Wednesday 8 October 2014

Gerbang #1

Hari itu saya dalam perjalanan menuju sibolga 2 tahun yang lalu, tepat dibulan agustus. Saya baru saja dipindah tugaskan dari Martapura OKU timur Sumatera Selatan kembali lagi kekampung halaman Sumatera Barat, kenapa saya malah menuju Sibolga? Bos saya diproyek kali ini punya proyek juga di Sibolga, dia memegang dua proyek dalam satu waktu sekarang. Nah proyek dimana saya ditempatkan malah di kampung halaman saya sendiri, Pasaman Barat.

Bos mengajak saya ke Sibolga agar saya dan Bos mudah komunikasi, dikarenakan juga proyek yang di Pasaman Barat belum dimulai, jadi kerjanya di Sibolga saja, ada wacana juga ke Medan minta data sama orang-orang pemasaran, proyek ini memang benar-benar baru dimenangkan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Jadi semua datanya masih dibagian pemasaran.

Cukup melelahkan perjalanan yang hampir 12 jam dari Padang ke Sibolga. Disana saya bertemu lagi dengan rekan-rekan lama saya waktu bekerja diproyek Padang Pariaman dan Bukittinggi dulu, dan disana saya juga berkenalan dengan orang-orang baru. Dan salah satunya adalah Bang Ade, siapa itu Bang Ade?.


Bang Ade lah, yang beberapa tahun kemudian yang menjadi gerbang pembuka petualangan saya, yang saya rasakan super amazing ditahun 2014 ini. Padahal 2014 baru tiga perempat tahun berjalan tapi sudah ribuan potret yang saya abadikan bersama Bang Ade dan teman-teman yang lain.

Seperti biasa, saya memang bukan orang yang gampang bergaul dengan orang yang pendiam dan untuk orang-orang yang suka menutup diri, tapi saya sangat senang dengan orang yang selera humornya tinggi, dengan orang-orang seperti itu saya sangat gampang sekali akrab dan berteman baik. Dan karakter itu ada di Bang Ade, dia orang yang sangat humoris, tidak gampang marah saya liat, dan saya suka tata bahasa yang dia pakai, saya senang mendengar logat bahasa minang orang pariaman, ditambah lagi lidahnya yang pendek sehingga Bang Ade tidak bisa menyebut huruf R dengan benar, bahan ledekan buat saya.

Terkadang saya juga merasa aneh, mengapa saya begitu mudah dekat dengan orang. Beberapa hari di Sibolga Bos langsung ngajak ke Medan, masih lewat perjalanan darat, bang Ade juga ikut ke Medan waktu itu. Memang ini bukan pertama kalinya saya ke kantor Divisi di Medan, tapi rasa kikuk itu ada karena saya belum dekat dengan semua orang yang berada disana, saya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar mess dari pada keluyuran di kantor, dan berinteraksi dengan yang lain. Tapi ketika sore, kegiatan rutin 3 kali seminggu bermain futsal di lapangan belakang kantor saya coba ikuti, walau saya tau kemampuan saya bermain bola NOL BESAR!

Saya suka Tottenham ketika Harry Redknapp yang melatih
Siapa lagi yang memaksa kalau bukan bang Ade, lagian kegiatan itu Cuma olahraga doang kok, bukan kompetisi resmi memperebutkan gelar, jadi bisa ketawa-ketawa dan sehat lari-lari. Sebelum adzan maghrib semua kelar, saya pun mandi dan bersiap bengong menghadapi malam yang entah akan saya isi dengan kegiatan apa, tapi motor butut tak bertuan yang ada dikantor membuat saya berfikir, sebaiknya saya muter-muter dengan bang Ade dengan motor butut tak bertuan itu, saya minjam tuh motor ke OB dan dikasih kuncinya, beberapa menit kemudian saya sudah dijalan raya bersama bang Ade, nyalip sana nyalip sini seraya teriak “INI MEDAN BUNG!!” lalu tertawa, menertawakan kebodohan kami sendiri.




Saya mencoba mengingat-ingat kembali, jalanan kota Medan yang sedikit saya hafal satu tahun yang lalu, saya sempat tinggal di kota ini sekitar satu minggu bersama bos saya yang sebelumnya. Saya dan bang Ade menyusuri jalan sisingamangaraja, singgah di Mesjid Raya Medan, terus ke ujung kantor PDAM yang tepat sekali berada di ujung jalan sisingamangaraja, lalu muter-muter ngga jelas dengan modal nekat, sama-sama ngga tau jalanan kota Medan.




Sehari kemudian, saya dan bang Ade balik ke Sibolga, Bos tinggal dan hanya saya bertiga dalam perjalanan. Yaitu saya, bang Ade dan Cumit. Saya duduk didepan dan membuka dashboard mobil, dan menemukan CD hadiah dari restoran cepat saji dengan menu AYAM DOANG itu, yang bikin kesel kadang, katanya dapet CD gretong, ngga taunya di Bill yang diterima, CD nya tetep aja bayar.

“BERTERIAK LAH PADAKU LEBIH KENCANG, AGAR KU TAU KU TAK SENDIRI” lagu pertama dari CD Last Child, setelah mendengar semua lagunya saya tiba-tiba jadi suka dengan band yang namanya Last Child, entah kenapa saya tidak tau, tapi saya suka meskipun salah satu lagunya yang duet dengan mantan finalis Indonesian Idol itu mirip banget sama lagunya “Two is better than one” nya Boys Like Girls Feat. Taylor Swift, tapi setidaknya rasa kecewa saya terobati dengan liriknya yang lumayan manis.

