Tuesday 28 June 2016

Sementara, bersabarlah..


Sementara, teduhlah hatiku
Tidak lagi jauh, belum saatnya kau jatuh
Sementara, ingat lagi mimpi
Juga janji-janji jangan kau ingkari lagi

Percayalah hati, lebih dari ini pernah kita lalui
Jangan henti disini..

Sementara, lupakanlah rindu
Sadarlah hatiku, hanya ada kau dan aku
Dan sementara, akan ku karang cerita
Tentang mimpi jadi nyata, untuk asa kita berdua

Percayalah hati, lebih dari ini pernah kita lalui
Takkan lagi kita mesti jauh melangkah
Nikmatilah lara
Untuk sementara saja

Lirik lagu float yang judulnya sementara, jadi playlist nomor satu saya beberapa minggu belakangan ini. Float memang bukanlah band baru, mereka terbentuk pada tahun 2004 dan lagu “sementara” itu sendiri rilis pada tahun 2007. Dan sekarang sudah tahun 2016 saya baru menemukan lagunya dan begitu menikmatinya, bukan mau dibilang antimeanstream dengan menyukai lagu semacam itu. Tapi memang saya begitu menikmati lagunya. terlebih lagi dihari ini, hari pengumuman kelulusan SBM untuk anak-anak SMA yang mengikuti ujian masuk.

Pada awalnya saya berfikir makna dari lirik itu adalah tentang dua orang yang sedang bertahan entahkah mempertahankan hubungannya atau apa, yang jelas saya berfikir lagu ini tentang dua orang yang untuk sementara waktu menikmati dulu semua lara dan berharap semoga nanti akan berakhir bahagia.

Perasaan hati siapa yang tau, beberapa hari lalu saya juga sedang jatuh-jatuhnya. Tentang hal yang berhubungan dengan hati. Saya berkata-kata sendiri, saya berbicara dengan hati saya sendiri dan serasa dia sedang perih dan bercerita hal yang sama dengan saya. Setiap waktu saya putar lagu tersebut melalui youtube, sehabis mandi saya putar lagu ini dan bernyanyi-nyanyi sendiri dengan lagu ini. Lalu saya merasa lagu ini bukan tentang berdua tapi tentang seseorang yang sedang berbicara dengan hatinya sendiri. “Percayalah hati, lebih dari ini pernah kita lalui” dia mengatakan pada hatinya untuk bertahan dalam kondisi yang sekarang karena dilain hari dimasa yang sudah berlalu dia dan hatinya pernah melalui kondisi yang jauh lebih sulit, dan ini dipertegas dengan lirik “Sadarlah hatiku, hanya ada kau dan aku” untuk sementara nikmatilah dahulu yang namanya lara.

Yang terjadi hari ini yang membuat saya sangat excited banget untuk mendengar dalam-dalam makna lirik lagunya, ternyata lagu ini tidak melulu tentang seseorang yang tengah jatuh cinta yang sedang benar-benar jatuh. Lagu ini bisa untuk mereka yang sering kali gagal dan jangan pernah lelah untuk mencoba, lagu ini untuk mereka yang murung tak bisa lepas dari sulitnya masalah yang membelenggu, lagu ini untuk mereka merasa dirinya rendah dan pantas untuk mendapatkan yang lebih baik. Barangkali untuk sementara nikmatilah dahulu setiap kesakitan itu, karena nanti akan ada waktunya kita untuk tersenyum mengingat segala susah payah tersebut.

Hari ini pengumuman SBM, serasa saya mau menangis mendengar lagu ini. Adik bungsu saya lagi dan lagi untuk tahun keduanya mencoba, gagal lagi masuk keperguruan tinggi negeri. Siapa yang bisa tega mendengar isak tangis sedalam itu. Menyalahkan dirinya sendiri, menghakimi diri sendiri karena merasa tidak pantas berdiri diantara orang-orang yang berhasil melakukannya. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana rasanya kita masih mencoba untuk berjuang ketika teman seperjuangan dahulu sudah melenggang jauh diatas kita. Saya hanya menahan diri untuk tidak menangis mendengarnya menangis.

Harusnya ada kata-kata yang lebih dari ini

Sehabis ashar tadi saya duduk sendiri sambil berfikir, barangkali orang yang tangguh bukanlah orang-orang yang selalu bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mungkin adik saya jauh lebih tangguh dari saya sendiri, barangkali orang yang selalu berhasil saat pertama kali mencoba adalah orang-orang yang mentalnya tidak pernah siap untuk gagal. Seperti diri saya sendiri, alhamdulillah sedari dulu saya selalu diberi kesempatan dimanapun tempat yang saya inginkan. Seperti setamatnya sekolah saya ingin sekali bekerja pada perusahaan sebesar ini. Alhamdulillah semua yang saya inginkan saya minta didalam doa dikabulkan oleh Allah. Mungkin saya bukan tipikal orang tangguh yang sanggup hidup dalam ribuan kegagalan lalu berhasil suatu hari nanti.

