Hari itu minggu, 20 april 2014. Beberapa bulan
yang lalu saya dan teman-teman sedang berada di sebuah pulau namanya pulau
tangah di kota Pariaman. Ceritanya ada disini, waktu itu ada saya, Bang Ade, Defri,
Mery, Gadis dan Andre. Kita sedang menikmati makan siang, karena memang sudah
jadwalnya makan siang.
Beberapa minggu sebelumnya, saya sudah mengajak
mereka kecuali bang Ade untuk mengunjungi tempat yang mungkin lebih ekstrim
lagi. Biasanya kita hanya pergi berwisata yang biasa saja, semacam di pantai
atau ke pulau seperti yang sedang kita lakukan. Untuk saat itu saya mengajak
mereka untuk mendaki salah satu gunung yang ada di Sumatera Barat, sebagian
dari teman-teman saya menolak, karena diantara kami tidak ada satu orang pun
yang punya pengalaman mendaki gunung.
Tapi hari itu, saya mencoba kembali mengajak
teman-teman saya untuk mendaki gunung, tepat didepan orang yang benar-benar
punya banyak pengalaman tentang mendaki gunung, yaitu bang Ade seperti yang
saya ceritakan dipostingan sebelumnya.
Saya hanya sebagai pembuka pembicaraan, selanjutnya bang Ade yang menjelaskan dan menghasut teman-teman saya untuk naik gunung. Walhasil dari cerita jalan-jalan ke pulau tepat dihari ulang tahun saya itu. Kita semua sepakat akan mendaki gunung merapi dalam waktu dekat. Hanya satu yang tidak setuju, yaitu Andre.
Saya hanya sebagai pembuka pembicaraan, selanjutnya bang Ade yang menjelaskan dan menghasut teman-teman saya untuk naik gunung. Walhasil dari cerita jalan-jalan ke pulau tepat dihari ulang tahun saya itu. Kita semua sepakat akan mendaki gunung merapi dalam waktu dekat. Hanya satu yang tidak setuju, yaitu Andre.
Ini memang untuk pertama kalinya Andre bergabung
dalam lingkaran pertemanan saya di tempat kuliah, dia memang agak sedikit
canggung disini. Diajak mendaki gunung pun katanya dia takut dan ngga bakalan
diizinin sama Ibu nya, tapi beberapa hari kemudian setelah kesepakatan itu Andre
positif ingin ikut bergabung, dalam paket wisata kita kali ini yang tergolong
sedikit berbeda dan sedikit lebih ekstrim dibanding wisata-wisata sebelumnya.
Persiapan hanya satu minggu saja, dengan membuat
sebuah group chatting di BBM agar bisa konek antara satu dan yang lain dalam
satu forum, disanalah bang Ade menjelaskan. Apa saja yang dibutuhkan untuk
mendaki gunung, apa saja larangannya dan banyak tips-tips lainnya. Akhirnya
tanpa banyak berfikir ditunjuk lah tanggal 3 mei sebagai tanggal keberangkatan.
Dengan cara bolos kuliah karena ini bertepatan sekali dengan hari minggu. Kata
bang Ade jika mendaki gunung Merapi kita hanya butuh waktu dua hari satu malam saja.
Sampai pada hari yang ditentukan, positif yang
akan mendaki pada hari sabtu 3 Mei itu adalah. Bang Ade, Saya, Defri, Mery, Gadis,
Andre, Kak Id dan dua orang teman junior bang Ade yang juga getol mau kegunung,
dan mereka berdua juga baru pertama kali mendaki gunung yaitu Igo dan Wel. Tapi
perjuangan saya untuk bisa berkumpul bersama teman dan berangkat pada hari
sabtu sungguh tidak mudah. Beberapa hari sebelum itu undangan Rakor (Rapat
Koordinasi) ke Medan sudah dikirim ke email masing-masing, termasuk saya.
