Akhir-akhir
ini cuaca Padang rada aneh, sejak kapan musim hujan pindah ke bulan April? Jadi
ingat setahun yang lalu, ngga bisa landing di Padang karena cuaca yang begitu
buruk, sehingga penerbangan saya dari medan, harus mampir dulu di Pekanbaru
sampai cuaca Padang membaik.
Malam
sabtu kemarin, saya sedang mengerjakan tugas kuliah sampai jam 1 malam, walau
pada akhirnya sama sekali tidak membuahkan hasil, tidak tau mengapa jendela
kamar berbunyi seperti ada yang mendorong dari luar. Rumah ini memang sering
kosong, karena rumah ini hanya digunakan untuk tidur di malam hari, sedangkan
dari pagi sampai jam sepuluh malam rumah ini kosong, yang tinggal dirumah ini
termasuk saya sering sekali pulang malam dari kantor, atau saya juga sering
tidur sendiri dirumah sebesar ini, ketika yang lain menginap beberapa hari
di proyek yang kira-kira 4 – 5 jam perjalanan dari kota Padang.
Malam
itu dengan sok berani saya mendekati jendela, karena jendela tersebut kaca maka
sangat terlihat jelas tetesan air menempel di jendela, ternyata sedang hujan
diluar. Jendela tersebut jenis jendela yang digeser ke samping, saya pun membuka
jendela tersebut. Tiba-tiba angin berhembus kencang dari luar membawa
tetes-tetes air yang lumayan deras kedalam kamar, ternyata sedang terjadi badai
diluar. Ada apa dengan Padang, beberapa jam yang lalu langit terlihat cerah dan
tiba-tiba ada hujan badai.
Hari
sabtu datang, seperti biasa alarm berbunyi beberapa jam lagi UTS di kampus, tapi
rasanya saya malas sekali bergerak dari tempat tidur, tapi seperti biasa selalu
ada keributan pagi-pagi antara pak Nafis dan Yunan. Yang ketawa ngakak tanpa
peduli ada orang lagi tidur, yang selalu saja menceritakan kejadian tadi malam
yang awalnya lucu sampai cerita itu benar-benar menjadi garing.
Saya
lihat jam di Handphone sudah jam setengah delapan, ada UTS Mekanika Tanah jam
delapan pagi ini, rasanya malas sekali untuk bangun dan mandi. Tapi suara
berisik Pak Nafis dan Yunan juga membuat niat untuk kembali tidur hilang.
Dengan gontai saya melangkah ke kamar mandi menyambut hari yang saya tidak tau
akan sedikit meledak hari ini. Setidaknya hari ini saya banyak tersenyum,
tertawa, dan menemukan nama-nama baru.
Setelah
selesai beres-beres, saya sama sekali tidak menyiapkan apa-apa untuk Ujian
Tengah Semester hari ini, Cuma modal beberapa catatan yang tidak jelas dan
pulpen. Saya berangkat kuliah dengan Bebe, motor kesayangan, menyusuri tepian
Banjir Kanal kota padang. Sedikit melanggar aturan lalu lintas dengan tidak
memakai helm, di jalanan tiba-tiba handphone saya berbunyi. Telpon dari Meri
“Hanafi dimana? Udah masuk Bu Melda, da Dep mana?” suaranya sedikit nyaring
di telpon, “iya Mer, ini sudah dijalan, Defri? Ngga tau kemana.” Saya sedikit
menjelaskan memang sih biasanya saya ke kampus selalu berdua sama Defri karena
udah beberapa bulan ini memang saya sudah tidak sekamar lagi dengan Defri.
Lagian biasanya kalau dia tidur dirumah pasti pagi-pagi sekali Defri udah
nyampe kampus.
Ujian
seperti biasa, bukan karena tidak ada niat untuk kuliah, memang kadang jam
kerja yang membatasi untuk belajar dirumah, susah memang membagi waktu untuk
kerja dan belajar. Ini sebenarnya hanya alasan yang sok intelektual, dengan
kata lain alasan sebenarnya adalah MALAS!. Tapi hari ini memang itulah yang
terjadi, ketika kertas jawaban sudah dibagikan, isi kolom nama dan lain-lain,
catat soal yang ditulis dosen didepan kelas dan diam sambil menunggu wangsit
turun dari langit.
