Kata-katanya sederhana. Tapi juga
menusuk aku yang sebenarnya bukanlah objek sindiran Ayah pagi itu. Pagi yang
berbeda ketika Ika adikku paling kecil sedang tidak dirumah, yang ada hanya aku
dan Uni.
“baa ka bangga wak ko haa.. pagi-pagi
anak wak lah pakai baju dinas sadoalah e.. baju dinas ayah ma?”
Mungkin yang mendengar hanya akan
merasakan sedikit rasa bangga, tapi dari tiap penekanan disetiap katanya. Aku
tau ayah sangat merasa bangga punya anak yang punya pakaian dinas. Aku memang
tak pernah merasa apa yang aku raih aku dapatkan sendiri dengan kemampuanku,
aku sangat sadar, ada bayang-bayang ayah yang selalu sedari dulu menopang aku
yang rapuh, Ayah yang mengangkat aku tinggi-tinggi hingga aku dapat menjangkau
semua mimpi yang ada dalam anganku.
Aku hanya tersenyum sedikit getir
mendengar hal itu, disatu sisi aku sangat merasa bahagia, sempat melambungkan
Ayah dalam sebuah rasa yang mungkin suatu hari dulu pernah ia impikan, ketika
aku didekap dalam pangkuannya, mungkin ayah menatapku dalam ketidak tahuanku
dulu, berharap aku menjadi seorang berguna, meski hanya untuk orang-orang yang
berada disekelilingku.
Disisi lainnya itu hanyalah
sindiran Ayah untuk uni, pagi itu baju dinas paginya masih tergantung rapi
disalah satu paku yang menancap kedinding, baju itu berwarna biru, seragam Bank
milik negara dan bisa dikatakan selalu berada digaris depan antara Bank besar
lainnya.
Aku rasa sangat besar perjuangan
uni untuk bisa mendaftarkan namanya disalah satu daftar absen pegawai di Bank
itu. Dan bagaimanapun, tanpa sepenuhnya dia tahu, ada Ayah yang punya harapan
besar ketika uni menjalani semua test dan berhasil menjadi salah satu yang
terbaik. Uni selalu beruntung, dari dulu selalu berada dikalangan orang-orang
terbaik.
Mungkin rasanya sangat
menjengkelkan, ketika kita mulai merasa, ada tangan lain yang membantu setiap
sukses yang kita rasa, tapi itu lumrahnya, tak ada orang yang sukses tanpa
orang lain.
Maksud Ayah menyindir, hanya
karena dia sedikit kecewa dengan jalan
yang telah dipilih uni. Jika berjalan lancar, usai pernikahannya nanti, uni
ingin ikut calon suaminya yang bekerja di jakarta. Tapi jalan yang dipilih uni
masih sangat lumrah, hal yang sangat wajar sekali untuk seorang wanita untuk
ikut suaminya kemanapun suaminya akan pergi.
Beberapa bulan belakangan aku
memang lebih banyak memilih diam, aku sudah terlalu masuk jauh dalam kehidupan
uni, aku terlalu banyak mengaturnya, mungkin dia juga jengah. Mendengar cerca
dari aku adiknya yang seharusnya tidak mengeluarkan kata-kata yang membuatnya
sakit hati.
Siapa aku? Apa aku lebih mengerti
dari dia?. Grade aku mungkin masih sangat jauh dibawahnya, apa yang aku katakan
selama ini mungkin saja hanya sok tau agar terlihat hebat olehnya.
Yah aku hanya akan diam sampai
semuanya benar-benar indah pada akhirnya, aku tau uni punya alasan yang kuat
untuk memilih jalan yang bahkan ayah dan ibupun sedikit ada rasa kecewa dengan
pilihan uni tersebut, mungkin memang berat bagi uni atas semua pilihan-pilihan
yang mengelilingi uni bulan-bulan yang lalu, uni punya rasa cinta, uni punya
lelaki yang benar-benar dia cintai, dan aku juga sangat yakin tak sedikitpun
terniat dihati uni untuk mengecewakan ayah dan ibu, aku bisa lihat, ketika aku
dan uni jauh dari rumah, setiap perpisahan dengan rumah bahkan hanya beberapa
detik aku bisa lihat tatapannya yang rindu pada ibu, hatinya yang benar-benar
mencintai ibu, aku bisa lihat itu.
