Tuesday 27 March 2018

Tahun-tahun yang menyenangkan.


Delapan tahun ini seperti selembar kertas putih yang begitu bersih. Dan disatu tahun belakangan tanpa sengaja aku membuat sebuah coretan yang rasanya membuat aku terpaku begitu lama oleh goresan dan bekas yang ditinggalkan oleh coretan tersebut. Rasanya hari-hariku begitu suram belakangan ini, aku sendirian dari dulu dan semua orang masih ditempatnya masing-masing seperti delapan tahun ini tapi aku kesepian entah kenapa, padahal aku menjalani hari-hari biasa sepertihalnya delapan tahun belakangan. Dan entah kenapa semua hari-hari ini terasa berbeda.
 
Aku tahu perihal orang-orang yang pasti berubah, orang yang dulu aku kenal ketika berpacaran sekarang anaknya sudah tiga, orang yang dulu sama-sama bepergian setiap malam minggu sudah mengirimkan undangan kepadaku beberapa tahun yang lalu, dan yang dulu aku lihat masih dalam lingkungan sekolah sekarang sudah satu lingkungan denganku dikantor terkadang aku mulai bosan ditanyai ini itu, dan diantara mereka bersikukuh dengan idealisme masa sekolahnya. Tapi aku belajar satu hal, banyak pelajar dan mahasiswa yang ditengah jalan runtuh semua idealisme-nya ketika masuk dalam dunia kerja, industri apapun itu.

Setahun yang lalu aku bertemu dengan orang yang begitu kokoh dengan idealisme nya, dia tidak mau mengikuti kehendak dunia, dia ingin dunia yang mengikuti kehendaknya. Awalnya aku anggap dia sebelah mata, dan berfikir dia akan berubah pikiran dan idealisme nya akan hancur sebentar lagi, dan setelah pindah ruang pun aku lihat sampai hari ini dia masih bertahan dengan idealisme-nya. Aku mulai suka dengan orang-orang yang idealis namun hanya bagi mereka yang kokoh dengan idealisme-nya.

Tak banyak aku temukan orang-orang seperti itu delapan tahun terakhir, hanya beberapa yang berani melawan arus. Aku yakin ujian didepan akan sangat berat dipundaknya, dan aku hanya berharap ketika suatu hari nanti bertemu dengannya lagi, dia masih menjadi sesorang yang super idealis seperti awal mula aku mengenalnya.

Entah aku dalam masa trasnsisi atau apa, aku mengakui aku patah hati akhir-akhir ini. Semua menjadi begitu berat, masalah timbul bukan lagi karena pasangan hidup aku punya banyak masalah bahkan dengan keluarga dan rasa-rasanya ini hari-hari terberat yang pernah aku lalui selama ini. Aku tak bisa tidur lebih awal ketika malam, walaupun aku sudah mencoba rileks dengan secangkir teh hangat, mendengarkan beberapa lagu atau beberapa murathal sebelum tidur. Dan belum ada rasa-rasanya yang membuat aku bisa untuk memejamkan mata lebih awal.

Seperti malam ini, aku baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang akan dikoordinasikan dengan owner besok pagi, walaupun aku sudah selesai mencetak semua dokumen untuk besok. Rasanya mata belum juga bisa diajak untuk tidur padahal ini sudah tengah malam, aku putuskan untuk melihat lagi potret-potret lama sambil menghabiskan segelas teh panas yang baru saja diseduh. Diluar hujan masih saja mengguyur tanah ini sedari sore tak berhenti.

Aku mulai melihat beberapa foto-foto lama, dari dulu aku memang sangat suka menyimpan semua foto-foto lama sampai sekarang sejelek apapun aku didalam foto-foto tersebut. Dan rasa-rasanya aku menjadi sebal dengan diriku sendiri, bagaimana mungkin aku dengan mudahnya mengatakan delapan tahun ini berlalu begitu saja tanpa terasa. Melihat semua potret itu membuat aku mengingat kembali semua hari-hari menyenangkan didalam semua penderitaan yang pernah dilewati. Dan rasanya sayang untuk dibuang dalam sampah kenangan. Otakku masih kuat untuk menyimpan semua kenangan itu. Namun cara agar mengingat kembali, ya dengan melihat lagi semua potret kenangan itu seperti malam ini.

Aku terlalu naif kalau terus-terusan merasa kesepain seperti ini padahal dibelakang aku punya banyak cerita demi cerita yang terajut sampai sekarang yang membuat aku untuk tetap bisa tersenyum hari ini. Dan tanpa perlu diberitahu akupun tau, aku tidak sedang hidup dimasa lalu, aku hidup hari ini. Dan aku rasa aku bisa mencerminkan masalalu itu untuk hari ini, membuat lagi cerita-cerita menyenangkan selanjutnya. Seperti percayanya semua orang akan matahari yang terbit lagi besok pagi.

Ini hanya sebuah monolog tidak jelas yang ingin aku tumpahkan ketika sedang kesepian, ada yang aneh didalam hatiku. Aku sedang ingin sendirian tapi aku tak ingin kesepian. Sepertinya aku sedang butuh perhatian tapi malam-malam gelap seperti ini harus dilalui karena hidup memang butuh keseimbangan.

Jika memang ini adalah sebuah skema, kesepian ini bisa aku analogikan sebagai sebuah malam panjang yang mau tak mau akan datang dan nanti pergi lalu nantinya akan datang lagi. Kesepian ini seperti waktu antara senja dan matahari terbit. Aku tak perlu mengubah malam yang gelap itu menjadi siang yang hangat. Jika nanti matahari sudah terbenam sangat dalam, yang perlu aku lakukan hanyalah merebahkan diri, dan memejamkan mata, aku butuh sepi agar bisa terlelap mengarungi malam yang begitu gelap. Dan biarkan kesepian pergi bersama pekat malam, karena esok matahari akan terbit lagi membawa kehangatan. Tak peduli hujan ataupun badai, dia hanya akan datang.

Sendiri dulu


No comments:

Post a Comment