Hari
itu saya dalam perjalanan menuju sibolga 2 tahun yang lalu, tepat dibulan
agustus. Saya baru saja dipindah tugaskan dari Martapura OKU timur Sumatera
Selatan kembali lagi kekampung halaman Sumatera Barat, kenapa saya malah menuju
Sibolga? Bos saya diproyek kali ini punya proyek juga di Sibolga, dia memegang
dua proyek dalam satu waktu sekarang. Nah proyek dimana saya ditempatkan malah
di kampung halaman saya sendiri, Pasaman Barat.
Bos
mengajak saya ke Sibolga agar saya dan Bos mudah komunikasi, dikarenakan juga
proyek yang di Pasaman Barat belum dimulai, jadi kerjanya di Sibolga saja, ada
wacana juga ke Medan minta data sama orang-orang pemasaran, proyek ini memang
benar-benar baru dimenangkan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Jadi semua
datanya masih dibagian pemasaran.
Cukup
melelahkan perjalanan yang hampir 12 jam dari Padang ke Sibolga. Disana saya
bertemu lagi dengan rekan-rekan lama saya waktu bekerja diproyek Padang
Pariaman dan Bukittinggi dulu, dan disana saya juga berkenalan dengan
orang-orang baru. Dan salah satunya adalah Bang Ade, siapa itu Bang Ade?.
Bang
Ade lah, yang beberapa tahun kemudian yang menjadi gerbang pembuka petualangan
saya, yang saya rasakan super amazing ditahun 2014 ini. Padahal 2014 baru tiga
perempat tahun berjalan tapi sudah ribuan potret yang saya abadikan bersama
Bang Ade dan teman-teman yang lain.
Seperti
biasa, saya memang bukan orang yang gampang bergaul dengan orang yang pendiam
dan untuk orang-orang yang suka menutup diri, tapi saya sangat senang dengan
orang yang selera humornya tinggi, dengan orang-orang seperti itu saya sangat
gampang sekali akrab dan berteman baik. Dan karakter itu ada di Bang Ade, dia
orang yang sangat humoris, tidak gampang marah saya liat, dan saya suka tata
bahasa yang dia pakai, saya senang mendengar logat bahasa minang orang
pariaman, ditambah lagi lidahnya yang pendek sehingga Bang Ade tidak bisa
menyebut huruf R dengan benar, bahan ledekan buat saya.
Terkadang
saya juga merasa aneh, mengapa saya begitu mudah dekat dengan orang. Beberapa
hari di Sibolga Bos langsung ngajak ke Medan, masih lewat perjalanan darat,
bang Ade juga ikut ke Medan waktu itu. Memang ini bukan pertama kalinya saya ke
kantor Divisi di Medan, tapi rasa kikuk itu ada karena saya belum dekat dengan
semua orang yang berada disana, saya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam
kamar mess dari pada keluyuran di kantor, dan berinteraksi dengan yang lain.
Tapi ketika sore, kegiatan rutin 3 kali seminggu bermain futsal di lapangan
belakang kantor saya coba ikuti, walau saya tau kemampuan saya bermain bola NOL
BESAR!
![]() |
Saya suka Tottenham ketika Harry Redknapp yang melatih |
Siapa
lagi yang memaksa kalau bukan bang Ade, lagian kegiatan itu Cuma olahraga doang
kok, bukan kompetisi resmi memperebutkan gelar, jadi bisa ketawa-ketawa dan
sehat lari-lari. Sebelum adzan maghrib semua kelar, saya pun mandi dan bersiap
bengong menghadapi malam yang entah akan saya isi dengan kegiatan apa, tapi
motor butut tak bertuan yang ada dikantor membuat saya berfikir, sebaiknya saya
muter-muter dengan bang Ade dengan motor butut tak bertuan itu, saya minjam tuh
motor ke OB dan dikasih kuncinya, beberapa menit kemudian saya sudah dijalan
raya bersama bang Ade, nyalip sana nyalip sini seraya teriak “INI MEDAN BUNG!!”
lalu tertawa, menertawakan kebodohan kami sendiri.
Saya
mencoba mengingat-ingat kembali, jalanan kota Medan yang sedikit saya hafal
satu tahun yang lalu, saya sempat tinggal di kota ini sekitar satu minggu
bersama bos saya yang sebelumnya. Saya dan bang Ade menyusuri jalan
sisingamangaraja, singgah di Mesjid Raya Medan, terus ke ujung kantor PDAM yang
tepat sekali berada di ujung jalan sisingamangaraja, lalu muter-muter ngga
jelas dengan modal nekat, sama-sama ngga tau jalanan kota Medan.
Sehari
kemudian, saya dan bang Ade balik ke Sibolga, Bos tinggal dan hanya saya bertiga
dalam perjalanan. Yaitu saya, bang Ade dan Cumit. Saya duduk didepan dan
membuka dashboard mobil, dan menemukan CD hadiah dari restoran cepat saji
dengan menu AYAM DOANG itu, yang bikin kesel kadang, katanya dapet CD gretong,
ngga taunya di Bill yang diterima, CD nya tetep aja bayar.
“BERTERIAK
LAH PADAKU LEBIH KENCANG, AGAR KU TAU KU TAK SENDIRI” lagu pertama dari CD Last
Child, setelah mendengar semua lagunya saya tiba-tiba jadi suka dengan band
yang namanya Last Child, entah kenapa saya tidak tau, tapi saya suka meskipun
salah satu lagunya yang duet dengan mantan finalis Indonesian Idol itu mirip
banget sama lagunya “Two is better than one” nya Boys Like Girls Feat. Taylor
Swift, tapi setidaknya rasa kecewa saya terobati dengan liriknya yang lumayan
manis.
![]() |
Bang Ade mabok dicekokin lagu itu itu mulu |
Kenapa
saya membahas tentang Last Child, biasanya ketika saya suka dengan sebuah lagu.
Saya akan tergila-gila dengan lagu itu, lalu mendengarkannya sampai muak,
bahkan sampai muntah-muntah, lalu menyimpan lagu itu, dan mendengarkannya lagi
beberapa tahun kemudian, kadang nadanya bakalan membawa kita lagi dalam suasana
yang telah berlalu bertahun-tahun. Seperti original soundtrack-nya drama korea
Shasy Girls Choon Hyang, mendengar semua soundtrack-nya, rasanya membawa saya
kembali pada tahun 2005. Dimana saya merasa jatuh cinta pada dua hal, kepada
“kamu” yang tak pernah bisa saya gapai pada saat-saat jam sekolah, dan pada
drama korea yang saya tonton berulang-ulang pada sore harinya. Haaahhh jadi
galau kan kalo nginget lagu itu.
Selfish
memang, saya tidak memikirkan bang Ade dan Cumit yang beneran sudah muntah
mendengar lagu-lagu dalam CD yang itu berulang-ulang. Yang penting saya seneng
dan telinga saya dimanjakan oleh nada-nada dalam CD tersebut.
Beberapa
hari kemudian saya sudah berada di Kota Padang kembali, ketika sedang bekerja.
Ada telpon dari bang Ade, “Berteriaklah padaku lebih kencang” samar terdengar
bunyi musik, sepertinya bang Ade sedang nyetir, katanya dia lagi nyasar. Dia
ngga tau jalan dari Sibolga ke Padang itu jalannya yang dimana, tapi sepertinya
bang Ade tepat sekali bertanya pada saya yang sama sekali ngga ngerti apa-apa
tentang jalan dari Sibolga ke Padang, dan by the way saya malah membahas lagu
yang samar saya dengar tadi, dan omongan kami ngga ada juntrungannya.
Alhamdulillah
bang Ade sampai juga di Padang, entah siapa yang menunjukkan dia jalan yang
benar. Bertanya ke saya cuma bakal jadi masalah besar, karena sepanjang
perjalanan dari Sibolga ke Padang saya lebih memilih tidur dari pada harus
menghafal jalanan. Dan ketika saya masuk ke mobil, saya tidak menemukan CD –nya
Last Child, lalu dengan membara bang Ade menjelaskan bahwa dia telah muak
dengan lagu-lagu itu dan mematah-matahkan CD-nya lalu membuangnya ditengah
jalan. Maafkan kami Last Child ini bukan suatu bentuk kebencian buat karya
kalian. Tapi setidaknya nanti kalo saya beli ayam goreng lagi, kalo pelayannya
nawarin CD saya bakal ambil CD kalian lagi. Tapi kayaknya udah ngga lagi ya
tahun 2014 ini?
Ya,
cukup sampai disana saja perkenalan saya dengan bang Ade, lalu semua berjalan
apa adanya, komunikasi kami tetap jalan. Saya tau bang Ade orang yang suka
melanglangbuana kemana-mana, Hobi Touring, mengunjungi tempat-tempat yang indah
diseluruh penjuru sumatera, dan pecinta gunung juga, entah sudah berapa puluh kali
bang Ade mendaki gunung Merapi yang ada di sumatera barat. Point nya adalah, 2
tahun kemudian. Saya tidak tau “Mencintai Alam” itu apakah penyakit menular
atau bagaimana, tapi perkenalan aneh dengan slogan “INI MEDAN BUNG” itu yang
membawa saya pada petualangan-petualangan itu. Saya tidak tau, apakah saya bisa
sampai kesebuah puncak gunung, jika tidak bertemu dengan gerbangnya untuk
masuk.
Kadang
untuk mencapai apa yang kita inginkan, kita tak perlu memaksakan diri untuk
mencari. Karena tuhan telah tuliskan, jika niat kita suci, tujuan kita jelas,
dan punya banyak manfaat. Tuhan akan lancarkan itu, tak perlu rencanakan dengan
begitu matang, selama kita punya usaha. Tuhan hargai itu, sekecil apapun usaha
kita, jika hanya itu yang kita sanggup.
Awal
berkenalan dengan bang Ade yang terlihat ngga pernah serius dulu, sama sekali
ngga pernah terfikirkan oleh saya bahwasanya dialah gerbang yang terbuka dan
membuat saya menjadi salah satu Pecinta Alam, saya merinding. Maha Besar Allah
menciptakan dunia dan seisinya untuk manusia, dengan mencintai alam, setidaknya
saya bisa makin merasakan beruntungnya saya dijadikan makhluk bernama Manusia.
dan segala puji bagi Allah, menciptakan alam semesta dan seisinya untuk
manusia.
Saya
masih belum bisa menakar diri, apakah saya sudah termasuk orang-orang yang
bersyukur atau tidak, tapi puluhan kali firman Allah dalam al-quran setidaknya
bisa mengingatkan saya tentang
“Lalu,
nikmat Tuhan-mu yang mana lagi yang hendak kau dustakan?” Qs. Ar-Rahman.
![]() |
Entah Apa yang kita fikirkan bila berada ditempat seperti ini |
No comments:
Post a Comment