Delapan tahun ini seperti selembar kertas
putih yang begitu bersih. Dan disatu tahun belakangan tanpa sengaja aku membuat
sebuah coretan yang rasanya membuat aku terpaku begitu lama oleh goresan dan
bekas yang ditinggalkan oleh coretan tersebut. Rasanya hari-hariku begitu suram
belakangan ini, aku sendirian dari dulu dan semua orang masih ditempatnya
masing-masing seperti delapan tahun ini tapi aku kesepian entah kenapa, padahal
aku menjalani hari-hari biasa sepertihalnya delapan tahun belakangan. Dan entah
kenapa semua hari-hari ini terasa berbeda.
Aku tahu perihal orang-orang yang pasti
berubah, orang yang dulu aku kenal ketika berpacaran sekarang anaknya sudah
tiga, orang yang dulu sama-sama bepergian setiap malam minggu sudah mengirimkan
undangan kepadaku beberapa tahun yang lalu, dan yang dulu aku lihat masih dalam
lingkungan sekolah sekarang sudah satu lingkungan denganku dikantor terkadang
aku mulai bosan ditanyai ini itu, dan diantara mereka bersikukuh dengan idealisme
masa sekolahnya. Tapi aku belajar satu hal, banyak pelajar dan mahasiswa yang
ditengah jalan runtuh semua idealisme-nya ketika masuk dalam dunia kerja,
industri apapun itu.
Setahun yang lalu aku bertemu dengan orang
yang begitu kokoh dengan idealisme nya, dia tidak mau mengikuti kehendak dunia,
dia ingin dunia yang mengikuti kehendaknya. Awalnya aku anggap dia sebelah
mata, dan berfikir dia akan berubah pikiran dan idealisme nya akan hancur
sebentar lagi, dan setelah pindah ruang pun aku lihat sampai hari ini dia masih
bertahan dengan idealisme-nya. Aku mulai suka dengan orang-orang yang idealis
namun hanya bagi mereka yang kokoh dengan idealisme-nya.
Tak banyak aku temukan orang-orang seperti
itu delapan tahun terakhir, hanya beberapa yang berani melawan arus. Aku yakin
ujian didepan akan sangat berat dipundaknya, dan aku hanya berharap ketika
suatu hari nanti bertemu dengannya lagi, dia masih menjadi sesorang yang super
idealis seperti awal mula aku mengenalnya.
Entah aku dalam masa trasnsisi atau apa,
aku mengakui aku patah hati akhir-akhir ini. Semua menjadi begitu berat,
masalah timbul bukan lagi karena pasangan hidup aku punya banyak masalah bahkan
dengan keluarga dan rasa-rasanya ini hari-hari terberat yang pernah aku lalui
selama ini. Aku tak bisa tidur lebih awal ketika malam, walaupun aku sudah
mencoba rileks dengan secangkir teh hangat, mendengarkan beberapa lagu atau
beberapa murathal sebelum tidur. Dan belum ada rasa-rasanya yang membuat aku
bisa untuk memejamkan mata lebih awal.
Seperti malam ini, aku baru saja
menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang akan dikoordinasikan dengan owner
besok pagi, walaupun aku sudah selesai mencetak semua dokumen untuk besok. Rasanya
mata belum juga bisa diajak untuk tidur padahal ini sudah tengah malam, aku
putuskan untuk melihat lagi potret-potret lama sambil menghabiskan segelas teh
panas yang baru saja diseduh. Diluar hujan masih saja mengguyur tanah ini
sedari sore tak berhenti.
Aku mulai melihat beberapa foto-foto lama,
dari dulu aku memang sangat suka menyimpan semua foto-foto lama sampai sekarang
sejelek apapun aku didalam foto-foto tersebut. Dan rasa-rasanya aku menjadi
sebal dengan diriku sendiri, bagaimana mungkin aku dengan mudahnya mengatakan
delapan tahun ini berlalu begitu saja tanpa terasa. Melihat semua potret itu
membuat aku mengingat kembali semua hari-hari menyenangkan didalam semua
penderitaan yang pernah dilewati. Dan rasanya sayang untuk dibuang dalam sampah
kenangan. Otakku masih kuat untuk menyimpan semua kenangan itu. Namun cara agar
mengingat kembali, ya dengan melihat lagi semua potret kenangan itu seperti
malam ini.
Aku terlalu naif kalau terus-terusan merasa
kesepain seperti ini padahal dibelakang aku punya banyak cerita demi cerita
yang terajut sampai sekarang yang membuat aku untuk tetap bisa tersenyum hari
ini. Dan tanpa perlu diberitahu akupun tau, aku tidak sedang hidup dimasa lalu,
aku hidup hari ini. Dan aku rasa aku bisa mencerminkan masalalu itu untuk hari
ini, membuat lagi cerita-cerita menyenangkan selanjutnya. Seperti percayanya
semua orang akan matahari yang terbit lagi besok pagi.
Ini hanya sebuah monolog tidak jelas yang ingin
aku tumpahkan ketika sedang kesepian, ada yang aneh didalam hatiku. Aku sedang
ingin sendirian tapi aku tak ingin kesepian. Sepertinya aku sedang butuh
perhatian tapi malam-malam gelap seperti ini harus dilalui karena hidup memang
butuh keseimbangan.
Jika memang ini adalah sebuah skema,
kesepian ini bisa aku analogikan sebagai sebuah malam panjang yang mau tak mau
akan datang dan nanti pergi lalu nantinya akan datang lagi. Kesepian ini seperti
waktu antara senja dan matahari terbit. Aku tak perlu mengubah malam yang gelap
itu menjadi siang yang hangat. Jika nanti matahari sudah terbenam sangat dalam,
yang perlu aku lakukan hanyalah merebahkan diri, dan memejamkan mata, aku butuh
sepi agar bisa terlelap mengarungi malam yang begitu gelap. Dan biarkan
kesepian pergi bersama pekat malam, karena esok matahari akan terbit lagi
membawa kehangatan. Tak peduli hujan ataupun badai, dia hanya akan datang.
![]() |
Sendiri dulu |
No comments:
Post a Comment