Tuesday, 8 February 2011

"NAK" (Lelaki)

Hanya saja terkadang aku tak sadar, sungguh teramat manis buah yang aku petik dan aku cicipi, terkadang aku tak sadar seperti apa usahaku memetik buah yang teramat manis itu, betapa masih ingat nya aku beberapa tahun belakangan, tahun 1998 pertama kali aku harus bergaul dengan orang orang luar dari lingkungan aku tinggal, yapp, pertama kalinya aku masuk sekolah taman kanak-kanak yang takkan bisa kulupakan namanya, TK Masyitah III, dengan semua tangis dan tawa aku didalamnya, rasanya, sungguh aku orang paling berdosa besar didunia ini kalau aku tidak bisa mensyukuri apa yang telah dititipkan untuk aku didunia ini, terlalu indah alunan nada kehidupan yang dinyanyikan ditelingaku, ya bagaimanapun dengan bersyukurlah aku bisa merasa tenang dan berterimakasih buat syair yang dibuat begitu sempurna.

Tak tau hari apa itu, mungkin senin, dan tak tau tanggal berapa itu, yang jelas saat itulah pertama kalinya aku memakai seragam, celana pendek berwarna ungu, baju seperti kemeja yang putih keunguan, dengan rompi berwarna ungu, tak lupa topi yang juga berwarna ungu, dengan tempat nasi yang aku anggap sangat unik dan spesial sekali dibelikan ibu untuk aku.

Hari pertama masuk gerbang, ada banyak ibu disini, menggandeng anak-anaknya, aku diantarkan oleh ibu berdua bersama singgih dan juga ibunya, yang aku tau, singgih itu teman aku sejak kecil sejak aku kenal dunia, singgih lah teman yang pertama kali aku kenal, ya singgih,
Bersama dialah aku masuk sekolah bersama, saat berbaris aku lihat ibu masih digerbang sekolah, saat akan masuk kelas aku lihat ibu ingin pulang, aku tidak jadi masuk malah mengejar ibu yang ingin pulang, aku tak mau ditinggal sendiri disekolahan ini aku takut sendirian, singgih ngejar aku, “ayolah, kita sekolah, nggak apa-apa kok” tetap kata-kata singgih nggak bikin aku tenang, saat aku dengar ibu bilang “nafi disini aja, kan ada singgih, nanti kalo nafi udah pulang, ibu jemput lagi, bentar kok Cuma sampai jam 11”, jam seberapapun itu aku tak pernah peduli aku nangis sejadi-jadinya, sampai-sampai aku guling-guling dilapangan sekolah, kotor sudah, baju seragam hari pertama dan pertama kalinya aku pakai seragam, warnanya yang ungu sekarang sudah gelap, gelap sekali, namun seperti itupun aku, ibu tak peduli, dan langsung meninggalkan aku disekolahan itu, hari ini aku sadar akan satu hal, saat itu aku berpikiran ibu sangat tega, ibu sungguh tak sayang pada aku, dan hari ini aku mengerti, “hanafi, kamu lelaki, kelak kamu pasti akan sendiri, tanpa ada ayah atau ibu disamping kamu, kamu harus belajar kuat dan tegar” itulah pesan yang disampaikan ibu, saat aku masih belum mengerti apa-apa, persis saat itu umurku masih 6 tahun.

Akhirnya buk rifda, berhasil menenangkan aku dan mulailah hari pertama aku harus belajar, bikin gambar, bikin angka, belajar huruf, walau saat itu aku masih tak mengerti cara membaca, berusaha agar dibuku aku selalu dapat cap bintang, jangan pernah sekalipun aku dapat cap bulan, itu artinya sama saja kalo nilai aku jelek, dimulailah semua, saat hari jum’at jam 9 pagi pergi ke mushala yang ada dekat TK dan akulah yang mulai belajar menjadi imam shalat, hmmm begitu banyak pengalaman baru, begitu banyak cerita saat aku sampai dirumah, begitu indah hari yang aku lalui, bahkan aku masih ingat saat aku bermain dengan nadia, entah perasaan apa itu, nggak tau kenapa dari teman-teman yang lain aku lebih senang dan lebih suka bermain dengan nadia, rasanya aku seperti suka ke dia, tapi apa yang bisa dibilang dari anak ingusan 6 tahun, hahahaha, saat dilapangan aku berusaha selalu bagaimana menarik perhatian nadia, entah bagaimana caraku, tapi dia senang dengan apa yang aku mainkan, dan dia senang bermain denganku saat beristirahat.

Yang aku ingat buk Rifda, guru paling baik sedunia, guru paling sabar didunia, dengan senyumnya tiap hari mengajar, aku masih ingat saat adikku siska juga TK disitu, saat aku mengantarnya bersama ibu, saat masih diatas motor, dia nunjuk aku sambil bilang “hanafi.??” Ohh god, haru banget, 4 tahun berlalu dia masih ingat dengan bocah yang dulu nangis-nangis gara-gara ditinggalin ibunya, aku hanya bisa tersenyum saat itu.

Aku ingat lagi, dialah yang bilang kalo nilai matematika aku bagus, aku masih punya rapor TK dulu sering aku baca karena nilainya bukan angka melainkan kata-kata guru saja, mungkin karna itu aku jadi bekerja seperti ini, selalu bergelut dengan matematika, ngitung RAB, nyari konversi besi, jumlah berat besi, padahal dulu dari SD sampai tamat Mtsn aku sama sekali ngga suka matematika, tapi sekarang mau gimana lagi, dari matematika aku bisa nyambung nafas dari nafas satu kenafas yang lain, hmmm untung lagi aku kerja dikontraktor, andaikan kerja dikonsultan, sumpah aku nggak sanggup ngitung-ngitung momen-momen yang urghhhh bikin puyeng, walaupun akhir-akhirnya, isi terakhir itu nol besar, yaaa karna harus nol, semua gaya-gaya itu harus nol, dan bahasa kerennya mereka bilang ƩM=0 (sigma M sama dengan nol) itu rumusnya, jadi hasil akhirnya harus nol, karna ngga boleh lagi ada gaya yang bekerja pada benda tersebut, ehhh kuq jadi ingat pelajaran statika gini, hemm kalo orang dulu bilang “mekanika” ya apaa lah namanya yang penting, mungkin karena baru belajar diSTM makanya bagi aku pelajaran itu susah.

Kembali ketaman kanak-kanak, paling takut itu hari senin, apalagi kalo hari senin kukunya pada panjang trus item-item lagi, waaaaa mampus dicubitin sama buuukkk,, siapa ya namanya lupaa, aku takut sekali sama ibuk itu, cukup sekali aja aku dicubit sama dia, urgg sakitnya minta ampun, nggak lagi-lagi deh punya kuku panjang, tapi anehnya kok kuku ibuk itu panjang ya???????

No comments:

Post a Comment