Friday 16 March 2012

Pensiun


Bercerita hal yang terkadang tidak penting dan heyy!! Ini benar-benar tidak penting? Siapa orang yang akan membaca cerita ini? Entahlah, mungkin hanya aku, dari sekian lama aku lihat distatistik, hanya 3 orang saja yang mampir kesini entahkah mungkin benar-benar membaca atau hanya sekedar melihat dan pencet CLOSE,  siapa yang tiga tadi? Pertama, Aku pastinya yang setia dan akan membaca seluruh isi blog ini berulang-ulang, lalu beberapa orang yang belakangan ini aku paksa untuk membuka blog ini dengan ancaman todongan pisau bakalan nancep diperut kalo ini blog ngga dibuka dan dibaca, hehehe ya ngga lah ding, tapi sepertinya begitu, statistik yang begitu-begitu saja, lihat kotak chatting yang ada disudut kanan bawah, laleran saking lamanya nunggu ngga ada tamu yang nongol, ( huftt,, meratapi nasib ) bahkan udah shared dipesbuk pun semakin banyak yang ngga minat ngunjung sampai-sampai pesbuk mikir aku nyepam disana, huftt sabar...

Pensiun, opss tunggu dulu, setelah berkeluh kesah diatas bukan berarti aku akan pensiun nge-blog,, kayaknya judulnya salah deh, tapi ngga apa-apalah, yang penting ada judul, tapi ini bener-bener kisah tentang pensiun loh, kisah pensiunnya salah satu yang sangat berpengaruh besar dalam hidupku, sangat berpengaruh, tunggu! Sebelum lanjut.  jelas, dicerita sebelumnya aku hanya bercerita tentang kisah masa lalu semua, kecuali diawal postingan tahun 2010, dan hari ini aku ingin menobatkannya sebagai diary, WHAT?? Diary, halloooooo ini 2012 jeng!! Tapi wat efer lah, aku ingin menyebutnya dengan “general Diary” kalo aku yang mengartikannya, aku artikan saja diari umum, hehehe ngga tau deh apa arti kata itu, Cuma sok-sok an bahasa inggris aja.

Ok lanjut untuk sesuatu yang berpengaruh itu, sedih rasanya, setelah 2 tahun bersama, sekarang dia harus pensiun dan terlipat indah dalam koperku, siapa dia? Dia yang selalu menemaniku 2 kali sehari, pagi dan sore (kadang Cuma sekali), dia satu-satunya yang pernah menjamah seluruh bagian tubuhku, bagian tersempit sekalipun, dia yang menemaniku dipariaman, bukittinggi, pekanbaru, medan, pasaman, palembang sampai ke martapura, dan dimartapura inilah akhir dari perjalanannya, aku memberi namanya “Rubi” dia adalah sebuah, atau seonggok, atau cocoknya sehelai “HANDUK”. ( APA?? Jadi yang dibicarain ini handuk?), mudah-mudahan yang baca kaget, tapi siapa yang mau baca postingan aneh ini.

Lanjut kepada cerita Rubi, aku berkenalan dengannya 2 tahun yang lalu, ibuku yang memperkenalkan, diawal bertemu, dia hanya diam, dan terlipat indah dan gemulai, biasalah, pertama bertemu, selalu saja menampakkan tabiat baiknya, diem, kalem, sok harum waktu pertama pake, lama-lama makin asem, tapi rubi beneran baik kok, sampai aku bawa dia kemana-mana, disuatu suatu pagi yang cerah tanggal 15 maret 2012, aku menaruhnya diteralis jendela kamar yang gordennya aku buka lebar-lebar, dari balik sana, terlihat jelas cahaya matahari menusuk tubuhnya hingga tembus, ternyata Rubi sekarat, rubi bolong-bolong, padahal dia masih tebel dan masih kamfer, untuk dipakai, TIDAAKKK!! Perasaanku tercabik-cabik, aku teringat kembali kenangan 2 tahun bersamanya kemana-mana,

“Infus mana Infus?” aku meronta tak ingin kehilangan rubi
“kalpanax mana? Obati lukanya” ( betadine apa kalpanax yah?) aku masih saja tak terima,





Dan akhirnya, pagi sendu yang cerah itu Rubi berpulang dengan indah, ditemani cahaya matahari pagi, kicauan burung pentet mas dedi, dan kokok dan cicit beberapa ekor ayam batik pak darno.

‘’’’’’’’’’’’’

Dan haaiiii-haiiiiii, cukup beberapa jam saja aku galau, dan saatnya sekarang untuk move on, aku tau, rubi masih ingin tetap bersamaku, dia masih ingin melayaniku seperti hari-hari biasanya, tapi apalah daya, kujadikan saja dia kenangan indahku 2 tahun ini, selalu bersama setiap hari, setiap pagi dan sore, saatnya untuk dia ku museumkan, dikoper dan dalam hatiku,

Dan tanggal 15 ini aku sudah pergi kepasar martapura, aku mencari teman sejati baruku, bukan bermaksud meyakiti hati rubi, tapi keadaan yang memaksa, handuk martapura aku memberinya nama “Late” tadi siang kami berkenalan, aku membelinya berdua dengan mas andre, yang tak tega melihatku galau ditinggal mati handuk, dia berwarna coklat, kenapa aku pilih warna coklat? Karena bule bilang coklat itu eksotis, tapi aku punya maksud lain, biar handukku tak begitu keliatan kumal saat sudah beberapa bulan aku pakai, hahahaha.. buktinya rubi, terlihat kumal karena dia berwarna biru campur putih.

Sore ini untuk salam perpisahan aku mempercayai rubi untuk mengurus mandiku, dan setelahnya aku memasukkan rubi dalam ember cuci, dan beberapa hari lagi dia akan siap untuk dimuseumkan dalam koperku,

Sebenarnya rubi adalah handukku yang kedua, handukku sebelumnya ialah “Rubiru” berwarna biru juga, dia lebih lama bersamaku, lebih tiga tahun, aku menggunakan jasanya, mulai dari kelas 1 STM sampe tamat, aku kasian melihat nasibnya saat ini, setelah tiga tahun itu dia terlihat renta, semakin hari semakin tipis, dan nasibnya pun berakhir sama dengan beberapa kain bekas yang ada dirumah, jadi keset menuju pintu dapur, tanpa tulisan welcome. Aku sedih melihatnya..

Akhir kata, terimakasih buat rubi setia menemani dan menjamahku, selama 2 tahun ini, maaf mulai besok aku tak bisa memakaimu lagi lagi, aku sudah punya Late, Hiks..

Dan terimakasih juga kalo ada orang yang mau membaca postingan ini..terimakasih sekali, mungkin sekarang semua bakalan tau, beta abnormalnya aku,, hehehe becanda ding!!!

No comments:

Post a Comment