Bos saya langsung misuh-misuh agar laporan segera
disiapkan mulai dari hari jumat malamnya, saya minta maaf kepada teman-teman
yang lain karena tidak bisa membantu mereka menyiapkan segala keperluan untuk
mendaki malam itu, saya hanya sibuk mengerjakan laporan sampai jam 2 pagi, dan
untuk esok harinya saya berdalih izin kuliah hari sabtu dan minggu ke Bos agar
tidak disuruh ke Medan pada hari minggu, karena Bos berangkat ke Medan hari
minggu. Saya boong kuliah hari minggu padahal sebenernya ke Gunung dan bakalan
nyusul ke Medan di hari seninnya.
Saya hanya tidur beberapa jam saja malam itu,
sabtu pagi jam 5 sudah bangun lagi, mandi dan menyiapkan semua yang bakalan
dibawa ke Gunung, jam 6 pagi kita semua sudah kumpul di kos Mery. Dan langsung
berangkat ke Pariaman terlebih dahulu bertemu dengan bang Ade dan Juniornya
yang 2 orang itu. Sampai di Pariaman hampir jam 8 pagi, ternyata bang Ade masih
tidur. Lebih dari 1 jam kami menunggu bang Ade baru nongol, dan masih banyak
lagi keperluan lain yang diurusin di Pariaman sampai akhirnya kami berangkat
dan sampai di Padang Panjang, Kaki Gunung Merapi jam 10 Pagi.
![]() |
Simpang Jaguang, Pariaman tempat berkumpul, Minus Mery |
![]() |
Pusiiing boooo, di tanjakan abis bensin :( |
![]() |
Pasar Koto Baru, Awal mula perjalanan |
Disebuah daerah di jalan lintas Padang Bukittinggi
bernama Koto Baru, kami menunggu teman bang Ade yang bakalan ikut bareng.
Disana kita melihat beberapa orang yang juga sepertinya sedang bersiap untuk
naik dan ada pula yang terlihat sudah kotor mungkin baru saja turun. Kita
sempat sarapan dulu, karena teman bang Ade lama sekali datangnya, kami
memutuskan untuk langsung menuju Posko dan mendaftarkan nama serta membayar
biaya administrasi. Tak berapa lama kami sudah berjalan di jalanan tanah yang
mulai sedikit menanjak.
![]() |
Melepas penat, di Pesanggrahan |
Beberapa menit kemudian kami tiba di pesanggrahan,
terlihat pintu masuk kehutan sangat jelas, disana kami sedikit istirahat dan
sedikit menikmati pemandangan gunung Singgalang diseberang dan Kota Padang
Panjang serta sawah dan pertanian yang sangat indah. Tak berapa lama kamipun
melanjutkan perjalanan.
Dalam regu kami mendaki ke gunung Merapi hanya
bang Ade yang sudah punya pengalaman naik gunung, sisanya 8 orang adalah newbe,
mungkin ini bakalan sedikit merepotkan bang Ade. Saya yang tadinya sangat
sombong bakalan mampu dengan mudah bisa naik ke pintu angin tempat kebanyakan
orang kamp dalam waktu 6 jam, langsung tertunduk lesu.
![]() |
Mencoba eksis, walau capeek banget |
Saya nyaris putus asa melihat jalanan yang nyaris
vertikal, saya merasa ini bukan mendaki namanya, tapi memanjat. Berpegang erat
pada akar-akar kayu semakin naik beberapa sentimeter dari setiap langkah. Saya
juga baru tau, jika kita bertemu dengan jalanan yang rata, bisa dikatakan itu
bonus. Lega banget rasanya betis bisa berjalan dengan seringan itu. Kesombongan
saya yang lain adalah, saya merasa mampu membawa sebuah gitar keatas gunung,
dan ternyata saya salah. Saya semakin merana ketika harus memegang gitar dan
memegang erat akar-akar pohon juga agar tidak ketinggalan dari yang lain.
Tapi Gadis sepertinya wanita paling tangguh yang
pernah saya liat, entahkah karena badannya yang kecil sehingga dia bisa dengan
santai bisa cepat sekali berjalan dan jauh meninggalkan yang lain, Cuma Mery
yang memang rada lelet jalannya berhenti setiap beberapa menit sedangkan yang
lain normal. Perjalanan mendaki gunung berjam-jam hanya itulah pemandangan yang
bisa kita lihat. Pohon-pohon besar, bunyi-bunyi binatang, baik burung atau
bunyi binatang apapun bisa kita dengarkan diatas gunung sana.
![]() |
Foto yang sempat di ambil, ketika istirahat |
Sempat kehujanan sedikit juga selama dijalan tapi
Alhamdulillah perjalanan dilancarkan oleh Allah, sampailah kami di tempat yang
namanya “lubang mancik” sudah tidak ada lagi pohon-pohon besar di daerah itu
yang ada hanya tanaman yang mungkin sejenis pakis, karena saya liat daunnya
sama persis seperti pakis. Saya lihat jam tangan sudah menunjukkan jam 5 sore.
6 jam sudah kami berjalan, dan kami belum sampai ditempat yang bernama pintu
angin, tempat kami akan menginap malam ini dan menyiapkan tenaga untuk besok
menyambut pagi yang mungkin bakal menakjubkan.
Teman-teman yang lain sudah sampai diatas, saya
masih terjebak di lubang mancik. Bang Ade menemani saya disana, saya seperti
dehidrasi. Sebelumnya dibawah bang Ade memang berpesan agar ngga usah
banyak-banyak membawa air minum. Tapi sumpah saya haus banget, udah ngga
mungkin lagi kaki saya melangkah ke jalanan yang vertikal seperti ini. Akhirnya
bang Ade menyuruh saya meminum tetes tetes air di ujung daun pakis tersebut.
Oke ini pengalaman naik gunung yang ngga bakalan pernah saya lupain. Saya
belajar bagaimana menghargai air, saya teringat kembali. Selama ini saya boros
air jika mandi, mengisi gelas penuh-penuh dan malah ngga menghabiskannya namun
dibuang, saya ingat air yang bersisa-sisa digelas itu, walau hanya satu teguk.
![]() |
Alhamdulillah, bisa nyusul temen-temen |
Pengalaman yang itu mengajarkan saya untuk
menghargai sesuatu, barangkali ketika itu kita tidak sedang butuh, tapi pasti
bakalan ada masa dimana, hal yang sama sekali kita anggap remeh. Akan menjadi
sangat kita butuhkan. Saya mencoba lagi melangkahkan kaki mengejar
ketertinggalan saya dari teman yang lain, beberapa menit kemudian saya sudah
berada di Pintu Angin, tempat teman-teman saya sudah berkumpul, tempat dimana
para pendaki lain sudah mendirikan tenda dan asik memasak untuk makan malam.
Jam 6 sore alhamdulillah saya berhasil menginjakkan kaki di Pintu Angin, tempat
untuk mempersiapkan diri besok pagi.
Dari hal itu saya belajar lagi. Tempat yang ingin
saya tuju itu hanya beberapa kaki saja diatas saya, saya nyaris menyerah karena
rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan, tapi setiap tetes-tetes air
dari ujung daun pakis dan pelajaran-pelajarannya tadi membuat saya berfikir
saya pasti bisa mengikuti langkah teman-teman saya yang sudah dulu sampai
diatas saya. Kadang saya berfikir menyerah bukanlah sebuah pilihan. Akan ada
waktu dimana kita dituntut untuk terus maju karena terkadang kita tidak tau apa
yang ingin kita tuju itu hanya beberapa meter saja diatas kita. Dan dari situ
saya belajar tidak ada alasan untuk menyerah dan stuck ditempat yang kita rasa
sudah aman. Padahal TIDAK.
