Lagi, kembali aku memencet tuts
tuts keyboard ini ketika diluar, dijantung kota kecil ini masih menetes riuh
hujan berkejaran dari langit. Nyaris seperti rinai, tapi sepertinya lebih layak
dipanggil hujan. Yap hujan yang menutup malam ini.
Aku ngga begitu tau harus dari
mana memulainya. Rasanya ini hanya masuk dalam hidupku begitu saja, dan
membuatnya begitu berbeda. Ada warna yang datang dan sedikit merubah warna
langit dihidupku. Dari dulu aku ngga pernah bisa, menulis sebuah arti yang
dalam tentang apa yang sedang aku lalui bersama orang lain, jika hanya
bercerita tentang apa yang aku lakukan dengan orang-orang yang tengah aku lalui
mungkin bisa. Tapi tidak untuk mereka yang punya arti. Tapi malam ini aku coba
paksa kan.
Satu setengah tahun yang lalu,
aku tengah sibuk menggambar sendiri peta kehidupanku, dimana pinggiran laut
akan aku garis, atau dimana letak gundukan gunung akan aku tumpukkan, semua
terasa rapi dan sempurna. Mimpi-mimpi itu, aku ingin berjalan egois sendiri
ditengah peta yang masih aku rancang itu. Tapi tidak semudah itu, tuhan punya
skenario lain yang jauh lebih sempurna, hanya saja waktu itu aku tidak begitu
menyadari apa yang akan aku jalani akan lebih berarti bila megikuti alur
skenario tuhan, atau aku harus keluar dari zona nyamanku.
Saat itu aku berencana ditengah
kesibukanku bekerja, aku akan melanjutkan kuliah dengan begitu gampangnya
sendiri selama 4 tahun dan menyelesaikannya begitu saja, dan rasanya aku tidak
butuh orang lain. Egois sekali memang. Tapi skenario tuhan ternyata tidak
begitu, ketika aku sampai pada bulan-bulan awal perkuliahan, aku harus dipindah
tugaskan ketempat yang jauh. Aku masih bisa rasakan buramnya sore itu ketika
aku akan berangkat jauh ada ayah dan ibu didapur ketika itu. Dan rasanya semua
peta itu hancur berantakan, mimpi jangka panjangku mulai berhenti disitu.
Sampai saat ini aku sadar
sendiri, ini bukan lagi tentang kuliah, atau tentang mimpi jangka panjang itu. Bahkan
tuhan memberi cerita yang begitu lebih berarti.
Aku teringat kembali percakapanku
dengan temen satu kos uni, ketika kemaren aku sempat bertemu lagi dengannya,
aku punya kesempatan bertemu karena nganter undangan pernikahan uni. Undangan untuk
temen-temennya yang masih setia mengenakan almamater kampus, sedangkan uni
sendiri, sudah bersiap untuk duduk dipelaminan waktu itu.
Namanya Prima. Dan bukan nama
samaran, sumpah waktu itu aku kaget banget ngeliat dia, mungkin udah 2 taunan
ngga ketemu sama dia, aku fikir ketika dia keluar dari kosannya, yang keluar
itu Mita the virgin, “EEHH buset, Mita kos disini yakk!!” aku nyaris
SHOOCKKK!!!, sekarang dia rasanya jauh dari kata cantik, manis dan imut, dulu
itu ketika tahun 2008 dia juga pernah datang kerumahku, ketika acara resepsi
pernikahan abang aku yang paling gede, rambutnya panjang dikasih poni,
cakeepppp banget!, dan sifatnya, sedikit bertolak belakang deh, ngga perlu deh
aku ceritain aib orang, pissss kak Prima.
Dan ternyata yang keluar itu
Prima bukan Mita, seperti biasa basa-basi nanya kabar dan dia nanya iam, hufft
udah 2 tahun juga waktu itu aku sangat jarang ketemu iam, dan iam selalu sibuk
dengan perkuliahaannya, dan aku mengerti.