Bang Ade mabok dicekokin lagu itu itu mulu
Kenapa saya membahas tentang Last Child, biasanya ketika saya suka dengan sebuah lagu. Saya akan tergila-gila dengan lagu itu, lalu mendengarkannya sampai muak, bahkan sampai muntah-muntah, lalu menyimpan lagu itu, dan mendengarkannya lagi beberapa tahun kemudian, kadang nadanya bakalan membawa kita lagi dalam suasana yang telah berlalu bertahun-tahun. Seperti original soundtrack-nya drama korea Shasy Girls Choon Hyang, mendengar semua soundtrack-nya, rasanya membawa saya kembali pada tahun 2005. Dimana saya merasa jatuh cinta pada dua hal, kepada “kamu” yang tak pernah bisa saya gapai pada saat-saat jam sekolah, dan pada drama korea yang saya tonton berulang-ulang pada sore harinya. Haaahhh jadi galau kan kalo nginget lagu itu.

Selfish memang, saya tidak memikirkan bang Ade dan Cumit yang beneran sudah muntah mendengar lagu-lagu dalam CD yang itu berulang-ulang. Yang penting saya seneng dan telinga saya dimanjakan oleh nada-nada dalam CD tersebut.

Beberapa hari kemudian saya sudah berada di Kota Padang kembali, ketika sedang bekerja. Ada telpon dari bang Ade, “Berteriaklah padaku lebih kencang” samar terdengar bunyi musik, sepertinya bang Ade sedang nyetir, katanya dia lagi nyasar. Dia ngga tau jalan dari Sibolga ke Padang itu jalannya yang dimana, tapi sepertinya bang Ade tepat sekali bertanya pada saya yang sama sekali ngga ngerti apa-apa tentang jalan dari Sibolga ke Padang, dan by the way saya malah membahas lagu yang samar saya dengar tadi, dan omongan kami ngga ada juntrungannya.

Alhamdulillah bang Ade sampai juga di Padang, entah siapa yang menunjukkan dia jalan yang benar. Bertanya ke saya cuma bakal jadi masalah besar, karena sepanjang perjalanan dari Sibolga ke Padang saya lebih memilih tidur dari pada harus menghafal jalanan. Dan ketika saya masuk ke mobil, saya tidak menemukan CD –nya Last Child, lalu dengan membara bang Ade menjelaskan bahwa dia telah muak dengan lagu-lagu itu dan mematah-matahkan CD-nya lalu membuangnya ditengah jalan. Maafkan kami Last Child ini bukan suatu bentuk kebencian buat karya kalian. Tapi setidaknya nanti kalo saya beli ayam goreng lagi, kalo pelayannya nawarin CD saya bakal ambil CD kalian lagi. Tapi kayaknya udah ngga lagi ya tahun 2014 ini?

Ya, cukup sampai disana saja perkenalan saya dengan bang Ade, lalu semua berjalan apa adanya, komunikasi kami tetap jalan. Saya tau bang Ade orang yang suka melanglangbuana kemana-mana, Hobi Touring, mengunjungi tempat-tempat yang indah diseluruh penjuru sumatera, dan pecinta gunung juga, entah sudah berapa puluh kali bang Ade mendaki gunung Merapi yang ada di sumatera barat. Point nya adalah, 2 tahun kemudian. Saya tidak tau “Mencintai Alam” itu apakah penyakit menular atau bagaimana, tapi perkenalan aneh dengan slogan “INI MEDAN BUNG” itu yang membawa saya pada petualangan-petualangan itu. Saya tidak tau, apakah saya bisa sampai kesebuah puncak gunung, jika tidak bertemu dengan gerbangnya untuk masuk.

Kadang untuk mencapai apa yang kita inginkan, kita tak perlu memaksakan diri untuk mencari. Karena tuhan telah tuliskan, jika niat kita suci, tujuan kita jelas, dan punya banyak manfaat. Tuhan akan lancarkan itu, tak perlu rencanakan dengan begitu matang, selama kita punya usaha. Tuhan hargai itu, sekecil apapun usaha kita, jika hanya itu yang kita sanggup.

Awal berkenalan dengan bang Ade yang terlihat ngga pernah serius dulu, sama sekali ngga pernah terfikirkan oleh saya bahwasanya dialah gerbang yang terbuka dan membuat saya menjadi salah satu Pecinta Alam, saya merinding. Maha Besar Allah menciptakan dunia dan seisinya untuk manusia, dengan mencintai alam, setidaknya saya bisa makin merasakan beruntungnya saya dijadikan makhluk bernama Manusia. dan segala puji bagi Allah, menciptakan alam semesta dan seisinya untuk manusia.

Saya masih belum bisa menakar diri, apakah saya sudah termasuk orang-orang yang bersyukur atau tidak, tapi puluhan kali firman Allah dalam al-quran setidaknya bisa mengingatkan saya tentang

“Lalu, nikmat Tuhan-mu yang mana lagi yang hendak kau dustakan?” Qs. Ar-Rahman.

Setelahnya? Saya banyak dapat pelajaran dari tiap langkah kaki yang berjalan “MENUJU PUNCAK” itu. Teruntuk bang Ade, saya ingin berterimakasih, kata yang sama sekali belum pernah saya ucapkan ketika keinginan saya tercapai dengan bantuan bang Ade. Jika ingin jujur, saya merasa malu. Ketika saya yang sok tau dan sok jago dipatahkan oleh sikap yang bang Ade tunjukkan. Saya terlalu meremehkan kemampuan bang Ade, padahal bang Ade jauh lebih baik dari apa yang saya fikirkan. Dan maaf untuk prasangka itu. Sekali lagi terimakasih bang, bergaul dengan bang Ade mengajarkan saya untuk tidak terlalu sombong. Sekali lagi terimakasih. Banyak hal yang bisa saya pelajari sendiri.


Entah Apa yang kita fikirkan bila berada ditempat seperti ini

No comments:

Post a Comment