Friday 31 January 2014

Awal Tahun Akhir Januari

Disuatu sore tanggal 28 Januari 2014.
Mungkin ini saatnya berevolusi, sebelumnya saya pernah menulis tentang Aku, Saya, Ane, Gue & Blog perihal seberapa nyaman kita menyebut diri kita sendiri dalam tulisan. Dan sore itu saya membuka google chrome, browser yang biasa saya gunakan. Yang membuat saya nyaman disitu, ketika saya log in di account google saya dikomputer manapun pasti alamat web yang saya bookmark tercantum disitu. Dan ada sebuah bookmark alamat blog seseorang yang saya suka, lalu saya buka dan membaca tentang tulisannya yang baru di publish kemarin. Saya memang suka terbuai dengan kata-kata yang dia tuliskan. Dari sana saya baru sadar, betapa indahnya bahasa Indonesia yang baku. Tidak ada kata-kata gaul didalam tulisannya itu. kata tunjuk untuk dirinya sendiripun bukan aku, ane ataupun gue tapi “saya”.

Hal ini membuat saya berfikir, bagaimana jikalau postingan pertama saya ditahun 2014 ini, penggunaan kata aku akan saya rubah menjadi “saya” dan lebih banyak menggunakan bahasa yang baku untuk bercerita. Sedikit perubahan, rasanya penggunaan kata aku terasa sedikit feminim dan terlihat kekanakan.

Sebuah foto dengan Tiga buah Undangan
Rasanya lucu, ketika tiba-tiba saja undangan atas nama saya diserahkan. Diundangan itu tertulis jelas nama saya diundang untuk sebuah pesta pernihakan. Dari dulu saya masih merasa saya adalah seorang anak kecil. Apakah hari ini saya cukup dewasa untuk menerima sebuah undangan yang memang ditujukan untuk saya?. Entahlah, dari tiga buah undangan itu, ada pernikahan yang bisa dibilang pernikahan dari 3 generasi juga. Pertama undangan pernikahan bang Ar, biasa saya dan karyawan lain memanggilnya. Rasanya bang Ar sudah seperti abang saya sendiri, saya sangat akrab dengan dia.

Yang kedua undangan dari teman saya satu angkatan lulus di SMK dulu, dan seangkatan juga masuk dalam perusahaan ini. Namanya Rendy, orang yang bisa saya bilang sedikit tidak konsisten. Karena saya kecewa, beberapa tahun yang lalu jelas-jelas dia membuat sebuah status di account media sosial yang dia punya, “Mulai hari ini, Rendy Bukan Lagi seorang Perokok” dan beberapa hari kemudian, ketika saya berkunjung ke kantor cabang Padang dari proyek di Bukittinggi Rendy merokok.

11 Januari 2014, tepat pada hari sabtu, semua orang dikantor sudah merencanakan akan berangkat ke resepsi pernikahan Rendy. Ada yang janji berangkat siang-siang. Beberapa orang juga mengajak saya untuk ikut rombongan ke pesta pernikahan Rendy, tapi saya sudah membuat janji dengan Defri dan Firman, akan datang ke resepsi Rendy sepulang dari kampus nanti, UAS di Januari membuat saya sedikit gila dengan gelombang pekerjaan yang sedang pasang naik.

Saya, Defri, Firman dan Rendy satu angkatan masuk dalam perusahaan ini, sama-sama mendaftar, sama-sama test, dan sama-sama training. Jadi setidaknya kami punya ikatan yang lebih dibanding karyawan yang lain. Yang membuat ini sedikit lucu ialah, diantara kami yang ditempatkan di sumatera, Rendy orang pertama yang melepas masa lajangnya. saya hanya bisa senyum-senyum seakan tidak percaya, Rendy punya mental baja untuk melamar anak gadis orang dengan umur yang memang masih tergolong muda. Prediksi pak Joko tentang siapa diantara kami yang akan duluan menikah salah. Dulu pak Joko bilang Firman duluan yang akan menikah, dan ternyata salah. Firman di duluin sama Rendy.

dari kiri : Firman, saya, Rendy, Istri Rendy & Defri (seperti foto bola -_-)

Saya suka berteman dekat dengan seseorang, termasuk Rendy. Walau saya satu sekolahan dengan Rendy selama 3 tahun beberapa tahun yang lalu, saya baru mengenalnya ketika telah masuk perusahaan ini. Saya sering sekali menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol dengan Rendy. Karena faktor jarang bertemu mungkin.

