Tuesday 9 May 2017

Perahu Kayu

Lalu aku melambaikan tangan. Semilir angin kearah laut, membuat layarnya terus kembang melaju kencang semakin jauh ke tengah. Pada sebuah senja aku masih berdiri diam sambil menatap lamat-lamat bayang nya seperti menghilang ditengah samudera. Lalu hanya ada suara desis angin di telingaku, debur ombak seperti gemuruh yang menghantam kuat di dadaku, lalu ku tahan sambil terus berdiri diam. Sayup-sayup suara adzan maghrib serasa panggilan menyuruh ku pulang. Aku melangkah dari dermaga kayu itu, berhenti sejenak pada tumpukan kayu yang ingin aku jadikan perahu. Entah sudah berapa musim tergeletak disitu, tak pernah aku selesaikan. Di hatiku aku takut, hanya takut. Lalu dengan mata sembab aku pulang. Barangkali ibu sudah cemas menunggu dirumah, ini sudah maghrib ketiga. Tak ada yang lain lagi ditunggu selain diriku sendiri.