Wednesday 1 August 2012

Ayah


Aku masih merasa aneh dengan waktu, terkadang dia memberi kesempatan besar dalam waktu yang sangat sempit, terkadang dia berlama-lama dalam menjawab semua yang dimintakan manusia kepada Allah, dan dalam hidupku, siapakah orang yang paling berpengaruh di hidupku dalam rentan waktu aku lahir sampai hari ini, umurku sudah menginjakkan usia 20 tahun, tentu saja ayah, ada sebuah pepatah dalam bahasa minang


“Mambangkik batang tarandam”

Jika diartikan dengan kata-kata dalam bahasa indonesia berarti

“mengeluarkan Batang kayu dari rendaman air”
 
Makna yang ingin disampaikannya, bisa diartikan, mengangkat martabat, bisa juga menaikan sedikit strata, bisa juga menyelesaikan masalah selama ini, contoh dari kemiskinan kesengsaraan, atau hal-hal yang semacam itu.

Dan ayah melakukannya dalam waktu 28 tahun,
Setidaknya untuk saat ini, 90 % dari semua usahanya mendidik anak-anaknya bisa aku katakan berhasil, kenapa begitu?



Aku punya seorang abang, biasa aku memanggil kakak, namanya Desrimal, anak pertama, mungkin  dari semua anak ayah, kakak yang paling bandel hanya kakak yang punya catatan pindah-pindah sekolah, mulai dari SD, ketika ibu salah memasukkannya ke sekolah kristen dipekan baru, dan akhirnya dia sekolah disekolah negeri biasa, sampai akhirnya ayah memutuskan untuk kembali kekampung setelah mendapat modal lumayan dari hasilnya merantau kepekan baru, dan kakak pun pindah sekolah kembali, dia lulus SD, dan sekolah di MTsn, tamat dari situ dia langsung melanjutkan kesalah satu MAN dikampungku, tak bertahan lama disana, aku tak begitu tau alasannya apa waktu itu, kakak pindah sekolah ke MAN dikota Padang, disinilah semua kebandelannya dimulai, tapi tak terlalu bandel-bandel amat sih, hanya saja dia males masuk sekolah, sampai-sampai dirapornya ada Absen sampai tiga bulan, dia tak masuk sekolah selama tiga bulan. Tapi bersyukur dia bisa lulus dan menyelesaikan sekolahnya dalam waktu 3 tahun, dan akhirnya hari ini, kakak bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil, setelah usahanya selama 6 Tahun menjadi tenaga sukarela dan pegawai honorer, karena kepiawainnya menggunakan komputer, dia juga yang mengajariku komputer.

Entahkah sudah takdirnya,  anak pertama selalu jadi tumbal, kakak memang seorang yang  tempramen, tapi aku tahu dia sangat sayang pada adik-adiknya, kakaklah salah satu penunjang semua biaya pendidikan aku dan uniku selama sekolah dipadang, ketika dia sudah punya gaji, kakak adalah orang yang tentu saja punya andil banyak, sampai aku bisa meraih apa yang sudah aku dapat saat ini, dia abang terbaik didunia, aku tau dia memperhatikan kami adik-adiknya dalam setiap amarah dan diamnya, aku tau itu. Dan tentu saja kembali ke Ayah,
Ayah sudah berhasil mendidik anak pertamanya, sampai pada akhirnya ayah sudah melepas tanggung jawabnya pada kakak, setelah ayah berhasil menyekolahkannya meski hanya sampai tingkatan SLTA, ayah sudah berhasil mendidiknya menjadi abang yang baik, ayah punya andil besar menjadikan kakak seorang PNS, dan kakak menikah dan sekarang tentunya kakak sudah punya tanggung jawab sendiri pada keluarganya, dan kakak sudah lepas dari tanggung jawab ayah, Suatu kekaguman pertama pada AYAH.



Aku juga punya seorang mbak, biasa aku panggil Uni, uni merupakan panggilan kakak perempuan diminang, uni memang selalu lebih dari kami 4 orang kakak beradik, dia punya kemauan yang keras, tapi tidak terlalu ambisius, dia sangat cerdas, sudah terlihat dari dia SD, ketika dia hanya kalah  ranking dari anak guru yang mungkin saja ada kong kalingkongnya, tapi dia membuktikannya ketika di MTsN, tak tanggung-tanggung dia bisa meraih juara umum, nilainya paling tinggi dari ratusan siswa yang ada disekolah itu, lulus dari sana uni melanjutkan sekolah kekabupaten sebelah, masuk kesalah satu MAN unggulan dipasaman, dan tinggal  diasrama, uni membuktikan kembali, bahwa dari semua siswa cerdas yang berkumpul disana, dialah yang terbaik dangan kembali meraih juara umum, aku tak tau otaknya terbuat dari apa, tapi uni sangatlah cerdas, lulus dari MAN, uni langsung diterima di UNAND, Fakultas MIPA, dan dia menyelesaikan kuliahnya dalam waktu normal, kurang dari 4 tahun, dia sudah mendapatkan Strata Satu, dengan skripsi yang aku bilang sangatlah tipis sekali, tapi bukalah isinya, mataku keriting melihat skripsinya yang tidak bisa dibaca, karena penuh dengan rumus-rumus yang sama sekali tak pernah aku tau, dan uni adalah anak Ayah pertama yang sarjana, sampai akhirnya dia melamar pekerjaan di BANK BRI, dan diterima.