Dan hari itu, ketika saya dan teman-teman yang lain ingin pulang. Saya dan teman-teman mendekati Rendy, hendak bersalaman dan memberi selamat. Sekaligus sesi dokumentasi. Saya berdiri disamping Rendy. Lalu tiba-tiba Rendy berbisik. “Fi.. katanya dulu mau kawin muda! Kapan?”.

Jederrrr!!!! Suara petir disiang bolong, setelah saya perhatikan ternyata itu hanya kilat cahaya flash kamera yang sedang memotret momen-momen kami. Saya lantas diam, lalu senyum kecut. Untuk hal seperti ini ternyata Rendy sangat Konsisten! Ingatan saya melayang lagi disebuah warung didepan SMA 2 Padang, disuatu sore ketika jam pulang kantor. Rendy minta tolong diantarkan ke jalan Juanda untuk naik angkot pulang kerumah. Dan ketika sampai disimpang itu Rendy mengajak untuk mengobrol dahulu sebelum dia pulang.

Entah apa cerita yang kami bahas waktu itu, yang jelas saya pernah bercerita padanya. Saya ingin kawin muda, bahkan saya sudah bilang pada Ayah. Dan Ayah bilang “apa Hanafi sanggup?” lantas Ibu menyahut “Iya apa Hanafi udah bisa ngasih makan anak orang?” Ayah tidak setuju dengan pendapat Ibu, lalu Ayah menyangkal kembali “Apa Hanafi sanggup secara bathin? Kalau ngasih makan anak orang mah gampang” kata Ayah waktu itu, mungkin waktu itu yang Ayah maksud dengan sanggup secara bathin adalah tanggung jawab dunia akhirat. Saya lantas diam, yang ada dihati saya waktu itu hanya ingin Nikah diusia muda, tanpa memikirkan lagi kedepannya.

Yang tidak saya sangka, Rendy masih ingat dengan semua percakapan itu, tentang Nikah muda dan semua tetek bengek yang pernah kami ceritakan beberapa tahun yang lalu. Dan boomerang yang saya lempar dulu berbalik arah dan menyerang saya sendiri hari itu. terima kasih Rend atas tamparannya, sepertinya saya tidak begitu konsisten dengan ucapan saya. Hari itu Rendy hanya mengingatkan saya tentang Janji-janji dan keinginan saya dulu ketika masih bersekolah. Keinginan nekat tanpa ada perhitungan.

Terakhir yang saya tau, Ibu pernah berpesan. “bahagiakan orang tua dahulu fi, baru menikah. Jika telah menikah akan banyak lagi orang-orang yang akan kamu bahagiakan”. Dan ini sempat membuat saya kembali memikirkan matang-matang, kapan saya akan menyusul Rendy. Lagipula sampai hari ini, saya belum menemukan wanita yang benar-benar membuat saya jatuh cinta. Saya tidak tau, apakah harus mencari atau menunggu. Yang saya tau, saya ingin berlindung dibalik doa Ibu, doa Ibu yang nantinya akan menemukan saya dengan wanita yang saya cari atau tunggu selama ini. Bahkan dijodohkan pun buat saya adalah sebuah pilihan. Ketika hanya itu jalan yang membuat Ayah dan Ibu bahagia.

Ketiga, atasan saya diproyek dan rekan kerja diproyek. Pertama saya perkenalkan dahulu. Rekan kerja saya Luthfi orang Brebes, saya kenal dengan dia di Medan. Saya memang sering sok akrab dengan orang-orang terkadang. Termasuk dengan Luthfi, saya mengenalnya juga baru-baru ini setahun atau lebih. Tapi saya akrab sekali dengan dia. Awal berteman dengannya sedikit lucu, memperbincangkan masalah bola. Saya suka bola dan dia suka bola. Saya suka Real Madrid dan dia suka Barcelona, dan kami berantem.

Di Medan, jadwal Futsal dibelakang kantor sore itu. Luthfi mengajak saya ikut main, karena di kantor Medan perlengkapan Futsal lengkap sekali, mulai dari lapangan rumput asli, sampai jersey dan rompi lengkap disana. Saya sok-sok an ikut bermain. Hal yang Luthfi tidak tau dari saya adalah, saya suka bola dan saya tidak bisa bermain bola. Alhasil cerita ini hanya menjadi sebuah cerita perkenalan tersendiri buat Luthfi. Karena terakhir ketika kami sering berkumpul sekedar menikmati segelas kopi dan gosip-gosip yang mengambang. Terlontar dari mulutnya “saya pikir dia bisa main bola, eeeeeeee ternyata!!” lalu saya tertawa. Sulit untuk mengerti saya memang.

