“D” for D’Great “De”!!
Bicara soal sekolah, bicara soal pelajaran tambahan, juga
ekstakurikuler, jujur, tak ada satupun ekstrakurikuler yang aku ikuti selama 3
tahun bersekolah ditempat itu, aku kehilangan kepercayaan diri, padahal waktu
SD aku adalah Pemimpin upacara, aku memulai karir jadi pemimpin upacara mulai
dari kelas 5 SD, terkadang jadi pembawa bendera, UUD 45, kadang juga tri janji,
hayo,, siapa yang masih ingat tri janji?, dan taukah kamu teman?, aku sangatlah
bangga menceritakannya dirumah pada ibuku, bahwa aku adalah pemimpin upacara,
yang memimpin ratusan anak-anak dari kelas 1 sampai kelas 6, dan berbicara
langsung pada kepala sekolah. Juga aku mengikuti Pramuka, dan ikut kemah dipasaman
baru, pengalaman yang sangat keren, tidak tidur dirumah tapi tidur dilapangan,
Itu dahsyat sekali.
Dan saat disekolah menengah tingkatan pertama itu, tak tau
mengapa aku tak berani lagi unjuk gigi, mungkin karena kakak-kakak kelas yang
dulu meng-ospek ku, atau biasanya dibilang MOS, Masa orientasi siswa, aku punya
jiwa berontak yang labil, tak bisa ditekan, apalagi yang mengospekku adalah
teman-teman SD dulu, ada juga teman-teman sebanteran kampung, aku kenal dengan
mereka, dan itu suatu kondisi yang sulit, sangat sulit.
Yah, entah apa hubungan itu dengan sikap mentalku yang
menurun, kepercayaan diri juga menghilang, aku tak pernah menyentuh satu
ekstrakurikuler pun, sepanjang sejarahku menginjakkan kaki disekolah tingkatan
pertama, ibu sepertinya juga heran, kenapa anaknya yang dulu aktif jadi
kondusif, persuasif, atau relatif mungkin juga legeslatif, produktif,
kominikatif, inofatif,pasif(?) apa maksud kata-kata itu??, entahlah, aku hanya
menjadi pengisi majalah dinding dengan nama yang disamarkan, bukan hanya
disamarkan, tapi juga dipalsukan, itupun sebelum perusahaan mading bangkrut,
ketika dikelas VIII perusahaan mading itu bangkrut, tak ada lagi yang mau
mengurusnya, pupus sudah ekstrakurikuler kecilku, tak ada lagi yang namanya
majalah dinding disekolahku, karena tidak menarik mungkin!, ketika teman-teman
yang lain tinggal disekolah untuk melanjutkan ekstrakurikulernya, aku pulang,
pengen rasanya berkumpul dengan orang-orang itu, membuat simpul-simpul dengan
tongkat pramuka itu, atau menabuh drum bersama-sama, aku hanya tinggal
disekolah ketika ada pelajaran tambahan, atau karena pelajaran olahraga disore
hari, satu-satunya ekstrakurikuler yang aku ikuti diwaktu kelas 8D adalah ,
tilawatil qur’an, itupun karena ditunjuk untuk ikut, kalau tidak ditunjuk aku
tidak mau, tapi mungkin mau, karena guru ngajinya Buk Mimi, “cakep”.