Kesuksesan dia saat ini, tentu tak lepas dari peranan ayah, aku sendiri tak mengerti bagaimana ayah melakukan ini semua?, bagaimana ayah mendidik anak-anaknya, dan bagaimana ayah melakukan Cost Control, sehingga semua berjalan begitu saja dan berdampingan, semua anaknya sekolah,
dan keluargaku merupakan golongan menengah kebawah, bahkan mungkin menengahnya tak bisa disebut, bukan aku rendah diri, terkadang orang selalu menyangkutkannya kemasa yang telah berlalu, dulu ketika aku belum mengenal dunia, keluargaku memang menengah keatas, itu tentang ayah dan semua kesuksesan ayah, tapi skenarionya memang bagitu, ayah bangkrut, dan tak meninggalkan apapun, dan pandangan orang sampai saat ini, keluargaku adalah keluarga yang berada, pada kenyataannya TIDAK!


Dan anak ketiga ayah adalah aku, pelajaran apa yang ayah ajarkan padaku? Aku tak tau, semua hari-hariku dirumah selama 16 tahun berjalan semestinya, hubungan antara ayah dan anak, tapi mungkin dalam amarahnya ayah selalu punya maksud ingin agar aku belajar dan tau apa itu dunia.
Aku sekolah di satu SD, selama 6 tahun, satu Mtsn selama 3 tahun, dan STM selama 3 tahun, dari kedua kakakku hanya aku yang beda sendiri, ketika yang lain sekolah melanjutkan dari MTsN ke MAN, aku sama sekali ngga nyambung dari MTsN ke STM?, tapi ayah adalah orang yang sangat demokratis, jika masih dalam hal yang positif dan dalam batas kemampuannya, ayah tak pernah melarang, malah ayah bertanya apa yang anak-anak nya inginkan.

Aku punya cita-cita menjadi seorang arsitek waktu itu, dan inspirasinya tentu ayah, yang dulu memang seorang tukang, aku mengatakan semua mimpi dan keinginanku pada ayah, ayah hanya tersenyum dan mengiyakan, dia tak pernah ungkapkan pada anak-anaknya masalah biaya, padahal aku tau, ketika aku akan mendaftar ke STM itu, ayah harus mengeluarkan biaya yang sangat banyak, bertepatan sekali waktu itu, uni juga akan masuk universitas, dan disaat yang sama, kakak kecelakaan dan koma dirumah sakit, tapi ayah tenang dalam semua urusannya, aku tau waktu itu ayah telah menjual sesuatu untuk semua urusan ini, tapi tidak untuk biaya yang tak terduga seperti kecelakaan kakak, biaya perawatan dirumah sakit tidaklah sedikit, tapi ayah bisa meng-handle semuanya, aku tak mengerti bagaimana ayah membuat cost control sehebat itu.

Dalam islam, tujuan dari hidup salah satunya adalah membahagiakan orang tua, aku memang terkadang seringkali menyakiti perasaan ayah dan ibu, hanya karena keegoisan, kau juga tidak mengerti, dengan apa yang telah aku capai ini, sudahkah ayah dan ibu merasa bahagia dan bangga membesarkan anak seperti aku, setidaknya dari umur 18 tahun, aku tak lagi sepenuhnya menggantungkan biaya hidupku pada ayah dan ibu.

Tamat dari STM, alhamdulillah aku diterima disebuah perusahaan BUMN, bergerak dibidang jasa konstruksi, atau biasa orang-orang sebut kontraktor, memang ini melenceng dari cita-citaku ingin menjadi seorang arsitek, tapi aku merasa, “teknik sipil” mungkin inilah duniaku, aku hanya akan menjalaninya saja, aku juga tak pernah merencanakan semua ini, hidup seperti ini, jauh dari rumah, dengan gaji yang lumayan diumurku yang masih lumayan muda, hanya bermodalkan ijazah STM.

Mungkin aku terlalu narsis harus berkata seperti ini, tapi ini bukan tentang aku, ini tentang ayah, apa yang ayah lakukan dalam membentuk mentalku dalam waktu 16 tahun lamanya, mengajariku secara tidak langsung, aku benar-benar tidak tahu, bagaimana ayah mendidik anak-anaknya, semuanya mengalir begitu saja, ketika kami anak-anaknya berumur 6 tahun, kami semua didaftarkan kesekolah formal, ketika sudah pandai membaca huruf latin, kami diserahkan kemesjid untuk belajar mengaji, dan ketika kami sudah bisa berfikir dan mengerti dengan beberapa bentuk aksara, kami disuruh memilih sendiri pendidikan yang kami suka!