24 Januari 2014, disebuah hari raya kecil untuk yang berpuasa dihari senin kamis. Luthfi menikahi atasan saya, namanya Ie ie. Saya biasa memanggilnya Uni. Karena dia orang minang dan tidak fasih bahasa minang. Entah apalah itu namanya. Kamis malam beberapa hari sebelum hari itu, saya, bang Ar dan Gadis. Sibuk hilir mudik mencari-cari kado apa yang tepat untuk hadiah pernikahan mereka. Rekan kerja sekaligus sahabat, sahabat yang sangat dekat. Saking dekatnya niscaya kami akan dibunuh dengan cara mengenaskan bila tidak datang ke resepsi pernikahan mereka.

Foto Resepsi macam apa ini?
Sehabis shalat magrib dikantor, kami bertiga jalan-jalan keluar mencari ide. Kado apa yang tepat, dan akhirnya pusing sendiri, malam itu tidak menghasilkan apa-apa. Yang kami dapat malam itu hanya, sepotong ayam goreng di sebuah restoran cepat saji dan rencana liburan di Padang Panjang, tempat resepsi pernikahan itu diadakan. Kami berencana akan menginap semalam di Padang Panjang menikmati sensasi dinginnya dan berenang dihari minggu di waterpark yang ada di kota itu. saya punya satu mimpi. Ingin punya rumah di kota itu.

Hari yang ditunggu datang, hari itu 25 Januari 2014 dan bertepatan dengan hari sabtu, hari terakhir Uas. Mau tidak mau, saya harus menunda keberangkatan ke Padang Panjang sampai sore, karena ujian terakhir jam 3 sore. Gadis sudah duluan pergi bersama Pak De, sekalian menjeput mbak Sarah dari jakarta dan mbak Ria dari medan, yang juga sengaja datang untuk acara resepesi pernikahan Uni dan Luthfi. Saya Defri dan Firman juga telah sepakat untuk menyelesaikan Ujian terlebih dahulu sebelum berangkat, dan saya juga mengajak Mery untuk ikut. Karena kebetulan saya dan teman yang lainnya sengaja menyewa sebuah mobil untuk pergi ke Padang Panjang. Sore setelah ujian selesai saya, Defri, Firman dan Mery berangkat ke Padang Panjang.

Perihal mitos suku “jambak”, di Minangkabau ada sebuah suku bernama jambak, mitos yang beredar tentang suku itu ialah, ketika orang yang mempunyai suku Jambak mempunyai hajatan niscaya akan turun hujan. Tapi entahlah, apakah itu pertanda rezeki yang turun dari langit. Atau memang  Padang Panjang kota hujan. Yang jelas saya dan yang lainnya disambut meriah oleh hujan ketika sampai di kota Padang Panjang dan kebetulan orang tua uni, atasan saya punya suku Jambak.

Saya dan bang Ar janjian didepan gang masuk ketempat diadakannya Resepsi. Bang Ar mengendarai mobil sendiri, dan kami barengan masuk kedalam. Ada lima buah kado besar didalam mobil, masing-masing kami membawa satu kado, bungkus kado tersebut mempunyai motif yang sama, sebagai pertanda ini kado kami bersama.

Hari sabtu itu semakin menua, aku sempat menyanyikan dua buah lagu di resepsi itu, mbak Ria, mbak Sarah dan Gadis sudah capek, seharian di tempat itu, mereka mengajak saya untuk segera istirahat di penginapan yang sudah di booking oleh Gadis dihari sebelumnya. Kami menyewa sebuah guest house, untuk menginap semalam dan malam itu kami sembilan orang, Saya, Defri, Firman, Mery, Gadis, bang Ar, Yunan, mbak Sarah dan Mbak Ria. Jalan-jalan ke Bukittinggi, saya yang nyetir dan sempat menabrak pengendara motor yang galau tidak tau tujuan motornya sehingga tertabrak dari belakang, tapi syukur tidak ada korban.

Ritual jalan-jalan di Bukittinggi sudah jelas, ke Jam Gadang. Lalu dokumentasi narsis-narsis lalu cari makan. Yang membuat saya rindu ialah, kami makan seafood dipinggir jalan didaerah Pondok, beberapa tahun yang lalu ketika saya masih dinas di proyek yang dekat dari Bukittinggi ini, saya senang sekali makan seafood disitu. Aroma malamnya, dinginnya, suasananya membuat saya rindu ingin berkumpul kembali dengan tim proyek tersebut.