![]() |
Salah satu wangsit, juga salah satu kegunaan smartphone |
Mata
kuliah selanjutnya, harusnya minggu ini juga UTS. Tapi entah kenapa Dosen nya
ngambek karena kita semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu selalu masuk
terlambat. Dan hari ini beliau ngambek serta menunda UTS mata kuliah yang dia
ajar minggu depan, lalu belajar lagi di kelas.
Selanjutnya
UTS beton, seperti biasa menunggu wangsit dari langit dengan sedikit sok
mengerti dengan ujian yang sedang dikerjakan, hari ini benar-benar buruk
sepertinya IP semester ini bakalan anjlok lagi seperti semester sebelumnya,
selesai UTS Beton perut mulai keroncongan karena sudah jam 12:30 siang, cuaca
yang dari tadi pagi cerah dengan sisa-sisa hujan yang menggenang dimana-mana
tiba-tiba memburuk lagi dengan cepat, saya, Defri, Meri dan kak Ied jalan kaki
menuju rumah makan yang ada dijalan Veteran kira-kira beberapa ratus meter dari
kampus, kita berjalan dibawah gerimis. Langit begitu mendung seperti bakalan
badai lagi seperti tadi malam, Anomali cuaca, saya bertanya lagi. Apa musim
hujan benar-benar pindah ke bulan April?
Sampai
dirumah makan, hujan yang tadi gerimis mulai deras. Rumah makan ini juga rame
banget, lagian mahasiswa ini juga banyak yang hadir kalo cuma ada Ujian, siang
itu agak redup karena tidak ada matahari dan rasanya orang-orang yang datang
seperti sedang ada acara Buka Puasa Bersama. Sampai-sampai costumer sudah tidak
dilayani lagi, dan membuat saya sedikit kesal, perut sudah
keroncongan, hasil UTS tidak memuaskan, ditambah makanan yang tidak
datang-datang kemeja makan, sekali lagi saya berfikir ini hari yang sedikit
menyebalkan.
Akhirnya
nasi yang ditunggu-tunggu datang juga, karena saya duduk di ujung persis
disamping Meri, tanpa sengaja Meri numpahin air kobokan di nasi saya. Meski
saya tau itu air belum di cuciin tangan disitu, ya tetap saja itu air kobokan,
gila! ini benar-benar hari yang menyebalkan, sederet kejadian yang tidak
menyenangkan tadi, dan selanjutnya saya harus makan dengan kuah air kobokan!
What a perfect day ever!!
Balik
dari rumah makan, hujan yang lumayan deras harus ditempuh karena sebentar lagi
bakalan masuk UTS selanjutnya Analisa Struktur. UTS yang juga menunggu wangsit
dari langit. dijalan tiba-tiba kak Ied ngomel-ngomel, saya pikir kak Ied lagi
ngomel-ngomel masalah pelayanan rumah makan tadi, tapi ternyata tidak, dari
lapar sampai kenyang kak Ied masih ngomel dengan dosen yang tadi, ngasih soal
ujian beda dengan materi yang dia ajarkan selama kuliah dengan dosen tersebut.
Jam
15:00 UTS Analisa struktur berakhir, dengan hasil yang juga sedikit
mengecewakan, selanjutnya masuk mata kuliah Perencanaan Perkerasan Jalan, saya
sedikit suka mata kuliah ini. Tugasnya saya mengerti dan kemarin ketika saya menyusun
Justek untuk proyek di Pasaman, sedikit banyaknya berhubungan dengan ini.
Jadinya seneng aja mengerjakan tugas seperti ini, ditambah seminggu yang lalu
dosen nya bilang, tidak ada UTS untuk mata kuliah nya, cukup dengan tugas yang
harus di asistensi setiap minggu itu saja.
Setelah
masuk dengan dosen tersebut, lalu tiba-tiba beliau bilang. Hari ini tugasnya
harus sudah di kumpul, harus selesai dan di ACC, baru bisa tanda tangan di Absen
UTS, kalo tidak nilai UTS nya kosong. Konspirasi macam apa ini? Memang tugas
saya satu lembar lagi selesai, tapi saya tidak mengerti kalau tidak dijelaskan
bagaimana caranya kalau tidak diajari sama dosen tersebut, akhirnya dengan
celingak-celinguk sana sini, lihat tugas temen-temen yang lain, saya bisa
menyelesaikannya kebetulan saya bawa laptop ke kampus bisa saya selesaikan
sebentar, lalu dengan buru-buru ke kantor sebentar untuk ngeprint tugas
tersebut.