Yang terakhir adikku, namanya Siska, biasa dipanggil Ika kalau dirumah, saat ini masih 16 tahun, lulus Mtsn yang sama dengan semua kakaknya, lulus tahun ini, namun sayangnya, dia tidak bisa sekolah disekolah yang ia damba-dambakan, dikampung dia juga masuk MAN, dan memang akulah yang berbeda sendiri masuk STM.

Memang belum tau arah keberhasilan ika, dia masih merangkak naik, menyelesaikan pendidikannya, dari semua saudaraku, motivasi ika yang aku tidak pernah tau, ketika lulus dari MAN nanti, pendidikan apa yang dia inginkan, ingin jadi apa cita-citanya, aku tidak pernah tau, ketika dia berumur 11 tahun aku sudah pergi sekolah kepadang, dan 5 tahun berlalu, aku sangat jarang dirumah, bahkan ketika pulangpun, aku jarang banyak bercerita dengannya, 5 tahun belakangan aku lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, hari ini saja aku sedang dimartapura, sebuah kota kecil disumatera selatan, dan terkadang jika ika sms atau nelfon, paling banter minta beliin pulsa, kalo tidak ya minta duit buat beli keperluan sekolahnya. Tak pernah aku bertanya apa motivasinya, aku hanya merasa waktunya belum tepat, suatu saat aku yakin dia bakalan dengan sendirinya mengatakan arah tujuannya.

Ika anak ayah paling terakhir, ayah juga telah berhasil mendidiknya.

Ayah adalah sosok paling berpengaruh dalam kehidupan aku, kakak, uni, dan adekku
Ayah adalah orang tua tersukses dalam mendidik anaknya, dibidang Agama, Sosial dan semua aspek.
Ayah adalah sosok pekerja keras, dan sangat bertanggung jawab.
Ayah adalah segala-galanya didunia ini.
Dimanapun aku, Ayah lah orang yang selalu aku banggakan, meski ayah tak lulus SD, tapi ayah punya ijazah dunia, ayah telah menaklukan dunia, merubah aliran kehidupan, “mambangkik batang tarandam” dalam setiap sudut pesona dan kesederhanaannya.

Aku sangat bersyukur, terlahir kedunia, di digendong dengan hangat oleh Ayah yang seperti Ayah.

14 comments:

  1. tisu mana tisu, terharu gue.
    fenomena orang lebih objektif kedapa ibu, jarang orang yang menjadikan figur ayah sebagai pahlawan di keluarga. Meskipun ga dapat disangkal di belakang ayah juga ada sosok ibu.

    Menurut gue ayah adalah pahlawan yang sesungguhnya :)

    Nice post

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul tuhhh bayy :D

      maaf blog ini tidak menyediakan tisu, mwehehehehe

      Delete
  2. Ayah bagiku adalah panutan dalam keluarga, yang selalu mengayomi dan menafkahi keluarga semoga nanti aku bisa membahagiakan mereka. kedua orang tuaku

    ReplyDelete
  3. wah...Han, kisahnya hampir sama, cuma beda kami 3 saudara dan adik laki-laki ku ga punya adik perempuan, seperti Han yg punya Ika, #haha...ga penting yak, :P
    btw, ayah adalah the real hero dalam hidup q, dan di belakang ayah ada wanita terhebat yang mendampinginya, ibu... kolaborasi yang apik dalam mendidik danmembesarkan kami.. makasih ayah, makasih ibu, semoga Alloh selalu memberkahi ayah ibu hingga bahagia dunia akhirat. aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehehehe

      bingung mau bales apa!!

      makasih banyak mbak rima, mau baca postingan saya! :D
      *guling-guling*

      suatu saat nanti bakalan bikin cerita buat ibu juga :)

      Delete
  4. Your story is inspiring ha-na-fi! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hohohoh, thanks spongebob!!

      do you understand about this story?

      Delete
  5. Keren,,,Semoga dapat menjadi sosok yang membanggakan dan mampu membuat ayahmu bangga,

    ReplyDelete
  6. papa yang selalu bercerita sebelum gue tidur sampai-sampai papa kewalahan karena kehabisan cerita. suatu hari gue akan seperti dia yang selalu mau bercerita untuk anak-anaknya. *jadi curhat*

    ReplyDelete
  7. Semoga ayahnya sllu dilindungi ALLAH SWT dan diberi kesehatan..

    smga saja,aku bsa jga mnjdi kakak yg baik,sprti abg desrimal..amiiin..

    ReplyDelete