Foto bareng Mery, Gadis dan Jam Gadang
Diperjalanan pulang dari Bukittinggi ke Padang Panjang, lagi-lagi diguyur hujan. Rasanya semakin dingin, membuat saya ingin tidur lebih cepat dan bersiap untuk besok berenang seharian.

**

Mungkin Yunan, bang Ar, Gadis, Mery dan yang lainnya tau bagaimana kelakuan saya. Mereka sudah pasti tau bagaimana menghadapi saya. Tapi tidak dengan mbak Sarah dan Mbak Ria, saya kenal dengan mbak Ria hanya sebatas rekan kerja. Jarang sekali saya bercanda dengan mbak Ria. Terkadang ketika saya ke Medan pun sesekali, saya tidak pernah membicarakan hal lain dengan dia jika bukan masalah kerjaan. Tapi entah mengapa hari itu rasanya keakraban itu terjalin. Hari itu rasanya bukan seperti jalan-jalan dengan rekan kerja, tapi memang serasa jalan-jalan dengan teman-teman dekat.

Begitupun dengan mbak sarah, sebelum di Padang Panjang, saya tidak pernah berbincang sepatah katapun dengan dia. Beberapa kali saya pernah bertemu dengannya di Medan, tapi saya tidak ngobrol dengan dia. Karena saya dibagian Teknik dan dia Finansial, rasanya tidak ada yang perlu dibincangkan. Sesekali terkadang Uni sering cerita tentang keakraban dia dengan mbak Sarah. Tapi saya tidak menyangka orangnya sengocol itu, ramah dan walaupun becandaannya keterlaluan tapi lucu, meskipun dengan orang-orang yang baru dia kenal.

Hal itu yang selalu membuat suasana pecah, mulai dari malam sesampainya di guest house sampai seharian bermain di waterpark dan lanjut kepadang sekedar mencari durian. Dan berakhir dibandara mengantar mbak Ria dan mbak Sarah balik lagi, kehabitat mereka masing-masing.

Hari minggu itu ketika berada di Mifan, karena katanya Handphone saya tahan terhadap air saya coba untuk mengabadikan momen-momen ketika berenang, saya bawa handphone itu berenang. Dan Yunan senang sekali merekam video didalam air.

entah apa yang dilakukan Yunan dan Defri
Bang Ar, Mbak Sarah, Mbak Ria
Gue sama mbak Sarah

mbak Ria sama Yunan

Yunan, mbak Ria, Gue, bang Ar, Firman

Firman, Ria, Sarah

Dua orang ini memang selalu mesra Yunan <3 defri="" td="">

Entah apa ini!

Capek abis mandi

Didepan Rumah Gadang

Rumah Gadang

Defri Foto Bareng Tika Pangabean Project Pop

Nganter Mbak Ria ama Mbak Sarah ke Bandara

yang satu ke Medan, satu ke Jakarta

Hari itu menyenangkan, yang tidak menyenangkan hanyalah. Capek berlibur 2 hari itu. senin harus kembali berjibaku dengan tumpukan design Retaining Wall yang masih belum selesai saya kerjakan. Akhirnya beberapa bulan vakum, saya bisa lagi menulis 4 halaman sebanyak lebih dar 2000 kata.

Dan selamat menempuh hidup baru buat teman-teman semua yang menikah di bulan januari ini. Selamat buat bang Ar, uni Ie dan Luthfi, serta Rendy. Semoga langgeng rezekinya semakin banyak. Tinggal kita menunggu sembulan bulan dari sekarang siapa yang paling perkasa.

Dan tentang tiga buah undangan itu. terimakasih sudah menyematkan beberapa titel yang belum saya punya. Mungkin semua orang sudah pada tahu saya orang yang senang bercanda. Sehingga undangan untuk saya pun dibecandain. Tapi mudah-mudahan tercapai Haji dan embel-embel sarjana yang disematkan disitu walau niatnya bercanda. Untuk Luthfi dan uni Ie, saya masih belum bisa terima. Nama saya di KTP “Hanafi” bukan Hanafi Chaniago. Rasanya saya datang keresepsi itu seperti mewakili Hanafi Chaniago. Entah siapa itu orangnya. Tapi tidak apa-apa kalau memang niatnya untuk mengundang saya. Saya anggap itu juga sebagai sebuah becandaan. Orang jelas-jelas undangan itu ditujukan kesaya.

Saya anggap embel-embel itu doa, AMIN :)

Pernikahan siapa selanjutnya? Saya kapan nikah?

Entahlah semakin hari ini akan semakin rumit.

1 comment: