Wednesday 13 February 2013

Pelangi Chapter I


Lagi, kembali aku memencet tuts tuts keyboard ini ketika diluar, dijantung kota kecil ini masih menetes riuh hujan berkejaran dari langit. Nyaris seperti rinai, tapi sepertinya lebih layak dipanggil hujan. Yap hujan yang menutup malam ini.

Aku ngga begitu tau harus dari mana memulainya. Rasanya ini hanya masuk dalam hidupku begitu saja, dan membuatnya begitu berbeda. Ada warna yang datang dan sedikit merubah warna langit dihidupku. Dari dulu aku ngga pernah bisa, menulis sebuah arti yang dalam tentang apa yang sedang aku lalui bersama orang lain, jika hanya bercerita tentang apa yang aku lakukan dengan orang-orang yang tengah aku lalui mungkin bisa. Tapi tidak untuk mereka yang punya arti. Tapi malam ini aku coba paksa kan.

Satu setengah tahun yang lalu, aku tengah sibuk menggambar sendiri peta kehidupanku, dimana pinggiran laut akan aku garis, atau dimana letak gundukan gunung akan aku tumpukkan, semua terasa rapi dan sempurna. Mimpi-mimpi itu, aku ingin berjalan egois sendiri ditengah peta yang masih aku rancang itu. Tapi tidak semudah itu, tuhan punya skenario lain yang jauh lebih sempurna, hanya saja waktu itu aku tidak begitu menyadari apa yang akan aku jalani akan lebih berarti bila megikuti alur skenario tuhan, atau aku harus keluar dari zona nyamanku.

Saat itu aku berencana ditengah kesibukanku bekerja, aku akan melanjutkan kuliah dengan begitu gampangnya sendiri selama 4 tahun dan menyelesaikannya begitu saja, dan rasanya aku tidak butuh orang lain. Egois sekali memang. Tapi skenario tuhan ternyata tidak begitu, ketika aku sampai pada bulan-bulan awal perkuliahan, aku harus dipindah tugaskan ketempat yang jauh. Aku masih bisa rasakan buramnya sore itu ketika aku akan berangkat jauh ada ayah dan ibu didapur ketika itu. Dan rasanya semua peta itu hancur berantakan, mimpi jangka panjangku mulai berhenti disitu.

Sampai saat ini aku sadar sendiri, ini bukan lagi tentang kuliah, atau tentang mimpi jangka panjang itu. Bahkan tuhan memberi cerita yang begitu lebih berarti.

Aku teringat kembali percakapanku dengan temen satu kos uni, ketika kemaren aku sempat bertemu lagi dengannya, aku punya kesempatan bertemu karena nganter undangan pernikahan uni. Undangan untuk temen-temennya yang masih setia mengenakan almamater kampus, sedangkan uni sendiri, sudah bersiap untuk duduk dipelaminan waktu itu.

Namanya Prima. Dan bukan nama samaran, sumpah waktu itu aku kaget banget ngeliat dia, mungkin udah 2 taunan ngga ketemu sama dia, aku fikir ketika dia keluar dari kosannya, yang keluar itu Mita the virgin, “EEHH buset, Mita kos disini yakk!!” aku nyaris SHOOCKKK!!!, sekarang dia rasanya jauh dari kata cantik, manis dan imut, dulu itu ketika tahun 2008 dia juga pernah datang kerumahku, ketika acara resepsi pernikahan abang aku yang paling gede, rambutnya panjang dikasih poni, cakeepppp banget!, dan sifatnya, sedikit bertolak belakang deh, ngga perlu deh aku ceritain aib orang, pissss kak Prima.

Dan ternyata yang keluar itu Prima bukan Mita, seperti biasa basa-basi nanya kabar dan dia nanya iam, hufft udah 2 tahun juga waktu itu aku sangat jarang ketemu iam, dan iam selalu sibuk dengan perkuliahaannya, dan aku mengerti.

Entah darimana awalnya aku dan Prima sampai pada cerita tentang “Teman dan Sahabat”, dia mulai bercerita tentang teman-teman SMA-nya yang semenjak kuliah jadi rada-rada sombong, prima berfikir mungkin teman-teman yang seperti itu merasa mereka jauh lebih bermartabat dengan teman-temannya yang sekarang dan mungkin merasa jauh lebih intelektual sehingga meninggalkan bahkan melupakan teman-teman lamanya yang sudah jauh hari saling berkenalan. Hal yang sama seperti aku fikirkan, entahlah bagaimana orang lain, yang jelas aku juga merasakan hal yang sama, ketika kita sudah lepas dari lingkaran pergaulan itu dan menemukan lingkaran baru disitu akan sangat terlihat sekali siapa yang teman, dan mana yang sahabat. Jawabannya ketika kita ngga bisa mengartikan pergaulan kita teman atau sahabat, dengan sangat mudah waktu yang akan menjawabnya.