Barangakali ketika semua orang diberi kesempatan untuk tidak gagal mungkin saja tidak ada bola lampu pijar hari ini, saya tidak tau seberapa tangguh mental yang beliau punya sehingga bisa melewati ribuan kegagalan yang hasilnya nanti membuat kita yang hidup diabad sesudahnya tidak terlalu merasa gelap ketika malam.

Ketika adik saya menangis terisak dan menghiba seperti itu, saya tidak tau lagi apa yang semestinya saya katakan padanya. Bukan waktu yang tepat untuk memberi motivasi ala-ala motivator yang banyak bertebaran seperti sekarang. Saya hanya bisa bilang jangan nangis, masih ada usaha yang bisa dicoba nanti. Saya sudah kehabisan kata-kata untuk adik kecil saya tercinta, yang saya bisa lakukan ketika itu hanyalah diam sambil mendengar lagu “sementara” dan menatap layar komputer yang tengah menampilkan tulisan dengan jelas permohonan maaf karena tidak lulus dalam tes kali ini, ada nama adik saya sangat jelas tertulis disana, masih saya tatap lama-lama. Sampai saya tak peduli dengan apa yang terjadi disekitar.

Ada pantun minang yang saya suka dari dulu:

Pisau sirauik panjang ulu
Pa ukia surau dibarangan
Diam dilauik lah dahulu
Samaso pulau balarangan

Tidak seperti pantun-pantun kebanyakan, yang menyebut secara gamblang isi dari pantun tersebut, pantun ini berbeda, bisa dibawakan dalam berbagai macam tema, menunggu cinta, bersabar sementara karena ada waktunya kita yang punya cerita sendiri.

Intinya, ada waktunya kita untuk bersabar terlebih dahulu ketika menginginkan sesuatu, nyaris sejalan dengan lirik lagu “sementara” diatas, untuk sementara bersabar dulu menikmati lara sampai nanti tiba waktunya.

Untuk ika adik bungsu yang sudah pasti disayang oleh kakak-kakaknya. Bangganya ayah ibu barangkali tak melulu tentang tingginya gengsi sebuah universitas. Tujuan kakak-kakak berusaha membuat ayah ibu bangga bukan bermaksud membuat standar tinggi untuk membuat ayah ibu bangga kepada adiknya. Semua orang tau, seberapa keras usaha yang ika coba untuk mendapatkan yang terbaik. Dan yang mesti dipahami adalah “terbaik” itu sangat subjektif, sudut pandang manusia yang membuat semua standar menjadi seperti itu. Buatlah ayah ibu bangga dengan semua kelebihan yang ika punya. Untuk informasi, dari keempat anak ayah dan ibu, tidak ada jiwa wiraswasta ayah menurun ke kakak-kakak bertiga, bisa ika liat? Kakak seorang PNS, Uni sempat menjadi karyawan dan Uda pun sama, hanya seorang karyawan. Darah itu mengalir murni dipembuluh darah ika. Semua orang bisa liat kelebihan itu. Pendidikan memang sangat penting, tapi banyak cara untuk mendapatkannya. Tetap semangat mengejar semua mimpi, hapus air mata, bersiap lagi untuk perang yang mungkin akan lebih ganas esok pagi. Untuk ika perlu tau, uda ngga bisa ngomong langsung apa-apa ke ika. Hanya lewat tulisan ini uda bisa menggoreskan apa yang benar-benar terasa didalam hati. Uda diam bukan berarti tidak peduli, maaf kalo uda sering marah-marah.



*Nb, baca sambil dengerin lagunya

5 comments:

  1. Hmmm yg test bareng ikaa gimana???

    ReplyDelete
  2. Hmmm yg test bareng ikaa gimana???

    ReplyDelete
  3. nitip pesan buat ika pi, mungkin sekarang ika merasa berbeda dari yang lainnya. mbak ari akhir-akhir ini juga sering merasa seperti itu, temen2 satu proyek kinerjanya lebih bagus parah dari mbak ari sekarang. tapi ika, 'Jangan pernah turunkan standart ika, hanya karena orang lain berbeda dengan ika' mbak setuju dengan uda hanafi terbaik itu subjektif. masih banyak waktu dan bisa dilakukan ika menjadi yang terbaik. terbaik menurut ika, yang membuat ika bahagia,nyaman. terbaik menurut orang yang mencintai ika.

    ReplyDelete