk dirinya. Tapi bagi saya pribadi, kita sedang tidak menjalani kehidupan yang salah. Terkadang memang kita merasa kita yang memilih jalan hidup ini, lalu dipenghujung jalan cobaan paling berat sebelum bertemu apa yang kita cari selama ini kita merasa menyesal telah memilih jalan ini. Pada akhirnya kita nanti akan mengerti. Ada zat yang maha tahu yang telah memilihkan jalan ini untuk kita jalani. Terdengar Bullshit memang, klise, klasik apapun orang menyebutnya tapi itulah yang tengah terjadi. Kita hanya sedang disuruh belajar, barangkali untuk lebih sabar lagi.

Rasanya seperti semua terasa tidak adil. Sebagai perumpamaan diluar sana, banyak sekali orang-orang yang begitu mudah hamil diluar nikah, ada yang bertanggung jawab, ada yang kabur, ada yang bunuh diri, ada yang bunuh janin yang masih didalam kandungan, bahkan ada yang setelah lahir langsung dibunuh. Disisi lain ada orang-orang dimana bertahun-tahun ingin punya satu anak saja, tapi bahkan ngga dikasih kesempatan buat momong anak. Sama halnya dengan jodoh, ada yang mereka sampai stress karena dorongan orang tua, atau mereka yang dibully teman-temannya karena masih saja lajang, disisi lainnya juga ada yang begitu mudah jalannya untuk menikah diusia yang kadang masih sangat muda. Atau banyak lagi yang lainnya, seakan tuhan ngga adil.

Lagi-lagi dalam situasi demikian kita kadang hanya sedang disuruh belajar, banyak sekali dimensi, banyak sekali sudut pandang, ditempat yang kita lihat sangat timpang sekalipun kadang disanalah tuhan menyelipkan keadilan, entah bagaimana cara kita menilai keadilan tersebut, hidup ini tinggal dijalani, semuanya sudah diatur, tinggal pribadi kita mau cuek atau belajar dan ingin tau. Barangkali sesekali kita harus coba untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Klise memang, Bullshit memang, tapi pada kenyataannya kadang saya rasakan.

Disela bercerita, kadang saya menyelipkan sedikit humor agar mereka tertawa, untuk Mery dan Gadis. Malam itu mereka berdua bisa dapatkan tawa dari saya walau garing terkadang. Entahkah mereka tau atau tidak, dari mereka saya juga banyak dapat pelajaran berharga, bahkan kadang hanya makan ramen bertiga dan berbagi cerita seperti itu membuat saya kadang sedikit merubah pandangan sinis saya dan mencoba melihat dari sudut pandang yang lain. Saya banyak dapat pelajaran dari mereka berdua. Saya menulis ini sedang tidak menggurui siapa-siapa, tidak sedang memberi tahu siapa-siapa. Saya menulis hanya untuk mengingatkan diri saya, akan kebaikan orang ke saya, akan orang-orang yang memberi pelajaran-pelajaran baru dihidup saya. Ini untuk pembelajaran buat saya. Ditulisan ini saya tidak sedang menceramahi, atau menasehati siapapun. Saya hanya menulis pelajaran yang bisa saya ambil dari sebuah obrolan. Cukup fair kan? Mereka dapat tawa dan saya dapat ilmu. Tidak ada guru di sekolah yang mengajarkan hal semacam ini.

Dan sampai lagi disuatu malam yang lain, masih Saya, Mery dan Gadis. Makan jagung ditempat Ibu Kibro di Jembatan Siti Nurbaya. Karena seharian sudah kenyang dengan makanan yang ada dikantor, akhirnya kami memutuskan untuk makan jagung bakar saja di Siti Nurbaya. Tempat itu entah kenapa menjadi suatu tempat yang melangkolis banget, Mery pernah nangis disitu karena terharu atau mungkin bahagia, dan malam itu Gadis juga nyaris menangis. Saya lupa inti dari permasalahan apa yang membuat suasana jadi melangkolis dan Gadis mau nangis, yang jelas saya serasa ditampar Mery waktu itu.

Hal yang dapat saya ambil pelajarannya malam itu adalah tentang komitmen. Saya cerita tentang malam minggu sebelumnya, ketika Defri main futsal dan saya dengan yang lain berniat mau karokean saja malam minggu ini, akhirnya kami berempat yang jadinya pergi karaoke. Saya, Mery, Gadis dan Opi. Sampai ditempat Karaoke saya merasa ada dua pasang mata yang sedang memperhatikan saya, saya juga merasa saya kenal dengan dua orang itu, dua orang itu juga sedang berkumpul dengan teman-temannya, menunggu antrian Room yang mungkin sedang penuh.

Kebetulan ditempat itu saya punya teman kuliah yang bekerja disana, akhirnya dengan nepotisme sedikit kami ngga perlu antri. Terakhir saya tau, wanita berdua itu adalah kakak adek, dan adeknya itu adalah wanita yang saya suka, mungkin sedikit lucu. Saya suka dengan dia, dan malah kenapa saya ngga begitu kenal dengan dia. Awalnya saya yakin itu dia, dia yang ada tailalat dipipinya, karena keesokan harinya saya mencoba menghubungi kakak nya yang paling gede perempuan juga yang notabene temen kuliah Uni saya, dan saya lumayan deket dengan dia. Dan dia membenarkan malam minggu itu adiknya disana.