Banyak sekali aku menemukan orang yang semacam itu dalam hidupku, ketika kemarin-kemarin aku mencoba lagi untuk bertemu dan bersilaturrahmi dengan teman-teman lamaku, memang aku memulainya dengan menghubungi satu persatu dengan handphone. Banyak yang langsung kenal, dan ada yang lama mikirnya, dan juga banyak yang sama sekali ngga kenal lagi dengan aku bahkan setelah aku menyebutkan namaku padanya. Entahkah mereka benar-benar lupa, atau memang aku tidak pernah punya arti dalam hidup mereka.

Percakapan aku dengan Prima berhenti karena temen-temen kosnya berteriak dari dalam, ingin membeli beras. Dan aku tersenyum geli serta kagum, ini sudah 4 tahun lebih dia kuliah dan kos ditempat ini, dan selama itu juga dia jualan beras dikosannya, aku bingung sendiri, tampilan visual dia, sikapnya, perilakunya, dan pemikirannya semua bertolak belakang, kadang aku berfikir Prima itu makhluk paling komplit yang pernah aku temui, dan juga susah ditebak.

Aku kembali kekantor malam itu, rasanya Limau manis dan Padang Baru itu jauh banget! Ngga kayak biasa dulu, aku sering kekosannya itu pake F1ZR nya iam, bahkan naik angkot, tapi semua terasa dekat! Sepanjang jalan aku berfikir, barangkali itulah yang jurang pemisah antara TEMAN dan SAHABAT!

Teman itu akan lapuk dan hancur dimakan ruang dan waktu, tapi Sahabat ngga akan pernah terpisah oleh ruang dan waktu!

Sejauh apapun ruang, ngga akan pernah menghapus rindu pada sahabat. Selama apapun waktu, ngga akan pernah menghapus memori-memori yang pernah ada tentang sahabat, tapi kenangan dengan teman akan cepat termakan usia. Karena itu aku mengatakan, waktu bisa menjawab tentang arti teman dan sahabat!

Untuk sahabat aku Sisil, yang setiap saat bertanya. Apa beda antara teman dan sahabat, bagiku inilah jawaban sederhananya, sangat simpel.

to be continuous to Chapter II
*******

sumber gambar : http://putriejrs.blogspot.com/2012/01/makna-7-warna-pelangi.html

10 comments:

  1. sahabat itu seperti keluarga...
    keluarga kedua deh.. :)

    ReplyDelete
  2. yah,mmg semuanya akn trjwb oleh wktu...

    ReplyDelete
  3. sahabat, orang yg mengerti kita setelah kedua orang tua.
    pada dasarnya sahabat itu hebat.tau kenapa bisa dikatakan demikian?

    ReplyDelete
  4. teman dan sahabat seperti orang-orang yg berlalu-lalang di hidup kita, beberapa singgah untuk waktu yg lama dan meninggalkan jejak kaki yg dalam... :)

    ReplyDelete
  5. sampai sekarang aku belum bisa membedakan antara teman dan sahabat.. :(
    karena bagiku semua temanku adalah sahabatku.. :)

    ReplyDelete
  6. yap itulah perbedaan mendasar antara sahabat dan teman .
    jaga selalu hubungan pertemanan baik persahabatanmu

    ReplyDelete
  7. Teman itu akan lapuk dan hancur dimakan ruang dan waktu, tapi Sahabat ngga akan pernah terpisah oleh ruang dan waktu!

    nice quote..

    beruntunglah org2 yg punya sahabat :)

    ReplyDelete
  8. buat aku,,teman dan sahabat itu sama :)
    mereka yg punya arti besar dalam hidup..
    sedangkan orang2 yang dikira "teman",,
    buat aku hanyalah tokoh yang numpang berlalu lalang di kehidupanku..
    ada ya udah,, pergi juga ngga apa..
    yang penting teman2ku yang hanya segelintir ini ada dan akan selalu di sana :)

    ReplyDelete