Balik
dari kantor, saya liat tidak ada yang sedang asistensi dengan dosen tersebut,
langsung saya maju kemeja beliau dan memeriksa hasil tugas tersebut, tetapi
ternyata lembar terakhir saya salah. Namun cara memasukan rumus-rumus nya saya
benar, akhirnya dosen yang banyak orang bilang pelit ngasih nilai itu.
menganggap tugas saya sudah selesai dan ACC dengan syarat minggu depan harus
dikumpulkan dalam keadaan rapi dan benar. Akhirnya saya bisa tanda tangan di
absen UTS mata kuliah tersebut. Dalam hati saya bilang “hari ini menyenangkan”
suasana hati terkadang berubah. Tadi saya bilang menyebalkan dan sekarang saya
bilang menyenangkan. Terkadang saya juga tidak konsisten dalam perasaan.
Kuliah
berakhir jam 17:00 saya dan Defri beranjak dari kelas menuju Mushala kampus.
Berniat shalat Ashar dan rehat sejenak dan nanti pulang. Setelah selesai
shalat, hal yang sering dilarang di mushala saya lakukan, yaitu tiduran. Tidak
berapa lama Andre juga datang untuk shalat lalu saya lihat raut wajahnya, saya
teringat lagi sepanjang hari ini selama jam istirahat. Rasanya puas sekali saya
mengejek Andre habis-habisan karena Barcelona ngga lolos ke semi final karena
kalah sama Atletico Madrid. Andre sudah tidak punya kata-kata lagi karena saya
begitu frontal menyerang dia, saya senang sekali mengejek Barcelona dihadapan
teman-teman saya yang suka banget sama Barcelona, termasuk abang saya sendiri
di kampung.
Sambil
menatap langit-langit mushala, saya mengingat kembali kejadian lucu yang
terjadi hari ini selama jam istirahat. Becandaan yang selalu lucu setiap
minggu nya, banyak juga diantara dosen yang bilang angkatan kita yang “paling”
diantara angkatan kelas khusus selama ini, maksudnya paling, yaa paling ribut,
paling berani becanda sama dosen, dan paling paling negatif lainnya. Sebuah
prestasi yang buruk memang. -__-
Masih
didalam mushala dan masih menatap langit-langit mushala, sambil tersenyum hati
saya berkata. “hari yang menyenangkan, kuliah yang menyenangkan, teman-teman
yang menyenangkan, hari ini begitu menyenangkan”.
Saya,
Defri dan Andre berjalan dari mushala menuju parkiran, saya sudah janji dengan
Arie bakalan ketemu di parkiran buat ngambil fotokopian, ternyata diparkiran
sudah ada Arie, Rian, dan mas Andi. Ngga tau mereka lagi ngomongin apaan.
Setelah sedikit becanda sambil ketawa-ketawa semua pada pamit pulang, saya
melirik kearah barat, warna langit begitu jingga. Sore ini hangat sekali,
sedikit riuh ketawa teman-teman tadi membuatnya semakin hangat, hanya
memperlebar senyum saya hari ini. Sekali lagi “Hari ini menyenangkan”.
Saya
suka dengan warna sore seperti ini, hangat dan begitu menyenangkan, ditambah
berkumpul dengan teman-teman yang ngga pernah ngomong serius, semua hal yang
ada di sekeliling kita selalu jadi bahan becandaan. Lalu tertawa sampai puas.
Hanya tinggal saya dengan Defri yang tinggal di parkiran, terakhir mas Andi yang
pamit dengan mobil mewahnya pulang. Tinggal saya dan Defri, katanya dia pengen
manasin motornya dulu baru pulang, tiba-tiba saya ingat Meri, kira-kira Meri
udah pulang belum ya? Seperti yang belakangan saya dan Defri sering lakukan
becandain Meri. Saya sepakat dengan Defri, saya terlebih dahulu yang menelpon
Meri dan menanyakan dia dimana, dan setelah saya selesai menelpon giliran Defri
yang menelpon dengan pertanyaan yang sama.