Tapi hanya untuk disekedar
diketahui, ayah ibu adalah orang paling demokratis didunia, selama itu masih
benar-benar logis dalam fikirannya ayah dan ibu ngga akan pernah melarang apa
yang anak-anaknya mau, kami dibiarkan saja berkembang sendiri tapi tetap dalam
pengawasan dan bimbingannya yang sangat tegas, mungkin itu yang membentuk
pribadi kami yang benar-benar dijadikan “orang” oleh ayah dan ibu.
Hari ini sudah nyaris sebulan
setelah ayah resmi menikahkan uni dengan orang yang benar-benar telah sah menjadi
suami uni dan kakak iparku. Dan lagi, rumah ayah dan ibu sepi lagi, perihal
baju dinas, aku masih memakainya, dan senyum ayah selalu berbeda ketika aku
mengenakan pakaian dinas itu, aku senang melihat senyuman itu, pakaian dinas
uni, sudah dipensiunkan kedalam lemari.
Hari ini uni sudah dijakarta
tinggal bersama suaminya, fase baru dihidupnya telah dimulai, waktu akan
berangkat kejakarta kemaren ibu ikut mengantar uni kejakarta, dan aku sangat
yakin. Dibandara ketika ibu akan pulang kembali kerumah, uni pasti nangis
abis-abisan saat ibu sudah masuk kebandara. Uni masih cengeng dalam hal-hal
seperti ini.
Selamat menempuh kehidupan yang
baru ya uni, bersama pria beruntung yang telah uni pilih, semoga semuanya
baik-baik saja, aku sama sekali ngga mau lagi nge-judge uni, aku punya pesan
sederhana. Sangat sederhana untuk uni satu-satunya didunia, uni yang juga
tempramen seperti ayah, uni yang suka menindas aku ketika masih kecil, uni yang
berlagak bos ketika waktu kecil kita main bersama, uni yang juga sama keras
kepalanya dengan ayah, dan ketika jauh dari rumah, ketika kita sama-sama kos
dikota padang, uni juga sangat lembut seperti ibu, tapi tetap aku sangat tidak
suka dipanggil “dik sayang..” -_- aku benci panggilan itu.
Uni tau kan? Apa yang terjadi
dibulan-bulan sebelum pernikahan uni, mungkin tak perlu han jelaskan lagi apa
yang terjadi, berkat kesabaran dan ketegaran uni semuanya alhamdulillah jadi
lancar, memang ada sedikit kecewa dari orang-orang terdekat.
Jadi pesan sederhana han ialah. Jika
banyak yang kecewa dengan jalan yang uni pilih, bahkan ayah dan ibu juga
menyayangkan uni harus meninggalkan pekerjaan uni yang lumayan menjanjikan. Mulailah
berfikir melingkar.
Sederhananya begini “Bahagiakan
Ayah dan Ibu dengan jalan yang telah uni Pilih”.
Buktikan jalan yang uni pilih adalah
jalan yang paling tepat untuk semuanya, untuk uni, suami uni, Ayah, Ibu dan
semuanya. Jika hari ini mereka kecewa, buktikan suatu hari nanti mereka akan
merasa lebih kecewa jika uni tidak memilih jalan yang telah uni pilih.
Sederhana ‘kan?
Ingat ini terus yah uni,
bagaimanapun..
Han meminta pada uni,
BAHAGIAKAN AYAH DAN IBU DENGAN
JALAN YANG TELAH UNI PILIH..
so swit :')
ReplyDeletebahagia itu emang sederhana
sangat sederhana :)
Deletememang, hanya orang yg menalani saja yg bisa merasakan apa itu arti bahagia, kita sebagai org luar yg tidak menjalani hanya bisa memberikan sara, dan tidak memiliki hak untuk menetukan arah hidup yg ingin or gitu pilih
ReplyDeletenamun apapun yg dipilih uni mu, smoga itu bisa membuat uni mu menjadi lebih bahagia ya, di doakan saja ...
amiinn
:)
amin,,
Deletemakasih bang upil..
semoga ia bahagia dgn pilihan yg telah diambilnyaaa :-)
ReplyDeleteaminn mbaa ina..
