Thursday 11 August 2011

Ikhlas

Sudah nyaris sepekan bulan ramadhan berjalan, terlihat jelas dimesjid, shaf yang awalnya penuh, mulai berkurang, semangat yang tinggi diawal tarawih mulai mengendor, termasuk aku, padahal tarawih disini hanya setengah jam, tapi kenapa aku merasa malas untuk melangkahkan kakiku datang kemesjid, aku tau aku melakukan hal ini untuk diriku sendiri, tetap saja rasa malas dan ngantuk membayangi aku setiap kali habis berbuka puasa, tapi selalu aku coba lawan, dan jadilah, tarawihku bolong-bolong beberapa malam, tapi jauh lebih baik ketimbang tahun kemaren, saat aku harus dipaksa kerja siang malam, hanya untuk pekerjaan erection yang aku anggap biasa-biasa saja, dan pekerjaanku hanya memegang kamera sambil terus berdiri dilapangan melihat semua orang bekerja.

Kembali kebeberapa minggu yang lalu, persis 1 ramadhan, sebelum berangkat tarawih malam pertama, sehabis menelfon dan shalat maghrib, aku menunggu dan menghabiskan waktu menonton tv, menunggu adzan isya dimesjid, aku tak tau pasti program apa yang sedang aku tonton, kisahnya seorang tukang jahit, yang hari demi hari mengumpulkan duit dari hasil jahitannya untuk berangkat haji, hingga tahunpun banyak terlewatkan, akhirnya sampai saat dimana uang itu sudah lengkap dan lebih dari cukup untuk berangkat haji, kisah ini sebenarnya sederhana, semua orang tau, ujung ceritanya, tiba-tiba tetangganya sakit parah dan membutuhkan banyak uang untuk biaya operasi, jalan cerita yang sangat mudah untuk dibaca, semua juga tau, makna ditayangkannya program itu, agar kita manusia, mau saling membantu sesama dan ikhlas dengan segala sesuatu.

Dan jujur, itu hanyalah tayangan fiktif yang diperagakan oleh orang-orang yang profesiaonal dibidang itu, tapi kenapa aku terbawa perasaan akan tayangan itu, aku merasa tak rela jika bapak tukang jahit tadi, dengan polos memberikan semua tabungan hajinya yang dikumpulkan bertahun-tahun demi tetangganya yang bisa dibilang sudah sangat sekarat, bahkan aku tak rela melihat kerelaan bapak tukang jahit itu mengubur kembali mimpinya yang nyaris tercapai.

Dari situ aku berfikir, aku sering kali berkata aku ikhlas kepada semua orang yang bertanya kepadaku tentang keikhlasanku, apa benar-benar aku sudah bisa menguasai ilmu ikhlas seperti yang dikatakan deddy mizwar dalam kiamat sudah dekat?, aku rasa tidak, meskipun aku takar seberapa banyak keikhlasanku, mungkin takkan sampai satu gelas, meski mungkin aku punya sedikit rasa ikhlas, tapi siapa orang yang bisa menakar seberapa ikhlasnya dia pada dirinya sendiri.

Apa yang mesti aku lakukan terhadap diriku sendiri,

Semalaman aku masih memikirkan hal itu, mungkin sebagian orang mengatakan, kenapa harus memikirkan hal yang tidak penting semacam itu, tapi aku tak bisa berhenti memikirkannya, sampai puasa pertamapun dimulai hari itu,
Dan hari itu bedug maghrib berbunyi, tak ada apa-apa waktu itu dimess tempat aku tinggal, dan hari pertama puasa, aku hanya berbuka dengan beberapa gelas air putih dan gorengan yang barusan dibeli diluar, aku tahu diluar sana, masih banyak orang-orang yang hanya bisa membatalkan puasanya dengan doa tanpa bisa menikmati setetespun air putih, apalagi es buah atau semacamnya termasuk juga makanan, dan dengan terpaksa harus kembali berpuasa sepanjang malam, tapi mengapa hatiku terus saja menggerutu berbuka puasa hanya dengan air putih saja dan beberapa gorengan untuk mengganjal perut, jujur beberapa hal seperti itu tanpa makan nasi, bisa membuatku kenyang dan tenang untuk melanjutkan shalat tarawih, tetapi aku tidak terima jika hanya berbuka dengan air putih saja, apa itu menandakan tidak ada ikhlas dalam hatiku?

Diawal ramadhan kali ini, aku diberi beberapa pelajaran, dan memaksa aku untuk mengerti, yaa jika aku ingin bisa ikhlas, aku harus mulai dari hal-hal kecil, aku harus mengikhlaskan hal-hal kecil terlebih dahulu, sebenarnya dari dulu aku sudah tau dengan yang namanya ikhlas, tapi ramadhan kali ini memaksa aku untuk mendalami lebih jauh tentang ikhlas, aku sangat bersyukur, karena lingkunganku senantiasa memberikan aku sebuah pembelajaraan, terkadang tanpa aku sadari, terimakasih ya rabb, membuat ekosistem yang begitu sempurna, dimana saja aku berada, terkadang hanya aku saja yang tidak menyadari, tingkah polahku diperhatikan, dan diajari dengan begitu saja, skenario paling indah yang pernah aku rasakan.


2 comments: