Thursday 19 January 2012

Yang Pergi,,


“sudahlah, kenapa dirimu masih menunduk sepi dan terus meneteskan air mata?”

suara seorang pemuda yang sedikit agak menggema, dengan nada yang sangat pelan dan mengisyaratkan bahwa hatinya sedang sangat sedih, dibalik rindang dedaunan pemakaman yang tengah berfotosintesis, 


“peduli apa kamu?”

Lantang dan sangat jelas wanita itu layaknya marah, emosi yang sekonyong-konyong tengah labil, ditinggal pendamping hidup sampai dunia kiamat.


“yang pergi lepaskanlah, jangan sampai kau membuatnya begitu sedih, berilah nafas untuk takdir terus berjalan semestinya, ada yang telah mengatur, suatu hari ditempat yang lain, dirimu pasti akan bertemu lagi dengannya, tuhan tidak ingkar janji”

 Wanita itu menatap tajam dengan matanya yang merah berlinang air mata disekujur pipinya, seakan tak terima, karena takkan ada yang mengerti kecamuk yang meronta hebat dihatinya, ini adalah marah, yang paling marah ia rasakan pada pemuda itu.


“teteskanlah air mata, itu sisi lebih yang diberi tuhan untukmu, bahkan tuhan tak beri air mata itu untuk malaikat sekalipun, tapi percayalah, pelangi itu tak pernah datang jikalau tak hujan, masih banyak fase yang mesti dirimu lalui, tuhan maha tahu, tuhan sangat mengerti, tuhan memberi kepercayaan padamu, ini cerita sedih yang telah tuhan selesaikan sebelum dirimu lahir, jadi terimalah kepercayaan itu, jangan pernah kecewakan tuhan, dirimu bukan satu-satunya makhluk yang merasakan hal semacam ini, percayalah”

 Pemuda itu merunduk dan memegang pundak perempuan yang lebih tua dari dia itu, matanya yang tadi tajam berubah sayu, wanita itu berdiri sambil tetap dipegang oleh sang pemuda, teringat puluhan tahun yang lalu saat dahulu, dialah yang mengajarkan pemuda ini untuk berdiri dan berjalan, dan hari itu, pemuda ini yang mengajarkannya untuk tetaplah terus berjalan, adik yang dia cintai...


 Untuk semua yang pergi,
Entahlah,
Hatiku berkecamuk,
 Ikhlas yang terucap dimulut itu rasanya sangat jauh dari hati.
Aku juga akan sama rasakan, dan meninggalkan buram, Yang begitu muram, ketempat yang suram, Berteman nisan yang sepi,
Tapi aku hanya berusaha mensyukuri apa yang telah aku punya,
Dan sekerasnya, Aku berusaha mengikhlaskan segala apa yang telah pergi,


 Hujan masih belum berhenti,,

No comments:

Post a Comment