Perjalanan yang biasanya ditempuh dalam waktu 4 –
6 jam oleh pendaki biasa kami tempuh dalam waktu 8 jam dengan dalih oleh kami
sebagai pendaki pemula. Sesampainya di Pintu Angin saya melihat teman-teman
yang lain sedang duduk santai sambil beristirahat. Semuanya sudah memakai jaket
karena diketinggian itu, persis dibawah cadas apalagi sudah mau malam udara
sudah mulai sangat dingin. Dari kejauhan terlihat matahari mulai pamit dari
tanggal 3 dan seolah berucap, “Sampai bertemu besok pagi, di PUNCAK MERPATI”.
Yang saya tau dari orang-orang puncak tertinggi gunung merapi di Sumatera Barat
namanya Puncak Merpati.
![]() |
Akhirnya semua sampai di Pintu Angin |
![]() |
Awan dan Gunung Singgalang itu yang jadi saksi Matahari |
Sempat beristirahat sebentar, saya dan teman-teman
yang lain langsung mencari tempat yang lumayan rata untuk mendirikan tenda
tempat istirahat malam ini. Sebagai pemula, kami hanya bisa melihat dan ngga
banyak bisa membantu, tapi mungkin ada pemakluman dari bang Ade melihat cara
saya bergaul selama ini dengan dia dan teman-teman saya. Tapi entahlah,
dipenghujung jalan ada kata-kata bang Ade yang membuat saya lega, bagaimana
menurut dia perjalanan menuju puncak merapi ini.
Sepanjang malam hanya dihabiskan mengobrol dan
bernyanyi seraya memainkan gitar yang rasanya mati-matian saya bawa keatas
gunung ini, lagian saya nya juga yang kegatelan baru pertama kali mendaki
gunung sudah sok-sok an membawa gitar, tobat deh beneran. Tapi mau ngga mau jam
11 udah pada tidur semua, karena besok pagi jika pengen nepatin janji ke
matahari bakalan ketemu dipuncak harus, berangkat jam 4 pagi ke atas. Itupun
kalo ngga kabut atau cuaca rada tidak bersahabat.
![]() |
Aktifitas Malam |
![]() |
Ruangan Ibu-Ibu |
![]() |
Anggap lagi nonton bareng |
Saya sama sekali tidak membawa sleepingbag ke atas
gunung sana, tidur paling sudut dan bersentuhan dengan tenda langsung yang
kerasa dingin banget, rasanya dimana-mana gelap, saya tidak bisa melihat
apa-apa cuaca begitu dingin rasanya menusuk sampai ke tulang belulang. Saya
coba rapikan bentuk sarung, satu-satunya benda yang saya berharap mendapat
kehangatan darinya. Saya tidak tau ini jam berapa, tapi keadaan saya yang
berisik karena kedinginan membuat teman-teman setenda yang lain bangun.
“hayoo berangkat-berangkat!!” teriak bang ade
beberapa menit kemudian “hmmmmm” seperti nada malas semua menyahut, ternyata
bukan hanya saya yang terbangun di pagi buta sedingin ini, saya coba meraih
handphone yang ada didalam saku celana, saya lihat sudah menunjukkan pukul 4
pagi, tadi yang mulai ribut seperti tenang kembali, balik ke tidurnya
masing-masing. “kalo mau tidur dirumah aja, ngapain capek-capek naik keatas
gunung kalo mau tidur doang” sekali lagi suara bang Ade mengalahkan dingin
karena semangat saya terbakar ingin menepati janji pada matahari.
Kita mulai menggapai cadas, bahkan sebelum ayam
benar-benar bangun! Sampai bertemu di chapter selanjutnya :D.
![]() |
Tentang Negeri di atas awan, dan Janji Matahari menuju Esok :) |
Gila keren banget foto terakhirnya, seru juga perjalanannya. Yang fotoin jago nih, kereeeenn!!
ReplyDeletethanks BRO :D
Deletemantap
ReplyDeleteTentang Negeri di atas awan, dan Janji Matahari menuju Esok :)
lanjutkan...
Thanks juga bro aidin :D
DeleteAidin?
ReplyDeleteSembarang :p
maaf saya salah ketik mas Airin
Delete