Entah darimana awalnya aku dan Prima
sampai pada cerita tentang “Teman dan Sahabat”, dia mulai bercerita tentang
teman-teman SMA-nya yang semenjak kuliah jadi rada-rada sombong, prima berfikir
mungkin teman-teman yang seperti itu merasa mereka jauh lebih bermartabat
dengan teman-temannya yang sekarang dan mungkin merasa jauh lebih intelektual
sehingga meninggalkan bahkan melupakan teman-teman lamanya yang sudah jauh hari
saling berkenalan. Hal yang sama seperti aku fikirkan, entahlah bagaimana orang
lain, yang jelas aku juga merasakan hal yang sama, ketika kita sudah lepas dari
lingkaran pergaulan itu dan menemukan lingkaran baru disitu akan sangat
terlihat sekali siapa yang teman, dan mana yang sahabat. Jawabannya ketika kita
ngga bisa mengartikan pergaulan kita teman atau sahabat, dengan sangat mudah
waktu yang akan menjawabnya.
Banyak sekali aku menemukan orang
yang semacam itu dalam hidupku, ketika kemarin-kemarin aku mencoba lagi untuk
bertemu dan bersilaturrahmi dengan teman-teman lamaku, memang aku memulainya
dengan menghubungi satu persatu dengan handphone. Banyak yang langsung kenal,
dan ada yang lama mikirnya, dan juga banyak yang sama sekali ngga kenal lagi
dengan aku bahkan setelah aku menyebutkan namaku padanya. Entahkah mereka
benar-benar lupa, atau memang aku tidak pernah punya arti dalam hidup mereka.
Percakapan aku dengan Prima
berhenti karena temen-temen kosnya berteriak dari dalam, ingin membeli beras. Dan
aku tersenyum geli serta kagum, ini sudah 4 tahun lebih dia kuliah dan kos
ditempat ini, dan selama itu juga dia jualan beras dikosannya, aku bingung
sendiri, tampilan visual dia, sikapnya, perilakunya, dan pemikirannya semua
bertolak belakang, kadang aku berfikir Prima itu makhluk paling komplit yang pernah
aku temui, dan juga susah ditebak.
Aku kembali kekantor malam itu,
rasanya Limau manis dan Padang Baru itu jauh banget! Ngga kayak biasa dulu, aku
sering kekosannya itu pake F1ZR nya iam, bahkan naik angkot, tapi semua terasa
dekat! Sepanjang jalan aku berfikir, barangkali itulah yang jurang pemisah
antara TEMAN dan SAHABAT!
Teman itu akan lapuk dan hancur
dimakan ruang dan waktu, tapi Sahabat ngga akan pernah terpisah oleh ruang dan
waktu!
Sejauh apapun ruang, ngga akan
pernah menghapus rindu pada sahabat. Selama apapun waktu, ngga akan pernah
menghapus memori-memori yang pernah ada tentang sahabat, tapi kenangan dengan
teman akan cepat termakan usia. Karena itu aku mengatakan, waktu bisa menjawab
tentang arti teman dan sahabat!
Untuk sahabat aku Sisil, yang
setiap saat bertanya. Apa beda antara teman dan sahabat, bagiku inilah jawaban
sederhananya, sangat simpel.
*******
sumber gambar : http://putriejrs.blogspot.com/2012/01/makna-7-warna-pelangi.html
best prend polepel
ReplyDeletesahabat itu seperti keluarga...
ReplyDeletekeluarga kedua deh.. :)
yah,mmg semuanya akn trjwb oleh wktu...
ReplyDeletesahabat, orang yg mengerti kita setelah kedua orang tua.
ReplyDeletepada dasarnya sahabat itu hebat.tau kenapa bisa dikatakan demikian?
teman dan sahabat seperti orang-orang yg berlalu-lalang di hidup kita, beberapa singgah untuk waktu yg lama dan meninggalkan jejak kaki yg dalam... :)
ReplyDeletesampai sekarang aku belum bisa membedakan antara teman dan sahabat.. :(
ReplyDeletekarena bagiku semua temanku adalah sahabatku.. :)
yap itulah perbedaan mendasar antara sahabat dan teman .
ReplyDeletejaga selalu hubungan pertemanan baik persahabatanmu
Teman itu akan lapuk dan hancur dimakan ruang dan waktu, tapi Sahabat ngga akan pernah terpisah oleh ruang dan waktu!
ReplyDeletenice quote..
beruntunglah org2 yg punya sahabat :)
buat aku,,teman dan sahabat itu sama :)
ReplyDeletemereka yg punya arti besar dalam hidup..
sedangkan orang2 yang dikira "teman",,
buat aku hanyalah tokoh yang numpang berlalu lalang di kehidupanku..
ada ya udah,, pergi juga ngga apa..
yang penting teman2ku yang hanya segelintir ini ada dan akan selalu di sana :)
teman dan sahabat itu sama :D
ReplyDelete