Deletesemoga apa yang dipilinya menjadi jalan kebahagiaannya dan kebahagiaan orang tua... :)
ReplyDeletesemoga ya mbak,
Deletedan amiinnn...
uda han ko urang awak jo?
ReplyDeletendeh ba'a beko awak nan jadi pengantin?
salamaik yo uni nyo uda han:)
ehh,,
Deleteurang awak lo kironyo ko??
adik yang baik :')
ReplyDeletesaya juga meninggalkan bermacam2 pekerjaan saya setelah menikah, and after married, I get much better happiness than I've ever felt before, alhamdulillaah.. saya yakin, uni-nya Han juga merasakan hal serupa :)
makasi mbak..
Deleteamin.. semoga bahagia,,
hem jadi cerita dan gaya tutur kamu sepertinya ada sesuatu peristiwa yg sedang kamu tutup2i dan sembunyikan apalagi setelah melihat poto pernikahan uni kamu, seperti tergores sesuatu pesan yg hanya dipahami seorang wanita, lihat saja poto antara mempelai laki2 dan perempuan seperti ada gep kebahagian, dari senyum dan raut wajahnya, tapi itu menurut analogi saya dari psikologi gaya bahasa dan poto lo
ReplyDeletewahh dalem ini komennya..
DeleteKalau Prinsip individualisme, biarlah uni menentukan jalan hidupnya sendiri, toh ia juga yang akan merasakan pahit manisnya hidup yang dilaluinya. orang lain boleh komntar buruk tentang uni tapi apakah mereka merasakan kebahagiaan uni? tidak kan?
ReplyDeleteprinspi kekeluargaan itu yang super banget kalo menuruk aku.
kita saling mengingatkan, menasehati, berbagi ceria, suka cita, pahit-manis, dan tentunya mendapatkan perhatian lebih.
karya tulis yang amat baik? kalau novelnya udah jadi. aku pesan yah! salam persahabatan
walahh..
Deletebelum terniat sedikitpun om mau dijadiin novel,
gue pengen sih jadi penulis,
doain aja yaaaaa
hadeeh.... ini bukan masalah keluarga, kan? kalo maasalah keluarga, aku gak berani ikut2 ya... hanya kamu dan anggota keluargamu yg bisa menentuka. :)
ReplyDeletehahahahaha
Deletecuma ngasih semangat buat uni kok..
yuupppp,, stuju,, membahagiakan mereka dgn jalan dan cara kita,, stiap anak punya prinsip dn opini sendiri,, namun trkadang org tua tak paham,, dan kita sebagai anak lah yg harus bs memahamkannya,,^^
ReplyDeleteyapp..
Deletetunjukkan dengan sikap,
ngga usah pake urat leher menunjukkannya.. :D
cara membahagiakan orang tua kalo uni udah nikah gmana bang? kan udah tinggal jauh2an
ReplyDeletewaduhhhhh
Deletecuman ninggalin pesan gitu doang kok,
cuman bagaimana caranya belon kepikiran nih,
ntar deh,
kalo udah kepikiran dibikin lagi dipostingan yang lain,,
hehehe
cuhaaann jaek maaahhh...
ReplyDeletenangis uni meri dek nyo ;)
bialah,
Deletenyo ndak namuah manunjuak an han UAS matematika do :p
yakinlah kalo semua yg Uni km pilih itu adalah yg terbaik :)
ReplyDeleteyapppp
Deletesemoga saja ya heni :D
Semoga aja jalan yang dipilih Uni itu sudah dipikirkannya matang-matang, biar kelak rasa kekecewaan ibu sama bapak ga bertambah besar. Hidup emang pilihan dan setiap yang dipilih itu pasti ada kensekuensinya masing-masing. Uni sudah bijak memilih dan dia pasti sudah mempelajari dan tau resikonya. Tinggal mendoakan saja lagi, biar semuanya baik-baik saja.
ReplyDeleteyappp
Deletesebagai adeknya gue akan mendoakan :D