Saya
mencoba menelpon Mery, awalnya tidak masuk kedua kali saya ulang juga masuk
nada tunggu. Saya coba lagi masih menunggu, beberapa saat kemudian Mery yang
nelfon. “kenapa Hana?” Mery selalu begitu memanggil orang seenak dengkul nya,
kadang dia manggil Han, kadang Hanafi, kadang Hana, kadang juga Hanap, atau
yang membuat saya geli panggilan terakhir yang dia sematkan “Api” *Huweekk*.
“Mery dimana?” saya menjawab panggilannya “Mery udah dikos, kenapa emang?”
jawabnya “hmm ngga kok, Hanafi cuma mau mastiin, Mery baik-baik aja sampai
dikos, Hanafi ngga mau terjadi apa-apa sama Mery”, “Kentuuut” buset dah!
Perhatian saya ke Mery malah di kentutin, tapi dari nadanya terdengar sedikit
manja sepertinya Mery suka diperhatiin seperti itu, lagian cewek mana yang ngga
suka diperhatiin. Lalu saya pamit dan matiin Handphone.
Lanjut
giliran Defri yang nelponin Mery dan menanyakan pertanyaan yang sama dengan
yang saya tanyakan tadi. Terlihat aneh, tapi saya dan Defri suka menggoda Mery
dengan cara seperti itu. ketika Defri sedang menelpon tiba-tiba dari ujung ada
yang memanggil saya, nama sebenarnya adalah Hendra, tapi karena dia orang
pariaman, kita semua satu angkatan memanggilnya Ajo.
Ajo
memanggil saya, dia terlihat berkeringat dingin. Seperti baru menemukan harta
karun, memanggil saya dan menolongnya mengangkat harta karun tersebut, saya
pikir tadi dia sudah pulang dengan yang lain, saya tidak sadar ternyata Ajo
yang sedang jongkok di sudut parkiran seperti sibuk menggali harta karun, saya
meninggalkan Defri yang sedang menelpon, mendekat ke Ajo yang masih jongkok
persis didepan ban depan motornya.
“kenapa
Jo? Manggil-manggil?” saya penasaran dengan apa yang dia lakukan, “tolongin Pi,
gemboknya ngga bisa dibuka!” bujug!! Saya pikir kenapa dia memanggil ternyata
gembok yang dia pasang di cakram motornya ngga bisa lepas walau sudah memakai
kunci asli gembok tersebut. “Ajo, Ajo.. saya pikir mau bagi-bagi harta karun,
atau ada rahasia atau apa, tapi ternyata malah gembok motor bermasalah” Ajo
diam aja, memasang wajah memelas dan mengiba, seolah mimiknya bilang “Please
bantuin gue dulu, gimana gue mau pulang, rumah gue jaoh!”
“Udah
ah, saya pulang ya Jo” saya mencoba menggoda Ajo, “woy, temenin saya dulu pi,
orang-orang udah pada pulang nih, ntar saya dikira maling lagi” Ajo memelas,
saya kasian juga melihatnya yang udah keringat dingin. “Dep, bantuin Dep” saya
teriak kearah Defri yang sudah selesai nelfon. “udah ah, biarin aja pulang yuk”
kata Defri sambil tertawa, Buset nih anak kejam banget.
Defri
datang kepojok parkiran, melihat situasi lalu ngetawain Ajo lagi, ngga liat Ajo
udah cemas ngga bisa pulang, keringet dingin dimana-mana. “bantuin dulu dep,
saya mau beli minum haus dari tadi ngga minum-minum” saya beranjak kewarung mau
beli minum dan bertanya apa ada gergaji buat motong besi sama orang warung,
buat motong tuh gembok.
Setelah
saya beli minuman dan bertanya sama yang punya warung, dia ngga punya gergaji
buat motong besi. Lantas saya lanjut balik ke pojok parkiran, dari kejauhan
saya lihat Ajo mengangkat sesuatu dengan girang, alhamdulillah deh masalahnya
kelar, dia bisa pulang ke pariaman juga hari ini. Saya mendekat ke pojok
parkiran, Defri dengan tega masih ketawa-ketawa ngga jelas, “bisa Dep?” saya
bertanya sama Defri “Bisa, tadi dia doa dulu sepenuh hati agar gembok nya
ke buka, pas ke buka langsung berdoa lagi teriak-teriak alhamdulillah” kata
Defri, saya juga ikut ketawa, ada-ada aja kejadian lucu hari ini, saya lihat
Ajo mukanya memerah karena malu dibecandain Defri. Hari ini menyenangkan!