Kembali kewaktu yang lebih lama lagi, waktu dimana saya masih sekolah di STM, dan Uni masih kuliah di UNAND, saya disuruh uni mengantarkan sesuatu kerumah temennya itu. Cukup lama saya mencari alamatnya, tanya sana-sini akhirnya ketemu. Saya mengetuk pintu lalu ada yang membukakan pintu, rambutnya panjang agak ikal terurai saya masih ingat, rasanya sesaat semuanya berhenti. Angin yang tadinya ribut sesaat diam, lama sekali saya menatapnya.

Ngga ada yang salahkan dengan itu? Bahkan Ikal dalam cerita laskar pelangi bisa langsung jatuh cinta hanya karena melihat kuku-kuku A ling yang cantik.

Setelah bekerja ini, temen Uni saya yang tadi mengirimkan kesaya sebuah undangan untuk meng Invite akun adiknya di facebook, butuh waktu enam bulan untuk saya baru bisa menyapanya. Kadang laki-laki kehilangan jati diri jika suka kepada seorang wanita. Tapi akhir-akhir ini saya jadi begitu pesimis dengan semuanya, melihat sikap dia juga yang bisa dibilang jagak jarak sih, kadang hangat dibilang agak-agak menjauh ngga juga sih. Selama ini setiap saya mengirimkan pesan selalu dia bales. Walau dua tahun kemudian. (Ngga ding yang itu becanda).

Saya menceritakan itu ke Gadis dan Mery, dan lagi-lagi Mery dengan sedikit emosionalnya langsung berkomentar, “Kejar terus dong Han, kadang cewek itu nguji cowok. Nanti kalo kamu nyerah gini doang, pasti dia nganggap kamu ngga serius, HALAH SEGINI DOANG NIH COWOK” apa yang dibilang Mery bener banget, dia kan perempuan pasti sering ngerasa hal yang kayak begitu. Saya juga pernah cerita ke Defri masalah ini, Defri bilang “ Kejar terus Fi, kamu yakinkan diri kamu, dan yakinkan dirinya, saya pernah berada diposisi ini, dan saya biarin. Akhirnya saya menyesal” Defri pernah ngomong begitu.

Saya tau, dalam posisi itu, Mery pasti mengganggap saya sebagai adiknya. Memang sudah sepantasnya begitu, dari cerita yang begitu tadi. Akhirnya kembali keperkara jodoh. Karena mungkin sudah terlalu pusing dengan kerisauan saya. Akhirnya Mery membuat pernyataan tegas mungkin waktu itu sebagai seorang kakak ngomong ke saya. “emang Hanafi udah siap? Misalkan tahun ini ada yang suka sama Hanafi dan ada yang mau diajak Nikah. HANAFI SIAP NGGA?” PRAAAKKK saya berasa ditampar sama Mery, saya harusnya sudah mulai memanggil dia kakak.


Saya risau tentang jodoh, nikah dan segala macamnya. Namun ketika ditanya demikian saya hanya bisa diam. Saya malah balik mempertanyakan kediri saya sendiri. Apa saya benar-benar sudah siap dengan semua yang akan saya pertanggung jawabkan itu?. Saya masih belum bisa membayangkan diumur segini bakalan nikah. Bayangin aja, membayangkan saja saya masih belum bisa, apalagi menghadapi kenyataannya. Ternyata saya masih lemah, masih takut, masih belum bisa membuat sebuah komitmen. Saya ingat satu temen saya yang hebat, januari lalu menikah. Namanya Rendi dia berani membuat suatu langkah besar diumurnya yang masih seumuran saya. Dia membuat komitmen yang begitu besar dihidupnya. Dan dia punya jiwa yang besar dan keberanian atas tindakan dan langkah yang telah dia buat itu. Dia berani berkomitmen.

Mungkin saya tak perlu serisau itu, saya bisa mentertawakan diri saya sendiri dan teman-teman yang lain dengan tema “kapan nikah?” meskipun saya menjadi objeknya. Pendapat Gadis dan Mery tentang “Jodoh itu menunggu” mungkin benar, Allah mungkin tengah memberi kita waktu untuk memperbaiki diri sambil menunggu orang yang baik yang telah Allah janjikan. Diwaktu yang tepat pastinya. Jalan kita sudah ditentukan masing-masing, mereka yang duluan menikah barangkali saja sudah baik, dan kita belum. “Allah Maha Adil” bukan hanya sekedar ucapan, jika diresapi keadilan itu akan terasa, meski diantara temen-temen yang lain kita yang paling lambat ketemu jodoh.


Yah, meski sambil makan jagung bakar dipinggir jalan. Banyak hal yang bisa saya ambil dari teman-teman saya. Walau hanya obrolan yang ngga karuan. masih banyak kok hal-hal yang bisa kita pilah untuk dijadikan pembelajaran. Saya bersyukur bisa berada ditengah-tengah mereka. Hanafi cinta kalian semua dari hati.

Sumber Gambar