“Ri.. kamu pernah sakit hati ngga
sih sama aku?”
“kenapa?”
“aku kan sering kurang ajar sama
kamu”
“iya, tapi kamu kan becanda”
Dari mana harusnya kita mengukur
tingkat kedewasaan?, entahlah. Beberapa hari ini aku merasa jadi orang asing,
pada awalnya memang kita semua orang asing, tapi bukan ditengah-tengah orang
yang kita kenal, bukan juga ditengah-tengah orang yang kita benar-benar peduli.
Mungkin tingkat kedewasaan itu
ngga bisa diukur sama sekali, siapa orang yang bener-bener bisa menyatakan
dirinya dewasa?. Setelah aku sadar
didesakkan pada kata dewasa, aku sama sekali ngga pernah berharap jadi dewasa.
Mungkin diam adalah pilihan
paling tepat, diam adalah pilihan paling dewasa ketika ada orang yang secara
gamblang menyatakan dirinya sakit hati pada kita. Tulisan ini memang sangat
abstrak, aku orangnya memang sangat sangat sangat sensitif, jangankan masalah
besar, masalah kecil aja bisa membuat aku kacau, dan menulis seperti ini bisa
mengurangi sesak itu, MENULIS ABSTRAK.
Jujur saja, dimanapun aku berada
ketika aku sudah mulai bisa beradaptasi dalam suatu lingkungan dan dekat dengan
komunitas yang ada didalamnya. Sifat aku yang sebenernya bakalan keluar, aku
ngga pernah mau mengakuinya, tapi aku adalah seorang trouble maker. Meribut dimanapun,
didalam kelas, ketika diluar bersama teman-teman, bahkan diperusahaan tempat
aku bekerja ini, orang-orang yang pernah satu tim denganku diproyek diseluruh
sumatera ini, tau betapa trouble maker-nya aku.
Dan satu lagi, dalam hal caci
mencaci sejauh ini Cuma beberapa orang saja yang bisa mengungguli aku. Dan ngga
lain tujuan aku sebenernya Cuma buat becandaan doang kok, buat ketawa-ketawa
sama-sama. Tapi dibalik itu semua, aku tau akan satu hal. Aku juga orang yang
sering ngomongin orang. Ngomongin temen sekantor, ngomongin siapa aja.
Yaa namanya ngomongin orang, kita
ngomongin tentang baiknya orangpun tetep aja dilarang dan dosa, yang penting
namanya ngomongin orang. Nah semua didunia ini pasti ada timbal baliknya,
ketika kita ngomongin orang, diluar sana pasti juga banyak banget orang yang juga
ngomongin kita, itu pasti. Dan tentang itu juga, dari sifat dan cara kita
bersikap pasti banyak yang suka dan banyak yang ngga suka bahkan benci. Barangkali
sakit hati karena mereka bukan tipikal orang yang bisa dibecandain.
Mungkin sifat tak perlu kita
ubah, sekarang bagaimana caranya bersikap yang perlu diperhatikan. Tentang becandaan
seperti apa yang seharusnya kita tunjukkan pada orang-orang tertentu. Namun,
kalo memang secara sadar kita paham sifat kita memang kelewatan dan banyak yang
kontra, ngga ada salahnya untuk merubah sifat kita, meski kita ngga comfort
merubah sifat kita sendiri, ngga dosa kok, mau berubah jadi lebih baik, aku sih
berfikir salah banget, orang yang merasa nyaman dengan semua sifat buruknya. Bukan
kita kok yang menilai diri kita sendiri, tapi orang lain. Percuma kita berkoar
kita yang paling hebat, ketika hidup kita biasa saja, orang ngga akan pernah
percaya kalo kita hebat.
Eh, kok aku jadi nyeramahin orang
gini sih?, kan yang dalam masalah ini sekarang kan aku.
Makasih banget deh buat Ari, dari
kata-katanya yang sederhana, membuat aku bisa jadi sedikit paham dalam mengambil
sikap. Dari sini aku heran bagaimana caranya mengukur tingkat kedewasaan. Sebelumnya
lebih baik aku luruskan dulu, percakapan diatas adalah percakapan aku dan Ari
ketika aku mengantarnya pulang ke kosannya yang ada didekat kampus, gerimis
menemani percakapan itu sepulang dari rumah seorang dosen yang memberikan kami
tugas matematika, dan percaya ngga percaya walaupun namanya Ari, tapi katanya
dia Perempuan, katanya sih. Ya, setelah ditanya walau aku ngga tau dia jujur
apa ngga, katanya dia seneng kok temenan sama orang seperti aku, karena dia ngomong
gitu, dengan senang hati, akupun mulai percaya kalau dia itu perempuan, yapp
Perempuan yang manis dengan caranya sendiri.
Diluar masih hujan ketika aku
selesai mengetikkan semua kata-kata yang bisa membuat aku sedikit tenang ini. Pada
akhirnya aku akan menyadari sedikit. Kita mungkin takkan pernah bisa jadi yang
terbaik, tapi ngga ada salahnya buat mencoba melakukan hal baik dengan cara
yang terbaik. Aku akan terus memperhatikannya, ketika ada sifat dan sikapku
yang salah, sekerasnya aku akan merubahnya. Aku senang bisa jadi diriku
sendiri, dan diletakkan ditengah-tengah orang yang bisa sedikit mengerti aku,
walau hanya sedikit dan itu sangat patut untuk disukuri.
Note :
Hufftt yang membuat aku sedikit
bermuram durja lagi, ini khusus buat KAMU!. ngga kerasa yah, ini udah masuk
tahun keenam ketika dulu kamu menghancurkan semuanya. Tapi aku patut berbangga
hati, waktu yang cukup panjang untuk aku membangun kembali semangat-semangat
yang pernah kamu hancurkan, sampai saat ini tak ada dendam, dan melihat apa
yang terjadi sekarang, memang tidak ada harapan lagi untuk bisa mendapatkan
kamu kembali. Tapi yang tersisa dihatiku hanya harapan kosong, bukan lagi
memprioritaskan kamu, enam tahun ini aku sudah terbiasa dengan hari-hari yang
kamu buat kelam, tapi kamu ngga akan pernah tau. Dibalik kelam yang kamu tanam.
Ada ribuan cahaya terang yang melebihi cahaya matahari menemani langkahku 6
tahun ini. Silih berganti cahaya itu datang dan pergi, tapi tak ada yang
menanam kelam. Aku hanya akan menyadari RASAKU YANG DULU ITU HANYA OBSESI,
meski aku selalu mengingat kamu, kamu bukan lagi mimpi indah, kamu bukan lagi
tujuanku. Dan aku sangat yakin, bukan kamu tulang rusukku yang hilang!
Terimakasih waktu, lambat laun kamu
membuatku sadar, aku terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengingat kamu dan
mengingat rasa sakit yang dulu itu. Hari ini aku bahagia bisa jadi diriku
sendiri TANPA BAYANG-BAYANG KAMU!!
![]() |
Gambarnya ngga nyambung |