Dijalan
pulang saya bareng dengan Ajo, saya nanya apa dia bakalan langsung pulang ke
Pariaman, dia bilang mau singgah dulu di Tabing kerumah orang tua angkatnya di
Padang. Disimpang jalan saya dan Ajo pisah, saya langsung menuju kantor cabang,
ketemu banyak orang dikantor sedang diruang TV nonton rame, saya cek recent bbm
update, ada Opa dan Opi sikembar, bisa dibilang adik Ayah saya, tapi mereka
seumuran dengan saya, kita beda lahir Cuma dua hari. Saya berteman dengan
mereka sejak kecil.
Opa
Opi lagi jalan-jalan sore di Taplau, taplau itu tapi lauik bisa dibilang pinggir pantai, diambil dari bahasa
minang, bahasa kerennya di Padang, begitu orang-orang menyebutnya. Saya bertanya
ke Opa Opi, mereka di Taplau dengan siapa aja, Opi jawab mereka cuma berdua,
mereka memang sering kemana-mana berdua, yah namanya juga kembar, mandi aja
berdua walau udah gede.
Mereka
mengajak saya untuk ikut gabung, waktu Opi mepet katanya ada dinas dirumah
sakit nanti jam sembilan malam, saya melesat dengan Bebe dari kantor cabang
menuju Taplau, sebentar lagi malam minggu memang, Taplau bakalan macet banget,
sesampai daerah Taplau, langit jingga menyambut saya. Dalam hati saya
bilang,”hari ini indah banget ya Allah, menyenangkan lagi”.
Hal-hal
menyebalkan datang lagi, Bb saya batrenya habis, saya masih belum bisa
menemukan dimana lokasi sikembar ini, mereka menjelaskan lokasi dengan sangat
tidak jelas. Tidak ada nama warung nya apa, atau deket daerah mana, deket
kantor barangkali, atau deket dari taman budaya, mereka sama sekali ngga
jelasin dimana mereka berada, akhirnya matahari nyaris tenggelam saya belum
bisa menemukan mereka, saya mulai kesal.
Tiba-tiba
Opa nelpon, dengan tidak jelas dia menjelaskan tempatnya, saya bilang saya ngga
liat motor mereka parkir dimana, lalu Opa bilang dia tidak pake motornya yang
biasa hari ini, hari ini bawa “matic” lalu saya bilang sama Opa, “oh yang motor
vario ya” saya mulai kesel “motor matic” dan tuuut tuut tuut, telponnya
terputus sepertinya mereka tipikal orang yang ngga suka nyebutin merek suatu
produk.
Sekali
lagi saya ulang buat muter dan nyuruh Opi buat berdiri dipinggir jalan, ngga
lama kemudian malah tanpa rasa bersalah Opi ngirim sms “langsung ke siti
nurbaya aja, kita makan jagung bakar” buset nih orang, nyesel gue mau ikut,
lalu setelah saya muter balik ada telpon dari Opa, “dimana? Kita udah di
Jembatan Siti Nurbaya” katanya, lalu saya jawab “Tunggu Hanafi dipinggir jalan,
nanti kalo ngga ketemu. Hanafi langsung balik” pura-pura marah beneran.
Akhirnya
saya bertemu sikembar ini dijembatan, “mau duduk dimana?” tanya Opi sambil
memperhatikan orang yang berjualan jagung bakar sepanjang jembatan. Lalu saya
duluan, sambil mencari tempat biasa saya makan jagung bakar sama Ari, Meri,
Defri, Firman dulu. Tempatnya ibu Kribo. “wah kemana aja lama ngga kesini” kata
Ibu Kribo, “ada buk di Padang” saya jawab sabil becandain Ibu Kribo yang
sedikit latah, saya emang suka becanda sama Ibu Kribo kalo kesini.
“oh
ya, temen Ipi yang sering kesini dulu kok ngga pernah kesini lagi? Yang kurus
tinggi?” ada kata-kata Ibu Kribo yang menarik perhatian saya, Ibu Kribo
memanggil saya Ipi, oke. Jadilah disini saya kembar tiga dengan dua orang
kembar ini. Opa, Opi dan Ipi. Diluar itu pasti yang dimaksud Ibu Kribo adalah
Ari, kalo Ari nyebut Ibu ini Ibu Kibro sih. Iya ya, Ari apa kabar? Entahlah,
semoga dia sudah punya pacar disana. Perlu saya tegaskan lagi Ari adalah
seorang perempuan.