Dikelas 8D aku juga pernah ditunjuk untuk ikut serta dalam
pertandingan kaligrafi, tapi aku sudah gagal dibabak kualifikasi, aku kalah
telak atas adik kelas sendiri, yang bikin aku kesal, kenapa dia menang, padahal
dia kidal, dan aku memakai tangan kanan, apalagi dia adik kelas, harga diriku
dibelinya menggunakan tangan kiri, ice tau tentang masalah itu, karena untuk
wanitanya dia terpilih mewakili sekolah bersama si adik kelas itu,
“ndeeh, ndak bisa wak basamo-samo do hanafi” sepertinya ice ingin menghiburku tapi aku
makin kalut dibuat kata-kata itu,
Mari kita bicarakan tentang prestasi 8D, seperti budaya
sebelumnya, sesudah ujian sambil menunggu terima rapor, ada yang namanya
classmeeting, apa itu maksudnya? Aku tidak tau, atau mungkin penulisnnya gini,
klasmiting, pokoknya berbunyi seperti itulah, intinya, itu suatu kompetisi
akhir semester yang selalu dilakukan, mulai dari volly yang biasanya jadi
favorit, ada volly cowok, cewek juga ikutan yang tidak ada volly pantai, juga
ada badminton, takraw, terkadang ada tarik tambang, Cuma sepakbola yang tidak
ada, karena kapasitas area sekolah yang sempit, takut nanti malah bola gol
kedalam ruangan kepala sekolah,
Ngingg!!! Ngingg!!!! Tuk tuk tuk, "test”, terdengar jelas
itu suara buk Yuslina, diTOA yang berisik sekali,
“pertandingan Volly selanjutnya antara kelas 8D dan
blablaba”
terdengar disantaero sekolah, suara buk Yuslina, mengumumkan
pertandingan selanjutnya, aku lupa dulu itu harus melawan kelas mana, yang
jelas kami anak-anak 8D yang sedang rame didalam kelas, yang awalnya tenang
jadi berisik, “ARI”, ari adalah rajanya volly, postur tubuhnya tinggi, cocok
menjadi toser, sangat keren saat melompat melebihi net untuk smash-nya yang
mematikan, dan dialah orang yang pernah mentertawakan kemampuan volly ku yang
sangat buruk, aku melakukan kesalahan fatal saat melawan kelasnya waktu dikelas
VII, tak usah kuceritakan, aku malu, sejak saat itu, aku tak ingin lagi
menyentuh bola volly. Aku trauma, aku tekanan batin jika melihat bola volly.
“tu haa, kelas wak leh nan kabatandiang” ari berdiri penuh
semangat, minatnya sangat besar utuk bola volly,
“sia ka main?” timpalku,
“main me lah wak, manang kalah bekoh melah to, nan jaleh
main dulu” umri memberi semangat,
“iyo rang, malu teh wak kalah takah iko” ice nimrung,
“iyo capeklah” aal ikut-ikutan dengan aksen bahasa minangnya
yang semrawut,
Akhirnya, semua orang ikut nimrung, apa lagi dari bagian
cewek, suasana yang hangat menjadi panas, ribut dan berisik,
Beberapa orang diantaranya memaksa aku, tapi traumaku lebih
besar dari kepercayaan diriku, lebih baik tidak tampil, apalagi pertandingannya
disaksikan oleh orang satu sekolahan, jelas aku tidak mau, ijun? Dia juga tak
mau tampil, hendra, doni, eko, yoyo, ryan, rudi, adit, memilih tidak ikut,
yendri? Rasa malunya lebih besar dari pada keinginannya untuk ikut, oyong, Cuma
semangatnya saja sambil tetap menyandang tasnya, yah tertinggalah semangat ari,
keinginan umri yang tak ingin kalah begitu saja, dan aal yang merasa
bertanggung jawab besar pada kelas, tapi pertandingan tak bisa dilanjutkan
hanya dengan tiga orang saja, KECEWA... prestasi tertinggi 8D berakhir difase KnockOut,
kalah tanpa bertanding, mundur sebelum berperang, yah,, berakhir jadi penonton
ditiang bendera, yang persis didepan lapangan volly.
Sama halnya dalam pertandingan lain, yoyo yang bersemangat
memimpin pertandingan takraw, berakhir ditangan anak-anak kelas 3, tak ada
prestasi ditoreh tahun itu, mungkin prestasi 8D bukanlah dari cabang olahraga,
8D tidak berbakat dari itu, satu-satunya
yang kelas 8D banggakan hanyalah, papan tulis berbasis white board satu-satunya
disekolah, jadi yang piket tak usah mengambil air lagi kesungai, untuk cuci
tangan guru yang biasanya memakai kapur tulis, kelas 8D merupakan kelas pertama
yang tak membutuhkan teknologi ember, cepat dan efisien, tidak banyak membuang
waktu, bahkan anak kelas 3 pun tidak dilengkapi dengan fasilitas yang kami
punya. Kelas 8D sangat rapi, tidak ada gantungan kata-kata mutiara, tidak ada
jam dinding, tidak ada gantungan bunga-bunga, yang ada hanya gantungan daftar
piket dan gantungan struktur organisasi kelas yang dikepalai oleh buk guru SITI
ROHANI, sudah ku bilang, kelas 8D ialah kelas paling efisien!!
Sungguh, betapa hebatnya 8D, dihatiku....
hahaha,,,
ReplyDeletega bsa ga ktwa aku baca crta kmu
kata2nya bocooo
mwehehe
Deleteboco gimana??
perasaan itu naturalnya aku
duileh bahasanya
mehehehe