Monday 13 June 2011

Kisah “Mamak Azli” kakak Ibu

Ya,, biasa dipanggil Buyuang Zili untuk tahun ini (2011), bisa dikatakan umurnya mungkin sudah berumur 60 tahunan, anak ke 4 dari 7 orang bersaudara, ibuku biasa memanggil ajo kepadanya ibuku anak nomor 5, saat aku bertanya bagaimana tampang mamak (dalam minang kabau “mamak” ialah panggilan untuk saudara laki-laki ibu) ku ini, uci nenek ku dari ayah bilang, ganteng sekali orangnya, diantara anak nenek aku, dialah yang paling tampan, kulitnya kuning langsat, tak seperti ibu yang harus aku akui, ibu itu sao matang, bukan kuning langsat, yaa dialah yang paling tampan, bisa dibilang tampangnya diatas rata-rata, hanya satu yang kurang dari dia, yaitu dia mengidap penyakit epilepsi, hal tersebut yang membuat nenek tak ingin menyekolahkan dia, hanya karena alasan malu ntar disekolah penyakit dia kambuh, padahal dari cerita yang aku dengar dari ibu, mamak ialah seorang lelaki yang cerdas, dia bisa membaca dan menulis, dia tidak buta huruf, hanya butuh sebulan buat dia belajar caranya membaca dan menulis dan dia bisa, itu membuktikan bahwa dia bukanlah orang sembarangan, dia pribadi yang cerdas dengan satu kekurangan saja, kekurangan itu yang dijadikan alasan oleh nenek untuk tidak menyekolahkan dia, abangnya yang mengajarinya cara membaca dan menulis, yaitu paman aku juga, namanya Damai, mamak aku yang paling tua, itu benar, dia hanya diajar oleh kakaknya untuk belajar membaca dan menulis, hanya dalam waktu satu bulan, dari situ aku dapat kesimpulan, dia adalah seorang lelaki cerdas yang tampan.

1979,, (32 tahun yang lalu)
Sudah menjadi suatu hal yang biasa, mamak zili pulang kerumah sekali dalam tiga bulan, kerjaannya hanya keluar dari rumah, nggak tau pergi kemana, dan pulang sekali-kali, banyak yang ngga tau kemana dia, ada kabar, kadang dia sampai kedaerah talu, kira-kira 30 km dari kampungku, nenek memang agak sentimen pada anaknya yang satu ini, sering dimarahin, dan jarang dikasih kesempatan, aku sangat sedih denger semua cerita dari ibu, bahkan aku dengar dari uci juga, kadang dia sampai dikampung uci ku ini, terus digebukin sama preman kampung sana, ibu juga pernah bilang terkadang pulang kerumah dia sudah dalam keadaan benjol-benjol, hiks, kasihan dia.
Sampai klimaksnya suatu hari saat dia pulang entah dari mana, tahun 1979 itu ketika dia berumur sekitar 25 tahun, diwaktu magrib, saat itu nenek abis selesai shalat magrib, dia ngeloyor masuk dan langsung mengambil nasi untuk dia makan, mungkin karena dia lapar, abis pulang dari perjalanan jauh, nenek marah besar sama dia, sangat marah, “kok kamalala me kiajo ang tu nyoh, jang makan jo ang diumah ko leh, malu mbo dek ang diliek urang” ( jika kerjaanmu hanya bermain saja,kamu tak usah lagi makan dirumah ini, amak malu dilihat orang ) kata nenek sambil menyambar piring yang berisikan nasi yang sedang dipegang oleh mamak zili untuk ia makan, yahh aku fikir karena dia cerdas, lalu dia ngomong, sambil mengambil nasi dengan jempol dan telunjuknya yang sedang dipegang nenek hanya sebiji nasi saja, sambil bilang ke nenek, “ko mak, mbo ambiak sabijo nasi umak ko ha, untuak mbo makan, ndak ka mbo makan-makan lai nasi umak saumua iduik mbo leh” ( ini mak, aku makan nasi amak yang sebiji ini,seumur hidup tak akan aku makan-makan lagi nasi amak" katanya sambil terus melangkah dari rumah dan langsung pergi, yaa itulah terakhir kalinya ia berada dikampung ini, tak ada yan pernah tau dia kemana, tapi selama dirumah dia sangat sering mengatakan pada semua orang pada nenek dan pada kakak dan adiknya, dia sangat ingin pergi kemedan, hari ini sudah 30 tahun sejak dia pergi, sangat perih hati nenek bila mengingat kejadian ini lagi, jika kami bercerita masalah ini dan nenek mendengar dia selalu saja menangis, apa mungkin ini yang masih menahan nenek untuk terus ada, umur nenek sudah lebih 90 tahun mungkin akan masuk ke 100 tahun, nenek adalah orang paling tua nomor 2 dikampungku setelah eyangnya singgih sahabat kecilku, aku saja menangis mendengar cerita ibu tentang kakaknya itu, aku sangat ingin, sangattt ingin bertemu dengan mamak ku ini, mungkin dia sedang berada disuatu tempat, mungkin sudah punya anak yang juga mungkin ada yang seumuran dengan aku, jika ada yang membaca postingan ini, jikalau tau, apa itu mungkin ada orang disekeliling kamu, yang berasal dari pasaman, sumatera barat,bernama Azli atau zili, secara fisik aku tidak tau bagaimana rupanya, dia sudah pergi jauh sebelum aku dilahirkan, yah tolong saja dikomen, akupun yakin dalam perjalanannya pasti dia mengidam-idamkan medan, karena ibu bilang dia getol dan selalu bilang ingin sekali pergi kemedan, entah dia nyasar, aku tak tahu, tapi aku ingin sekali bertemu dengannya, sangat ingin.




Tahun lalu entah darimana datang kabarnya, sampailah kabar itu dikampungku, kabar itu mengatakan bahwa mamak zili itu sedang berada disuatu tempat dikota pinang, tanpa pikir panjang ayah pun berangkat kekota pinang disumatera utara, dan ternyata itu bukanlah mamak zili, benar dia orang pasaman yang tidak tahu jalan pulang, tapi dia bukanlah orang yang dimaksud, kampungnya beda dengan kampungku, dan kekecewaaan lah yang ayah bawa pulang, saat ini hanya menunggu kabar, dan menunggu dia kembalilah yang kami bisa, mau dicaripun, akan dicari kemana, aku yakin dia masih hidup, karena nenek masih menunggu dia, karena nenek belum ikhlas bila belum bertemu dengan dia, hal itu yang membuat aku yakin mamak zili ku, masih hidup dan dalam keadaaan yang baik-baik saja.
Aku percaya itu.

No comments:

Post a Comment