“ouhh,
namanya Ari bu. Dia udah pindah ke Semarang bu, pulang kampung” saya menjawab,
lalu Ibu Kibro menatap saya sangat lekat seolah tatapannya berkata “pelanggan
setia gue ilang satu”, “Dia sering kesini, sendirian, kadang cuma makan Jagung
satu” entahlah, jangankan Ibu Kibro saya juga ngga mengerti, kenapa Ari suka
banget pergi sendiri, saya juga pernah bertemu dia di warung pecel lele, kami
tidak janjian, saya pergi sendiri, dan dia sendiri dan bertemu di warung itu.
dan akhirnya tetap sendiri-sendiri.
Tapi
sumpah, waktu itu matahari belum benar-benar terbenam sempurna, masih ada
beberapa warna jingga yang bercampur merah berserakan dilangit senja itu. lampu
jembatan juga belum dinyalakan, saya sempat mengabadikan beberapa potretnya.
![]() |
Amatir memang |
Seperti
biasa, saya becanda dengan dua orang saudari kembar saya, setelah beberapa saat
yang lalu Ibu Kibro menobatkan nama Ipi buat saya. Setelah dari sana, Sikembar
ngajak saya buat makan bakso di daerah Jati, saya tidak mau menyebutkan
tempatnya, karena sikembar ngga suka menyebut merek, ngga nyambung emang, bodo
amat, udah jam setengah dua pagi saya masih mengetik ini. Tapi hari ini
benar-benar menyenangkan.
Selesai
makan bakso, jam delapan malam, Opi mau pulang ganti baju dan Dinas malam di
Rumah sakit, saya juga mau pulang, karena ini malam minggu, bukan malam untuk
para jomblo jadi saya memutuskan untuk pulang. Sikembar juga pulang, sampai
dirumah saya ketemu Yunan, dia pindah dari kamar atas kekamar bawah, karena
sebentar lagi abis nikah bulan depan dia mau bawa istrinya dari jawa kesini.
Trus dia mutusin buat ngambil kamar sendiri dibawah, saya liat Yunan baru saja
beli TV 3D, lalu cerita tentang kekonyolan Pak Nafis baru nonton film 3 dimensi
dengan kacamata, sampe kaget dan bikin sales TV nya ngakak. Hari ini
menyenangkan.
Dan
entah kenapa malam ini, Yunan ngajak minum Kopmil Om Ping, yang baru saja buka
cabang deket dari Rumah, tempatnya yang sekarang juga keren buat tempat
nongkrong, sampai disana ada tempat yang memang bisa buat berdua, namun ada
handphone yang lagi di cas di mejanya, lalu orang yang biasa duduk dikasir,
ngomomg sama salah seorang tamu “Rian, itu handphone kamu bukan?” lalu tamu itu
menoleh kebelakang, Fedi Nuril saya berkata dalam hati, hmmm Rian? Wajahnya?
Seperti familiar di ingatan saya, siapa Pria mirip Fedi Nuril ini, dia duduk
bersama 5 orang temannya, jumlah mereka enam. Lalu ketika saya pikir-pikir lagi
saya jadi ingat, saya pernah baca blog dia, kenapa saya bisa baca blog dia,
karena dia admin di sebuah group atau komunitas blogger minang yang terkenal
dengan nama “PALANTA”, bagi saya jika ada seorang blogger, lalu dia dipadang
atau sumbar. Pasti tau dengan yang namanya palanta, sering masuk Koran dan
Radio.
![]() |
TEKAPE |
Saya
cerita ke Yunan, tentang orang berkacamata itu, tentang komunitas itu. lalu
Yunan Cuma bilang, “ya udah kesana” katanya santai, “kampret, ntar kalo aku
kesana terus jadi garing gimana?” saya mencoba bayangin apa yang akan terjadi
kalo saya kesitu dan mencoba sok tau.
Saya
: mas, yang punya blog Uda Rian kan?
Ini Komunitas Palanta kan
Rian : iya, terus kenapa? Ada masalah mas?
Oke,
saya mencoba menepis bayangan itu, dia bukan tipikal orang seperti itu. hampir
setengah jam saya mengumpulkan keberanian buat membaur dengan enam orang itu,
padahal cuma mau berkenalan, tapi kenapa saya jadi dag dig dug. Kenapa?
“udah
Nan, balik yuk” saya mengajak Yunan buat pulang, “aku sapa mereka pas mau
pulang ngga apa-apa kali ya Nan” saya melanjutkan, “ya ngga apa-apa” kampret!
Ini orang datar banget reaksinya.
Sambil
jalan keluar, dari belakang saya memegang pundak pria yang dipanggil Rian tadi,
“mas, yang punya blog Uda Rian ya?” lalu dia menatap kearah saya “Iya” jawabnya
pendek sambil sedikit tersenyum, saya lihat 5 orang lainnya menatap sinis sama
saya, “kampret! Mati gue, kan garing kan!” umpat saya dalam hati. Lalu saya
menunjuk meja, "ini Palanta ya?" Lalu tiba-tiba semua tersenyum sambil teriak “Iyaa”
lalu tetap tersenyum, oke jawaban “Iya” kedua, apa selanjutnya.
“hmm,
saya juga anggota palanta sih, di group facebook” langsung tiba-tiba Rian
bilang, “waah, kenalan dulu dong” sambil mengulurkan tangan “yuk yuk gabung
disini” yang lain menimpali ucapan Rian oke, mulai ngga garing. Saya menyebut
nama sambil berkenalan dengan mereka semua, “Rian”, “Ivan”, “Mahlil”, “Titi”
Okee orang yang menyebut namanya Titi ini juga begitu familiar di otak saya,
saya pernah melihat beberapa fotonya di group. “lala”, “Fia, pake “F” ” katanya
“Fanta ya?” saya bertanya “yap” jawab Fia yakin.
“eh,
kok bisa kenal sih?” Fia yang mulai sebuah topik awal sebuah kehangatan jalinan
persahabatan baru. “hmm, saya liat Rian tadi, kok wajahnya familiar ya?” kata
saya sambil menunjuk Rian, lalu yang lain berteriak menggoda Rian, “Cieeee
terkenal” beberapa saat terdengar mahlil bilang “5 cm”, katanya sedikit
berteriak. “wah bener, Fedi Nuril” saya juga sedikit menggoda, yang lain
semakin beringas menggoda Rian. Saya ngga nyangka baru kenal begini langsung
sedikit akrab dan terasa hangat.
Saya
cerita tentang dulu mau ikutan buka puasa bareng di sebuah rumah makan sebut
saja “Kakiku” tapi ngga jadi, dulu juga ada acara On Air disebuah stasiun
radio, saya juga pengen ikut, tapi ngga jadi juga karena saya lupa, saya memang
pengen kenal dengan mereka yang aktif menggerakkan organisasi ini, tapi bakalan
aneh jadinya kalau ngajak kenalan di media sosial. Tapi malam ini saya
dipertemukan dengan mereka, aneh rasanya, seperti ada yang mengatur, tapi ini
cuma berjalan apa adanya.
“hmm
saya mau balik, boleh kan ntar kalo pada mau ngumpul lagi saya ikutan, boleh
minta contact personnya ngga?” saya bertanya “nah ama ini aja nih, yang sering
aktif” kata Rian sambil nunjuk Fia, disela itu terdengar Titi bilang “We a, We
a” dalam hati saya bilang We a udah saya nonaktifkan. “eh besok datang aja ke
sipp female radio, kita On Air jam 11” ucap Fia sambil menyimpan nomor
handphone saya, “hmm jam sebelas apaan nih? Pagi?” saya bertanya, “iya” yang
lain serentak menjawab, “hmm besok saya kuliah kayaknya ngga bisa deh, lain
kali yah? Hubungin aja kalau mau ngumpul lagi” saya berucap sambil pamit.
Sampai
dirumah, tangan saya gatel mau nulis, oh tuhan hari macam apa ini? Jam
istirahat yang menyenangkan, UTS yang menyebalkan namun pada akhirnya
menyenangkan, lukisan senja yang menyenangkan, dan enam teman baru yang
menyenangkan, malam minggu yang juga menyenangkan untuk seorang jomblo. baru
kali ini saya bisa nulis 3000 kata lebih kejadian yang tejadi dalam sehari.
What
a beautiful day!
Alhamdulillah